Disudut ruangan dengan minimnya pencahayaan yang tampak remang-ramang, duduk seorang gadis yang larut dalam dunianya. Bahkan minuman yang dipesannya satu jam lalu, sama sekali tidak disentuh. Hanya bibir gelas yang terus dimainkan dengan jari-jari lentiknya. Entah apa yang dipikirkannya, membuatnya seolah buta dan tuli dari kegiatan disekelilingnya.
Untuk waktu yang lama, gadis itu berkutat dengan pikirannya sembari menghisap rokok. Entah sejak kapan sepasang mata menangkap objek yang menurutnya menarik. Mampu mengalihkan perhatiannya dari minuman memabukkan yang sangat digilainya itu. Merasa bosan atau mungkin sudah penasaran tingkat akut terhadap sang gadis. Dengan langkah pasti, pria itu mendekat.
"Kenapa kau sendirian saja Sora?"
Yang di sapa cukup terkejut, namun tetap berekspresi datar.
"Apa kau tidak sayang dengan bibir indahmu, jika terus-terusan merokok, hm? Tentu saja sayang sekali, karena kau sangat cantik."
Sora yang sedari tadi diam akhirnya bersuara.
"Apa kau merayuku?"
***
Disisi lain, Bryan tengah duduk berdua ditaman bersama Jihan. Entah sudah berapa lama mereka terdiam, belum ada yang mengucapkan sepatah katapun.
"Ehem." Bryan sengaja berdeham untuk mengalihkan rasa canggung
"Jihan?"
"Iya?"
"Aku bukan tipe lelaki romantis, dan aku belum pernah pacaran sebelumnya. Tapi aku akan mengatakan yang sejujurnya tentang perasaanku padamu." Bryan terdiam sejenak menatap Jihan yang tampak antusias menantikan ucapannya
"Jihan, apa kamu mau jadi pacarku?"
Senyuman lebar seketika terukir di bibir Jihan, ditambah dengan anggukan pelan pertanda setuju. "Iya, aku mau."
Bryan langsung terpaku dengan mata berbinar. "Sungguh? Kamu mau?"
"Iya." kata Jihan lagi
Bryan lantas berdiri, dia langsung berteriak karena saking senangnya.
"JIHAAAANNNN!!! I LOVE YOUUUUU!!!"
Jihan tertawa riang melihat tingkah Bryan, mereka tidak peduli dengan tatapan orang-orang disekitar yang memperhatikan mereka. Bryan meraih kedua tangan Jihan yang sekarang berdiri didepannya, kemudian mengecup jemari tangannya dengan penuh cinta. Malam itu menjadi malam terjalinnya hati mereka, Sora pun mengakui perasaannya kepada Martin. Ternyata sudah sedari lama keduanya saling menyukai.
***
Beberapa bulan kemudian...
Suasana menegangkan sudah di mulai. Helena menunggu dengan cemas di luar ruang persalinan tempat Citra akan melahirkan bayinya. Sedari tadi kedua tangan Helena terus bertautan dan bibirnya terus berdoa untuk keselamatan menantu dan cucunya.
"Nyonya, jangan banyak berteriak, tenaga anda bisa terkuras habis."
Citra mendengar dan mengerti tapi ia tidak bisa menjawab melalui bibirnya, ia hanya menjawab dengan anggukan disertai dengan tubuh yang menggelinjang gusar.
"Sayang, aku tahu kamu wanita hebat. Ayo semangatlah." Eric menimpali ucapan tim medis sambil terus menggenggam tangan Citra dengan erat.
"Ayo, terus dorong nyonya, tarik nafasmu dalam-dalam."
"Aaaaaaaaaaah." Citra mengedan sambil menarik serta membuang nafasnya. Eric yang memperhatikannya merasa kasihan. Tangan kirinya terus menggenggam tangan Citra dan tangan kanannya mengusap dahi Citra.

KAMU SEDANG MEMBACA
Late Love
Ficción GeneralEric Anderson mengalami nasib tragis dalam kisah asmaranya. Lalu suatu hari seorang gadis datang dalam hidupnya dan setia menemani hari-harinya dengan penuh kesabaran. Akankah gadis itu mampu membuat dirinya jatuh cinta lagi? Disclaimer : Ini hanya...