Jey masuk ke ruangan kerja Eric kemudian meletakkan secangkir kopi hangat di meja bosnya yang sibuk dengan laptopnya. Eric menoleh saat melihat sahabatnya itu berdiri di hadapannya, membuatnya menghentikan sejenak kesibukannya kemudian menghirup aroma kopi yang menguar.
"Apa kau mabuk semalam?" Jey mendudukkan dirinya di kursi
Sebelum menjawab, Eric memperhatikan Jey lantas tersenyum. "Apa aku seperti orang yang habis mabuk semalam?"
Jey memperhatikan, wajah Eric cerah. Dia tidak terlihat kalut, matanya pun bersinar. Seperti bersinar melebihi cahaya matahari yang sekarang sudah beranjak naik ke atas.
"Tidak. Tapi, kelihatannya kau sangat senang. Ada apa?"
Eric masih tersenyum. "Ya, kau benar. Ini adalah hari yang sangat menyenangkan dalam hidupku."
Jey semakin penasaran. "Ayo ceritakan padaku."
"Semalam aku memergoki istriku selingkuh." Eric tersenyum riang
"Hah? Jadi itu yang membuatmu senang? Kau masih waras kan?" Jey terheran-heran
"Tentu saja aku masih waras. Memergoki istriku yang tertangkap basah dan hamil bersama pria lain, itu sangat menguntungkan bagiku. Sekarang aku tidak perlu mencari-cari alasan untuk menceraikannya." Eric menyandarkan punggungnya pada kursi dan tersenyum puas
Sementara Jey hanya menggelengkan kepala.
"Ya, baguslah. Aku ikut senang. Kalau begitu, aku ucapkan selamat untukmu. Semoga sidang perceraianmu berjalan lancar."
***
Di rumah Eric, Nadia terus berada didalam kamarnya sambil mondar-mandir karena gelisah. Habis sudah statusnya sebagai menantu dalam keluarga Anderson akan segera berakhir.
Derit pintu terbuka, Nadia sontak gelagapan melihat kedatangan Eric dengan surat gugatan cerai ditangannya.
"Cepat tanda tangani surat ini." titah Eric sambil melempar map merah itu dengan kasar ke atas ranjang
Sambil menggenggam tangan Eric, Nadia memohon dan memulai aksinya.
"Please Eric, jangan ceraikan aku. Bagaimana nasib anak ini kalau kau menceraikanku. Aku tidak siap memberitahu keluargaku." Nadia mulai menangis
"Hentikan sandiwaramu Nadia. Aku tidak akan tertipu dengan airmata palsumu."
Nadia tertohok.
"Cepat tanda tangan." perintah Eric tegas
Nadia pun tak kuasa melawan permintaan Eric, dia akhirnya menandatangani surat gugatan cerai tersebut.
***
"Loh, Nadia." Helena terkejut melihat menantunya yang turun dari lantai dua sambil membawa koper
"Kami akan segera bercerai ibu." kata Eric to the point
Helena membelalak. "Cerai?"
"Nadia hamil. Padahal aku belum pernah menyentuhnya." imbuh Eric
"Hah?" Helena langsung ternganga
"Padahal aku percaya kalau kau adalah gadis yang baik. Tapi bisa-bisanya kau menghianati putraku." Helena meluapkan amarahnya dihadapan Nadia yang menunduk
"Sudahlah ibu. Mungkin kami hanya berjodoh sampai disini." sahut Eric
Helena tak mampu lagi berkata-kata. Kini yang ada tinggal penyesalan didalam hatinya. Setelah berpamitan kepada ibunya, Eric mengantar Nadia pulang ke rumah keluarganya. Suasana yang semula tenang mendadak heboh lantaran dikejutkan oleh kedatangan Eric bersama Nadia sambil menarik koper. Disana Eric menyaksikan bagaimana kecewanya ayah dan ibu Nadia kepada putri mereka. Sementara Nadia hanya menangis dan meminta maaf. Eric pun segera berlalu setelah mengantarkan Nadia pulang. Dalam perjalanan, tak henti-hentinya bibir Eric mengukir senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Love
Fiksi UmumEric Anderson mengalami nasib tragis dalam kisah asmaranya. Lalu suatu hari seorang gadis datang dalam hidupnya dan setia menemani hari-harinya dengan penuh kesabaran. Akankah gadis itu mampu membuat dirinya jatuh cinta lagi? Disclaimer : Ini hanya...