21. Kenyataan Pahit

4.4K 173 8
                                        

Suasana yang semula tenang mendadak heboh lantaran dikejutkan oleh Citra yang tiba-tiba pingsan. Ayden disampingnya dengan sigap membopong Citra dan membawanya masuk kedalam mobil. Eric yang merasa panik, dia pun mengikuti mobil Ayden yang melarikan Citra ke rumah sakit. Terpaksa upacara pernikahan mereka dibatalkan.

"Dokter, bagaimana keadaan calon istriku? Dia sakit apa dokter?" tanya Ayden panik

"Tenang tuan. Calon istri anda baik-baik saja. Di usia kehamilannya ini wajar bagi seorang wanita mengalami keluhan seperti pusing bahkan hingga pingsan." jawab dokter itu

Ayden tertegun dengan mata membulat. Setelah mendengar penjelasan dari dokter, dia kembali memasuki ruang rawat Citra. Dengan cepat Eric bersembunyi setelah melihat Ayden hendak menuju kesana. Ayden mendudukkan dirinya disamping Citra sambil menggenggam tangannya. Dan perlahan Citra mulai sadar kemudian membuka matanya.

"Tuan." gumam Citra seraya memandang sekeliling. "Ini dimana?"

"Kita ada dirumah sakit Olivia. Barusan kau pingsan." jawab Ayden

"Apa? Aku pingsan? Lalu pernikahan kita?"

Ayden terdiam sesaat. "Pernikahan kita terpaksa dibatalkan."

Sontak Citra terkejut. "Tidak. Tidak boleh. Tuan, aku hanya pusing. Pernikahan kita harus tetap dilanjutkan."

"Olivia.." Ayden berkata dengan hati-hati. "Kita tidak mungkin bisa menikah, karena.."

Citra merasa gugup menantikan ucapan Ayden selanjutnya.

"Kau hamil."

Deg

Kedua mata Citra membulat begitu pula Eric yang saat ini mendengarkan pembicaraan mereka dari luar pintu yang sedikit terbuka.

"Maafkan aku, Olivia."

Airmata Citra perlahan turun. Lalu seketika bayangan wajah Eric muncul di ingatannya.

"Kenapa ini terjadi padaku? Kenapa?" Citra meracau

"Bersabarlah, Olivia." Ayden berusaha menenangkan sambil menggenggam tangan Citra semakin erat dan membelai rambutnya dengan lembut. Tangisan Citra semakin pecah, Eric yang mendengarnya dari luar turut menyesal dan merutuki dirinya sendiri.

Maafkan aku Citra. Aku sudah membuat hidupmu menderita.

Tangis Citra terdengar semakin keras.

"Olivia, tenanglah."

"Bagaimana aku bisa tenang tuan. Bagaimana aku menjelaskan hal ini kepada om dan tante, aku tidak punya muka lagi untuk menemui mereka." ucap Citra dengan pilu

"Aku yang akan menjelaskan kepada ayah dan ibuku. Mereka pasti akan mengerti."

"Lalu kakek? Bagaimana perasaan kakek setelah mengetahui ini semua. Selama ini kakek sangat menyayangiku. Bagaimana bisa aku mengecewakan beliau. Hikss.. Aku malu tuan. Hikss.."

"Sudahlah, Olivia. Jangan terus menyalahkan dirimu. Ini sudah takdir, mungkin kita memang tidak berjodoh." kata Ayden

Citra sesaat termenung dan berhenti menangis menatap Ayden yang tidak terlihat marah sama sekali. Lelaki 28 tahun itu tetap bersikap tenang dan menerima dengan lapang dada. Sejenak, Citra terpana dengan sifat Ayden yang begitu dewasa. Namun selebihnya dia merasa bersalah.

"Maafkan aku tuan."

"Sudahlah, Olivia. Jangan menyalahkan dirimu lagi." tutur Ayden sambil menyeka airmata yang mengalir dari pelupuk mata Citra

Eric yang mendengar pembicaraan dari luar akhirnya pergi. Sebelum Ayden mengantar Citra keluar dari ruang rawat dan mengantarnya pulang ke rumah Tiffany.

Late LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang