Jantung Citra berdetak cepat dan semakin menjadi-jadi. Ia menajamkan indra pendengarannya untuk mendengarkan satu persatu ucapan Eric berikutnya.
"Aku sadar, aku tidak pantas mengatakannya padamu. Karena aku pria brengsek yang telah merenggut apa yang kamu jaga. Aku sudah membuat hidupmu hancur karena malam itu. Tapi bolehkah aku memohon, tolong beri aku kesempatan untuk memperbaikinya. Aku berjanji, aku akan menjadi lelaki yang baik untukmu, dan tidak akan menyakitimu. Aku akan membuatmu bahagia disisiku."
Citra terlena akan semua ucapan Eric, semua ucapannya begitu manis dan menyentuh hatinya. Dari awal memang inilah yang ia harapkan.
"Sungguh kau mencintaiku?" akhirnya suara Citra terdengar
"Sangat." Eric mengangguk kuat. "Sangat mencintaimu."
Citra tersenyum bahagia disusul dengan airmata yang mengalir deras. "Aku juga sangat mencintaimu."
Perlahan bibir Eric menyunggingkan senyuman, juga diiringi dengan airmata yang mengalir turun. Sungguh ia sangat bahagia dan tidak akan pernah melupakan tentang hari ini.
"Tolong katakan sekali lagi." pintanya
"Aku mencintaimu."
Eric yang masih menggenggam tangan Citra, menariknya ke bibir dan mengecupnya dengan penuh cinta.
"Terima kasih, kamu mau memberiku kesempatan."
"Aku juga berterima kasih padamu tuan. Kau bersedia memberikan cintamu untukku."
Eric tersenyum, lalu mengusap airmata Citra dengan lembut. "Aku pun beruntung karena bisa memilikimu dan mendapatkan cintamu."
Citra memejamkan mata sejenak, menikmati sentuhan Eric di pipinya. "Maaf."
"Kenapa?"
"Aku sudah menolakmu berkali-kali."
Eric tersenyum.
"Dalam cinta memang butuh pengorbanan. Untuk mendapatkanmu aku harus berjuang dan siap menerima resikonya. Jadi, kamu jangan meminta maaf." Eric semakin mengusap lembut pipi Citra
"Apa aku egois? mengharapkan kata cinta darimu?"
Eric kembali tersenyum.
"Tidak. Aku yang tidak peka, harusnya dari awal aku segera mengungkapkannya." mereka berdua tersenyum saling mentertawakan diri sendiri. "Tapi mulai sekarang aku akan sering mengucapkannya, seumur hidupku. Jika kamu bersedia menjadi istriku." lanjut Eric dengan wajah memohon
"Iya, aku bersedia."
Eric sudah tak bisa menahan airmatanya. Akhirnya setelah sekian lama penantiannya tak sia-sia. Eric meraih tangan Citra dan kembali mengecupnya.
"Aku berjanji, akan menjadi suami terbaik bagimu. Aku berani bersumpah demi apapun, bahkan demi ibuku. Kalau kamu akan menjadi wanita terakhirku, dan aku pun menjadi lelaki terakhirmu. Tak akan kubiarkan airmata kesedihan mengalir dipipimu. Aku berjanji."
Citra mempererat tautan tangan mereka. "Aku percaya padamu. Jadi buktikan saja."
Eric mengangguk mantab. "Pasti. Nanti malam aku akan menjemputmu. Kita temui ibu dan katakan semuanya."
Tiba-tiba Citra menunduk murung. Eric mengangkat dagu Citra untuk meyakinkannya. "Jangan takut, ada aku disampingmu."
Citra pun tersenyum. Dan pada malam harinya, Eric menepati ucapannya, dia membawa Citra untuk menemui Helena. Tentu sang ibu terkejut akan kedatangan Citra yang mendadak.
"Ada yang ingin aku sampaikan ibu. Mungkin ibu akan sangat syok mendengarnya." ucap Eric dengan Citra yang duduk disampingnya
"Aku sudah, menghamili Citra." dalam hati Eric merutuki dirinya sendiri, ini akibatnya jika tidak menyiapkan kata-kata sebelum menjelaskan semuanya kepada sang ibu. Tentu saja Helena kaget setengah mati mendengar pengakuan putranya.
![](https://img.wattpad.com/cover/231995372-288-k33607.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Love
General FictionEric Anderson mengalami nasib tragis dalam kisah asmaranya. Lalu suatu hari seorang gadis datang dalam hidupnya dan setia menemani hari-harinya dengan penuh kesabaran. Akankah gadis itu mampu membuat dirinya jatuh cinta lagi? Disclaimer : Ini hanya...