Peter sedang menikmati harinya di klub malam di temani dua gadis yang duduk di sampingnya. Dua gadis itu bergantian menuangkan alkohol untuknya. Peter tengah menggoda dua gadis tersebut, dia menggunakan uang itu untuk berpesta pora dan berfoya-foya.
"Soal uang gampang sayang. Aku punya banyak uang. Yang penting layani aku dengan baik malam ini." goda Peter sambil mencolek dagu gadis di sampingnya.
Malam itu Peter menghabiskan malam panjang di klub. Hingga hari berganti pagi, dia pulang ke rumah dalam keadaan berantakan. Peter melangkah masuk kedalam rumah, nampak sang adik menyambutnya di dalam.
"Kakak, kau darimana saja?" tanya Bryan
Belum Peter menjawab, ia kembali bertanya. "Hah! Itu mobil siapa kak diluar?"
"Tentu saja mobilku." jawab Peter
"Apa? Mobilmu? Kau dapat uang darimana kak? Wah jangan-jangan kau merampok ya?" tuduh Bryan
"Jangan bicara sembarangan. Aku pakai uangku sendiri tahu." balas Peter
"Tapi kan kakak tidak punya uang. Ayah dan ibu sudah mencabut fasilitas kakak. Mana mungkin kakak bisa beli mobil." sahut Bryan. Peter memang sudah menghabiskan banyak uang ayahnya, bahkan mobil sport miliknya di jadikan taruhan demi kesenangan semata.
"Sudahlah. Jangan banyak tanya." Peter meninggalkan Bryan begitu saja ke kamarnya
***
Saat ini, Citra bersama ketiga kakak dan bibinya sedang menikmati sarapan di meja makan.
"Kau kemana saja seminggu ini?" tanya sang ibu, membuat Peter meletakkan sendoknya. "Kenapa diam saja?"
Semua mata tertuju ke arah Peter yang diam dan gugup.
"Kak Peter baru beli mobil ibu." Bryan menyela, membuat keadaan semakin rumit. Ia lantas segera menutup mulutnya begitu sang kakak meliriknya dengan tajam.
"Apa? Peter beli mobil?" sang ibu terbelalak kaget
"Aku... bisa jelaskan." Peter kembali melirik adik bungsunya tajam, Bryan yang menyadari hal itu membalas tatapan kakaknya dengan cengengesan.
"Jadi begini ibu, seminggu ini aku menginap di rumah temanku. Dan mobil itu aku pinjam punya teman." alasan Peter
"Benarkah? Kau tidak bohong kan?" tanya sang ibu curiga
"Untuk apa aku bohong? Lagipula aku tidak punya uang. Mana mungkin aku bisa beli mobil. Iya kan?" tanya Peter menatap mereka bergantian
Sora dan Bryan tahu betul sifat kakaknya itu, mereka tahu jika kakak mereka sedang menyembunyikan sesuatu. Sedangkan Citra, dia tidak ikut merespon. Apapun masalah yang terjadi dalam keluarga itu bukan menjadi urusannya.
"Baiklah, ibu percaya padamu. Dan ibu ingin ingatkan sekali lagi."
"Jangan membuat masalah." Peter menyela, dia sudah bosan akan peringatan ibunya. Selalu kata-kata itu yang terlontar untuknya.
Suasana kembali hening. Usai sarapan, Bryan dan Sora berpamitan ke kampus. Mereka menempuh pendidikan di universitas yang sama. Kedua kakak beradik itu sangat kompak. Saking kompaknya sampai membuat ibu mereka menjadi pusing.
"Citra." panggil Peter yang masih di ruang makan
"Ada apa kak?"
"Ini, uangmu." Peter menyodorkan uang kepada Citra, Citra pun menerimanya.
"Terima kasih."
Setelah mengatakan itu Peter berlalu. Kemudian Citra bergegas berangkat ke rumah majikannya.
***
Nampak Eric sedang duduk di kursi roda sambil menatap keluar jendela. Tatapannya kosong, dia masih mengingat momen tadi malam, ucapan sosok Tiara masih terngiang di telinganya.
Aku mohon, lepaskan aku Eric, relakan aku.
Membuatnya kembali merasakan sesak, airmatapun jatuh dengan sendirinya. Sampai ia tidak sadar, Citra sudah datang dan kini berdiri di sampingnya. Citra menatapnya dalam, lalu merendahkan tubuhnya ke lantai agar posisinya seimbang dengan Eric.
"Tuan." panggilnya lirih
Citra memberanikan diri menyentuh lengan Eric "Tuan."
Eric tersentak "Citra? Sejak kapan kamu disini?"
"Baru saja tuan. Saya panggil anda tadi tapi anda diam saja." kata Citra lembut
"Sebenarnya, tuan kenapa? Maaf, tadi saya melihat anda menangis."
Eric terkejut, dia baru menyadari ada bulir bening yang mengalir di pipinya, dia pun segera mengusapnya.
"Aku, tidak apa-apa."
"Tuan, anda tidak perlu merasa canggung. Katakan saja semuanya kepada saya, itu bisa membuat perasaan anda menjadi lebih baik."
Eric terdiam menatap Citra.
"Tapi, kalau tuan tidak mau cerita juga tidak apa-apa."
"Citra, apa kamu pernah merasa kehilangan?"
Citra tersenyum .
"Iya. Kedua orang tua saya sudah meninggal sejak saya lulus SMA."
"Jadi, kamu yatim piatu?" Eric terkejut, ia tak menyangka dengan pengakuan Citra.
"Iya tuan, dan sekarang saya tinggal bersama tante. Saya sangat beruntung, masih punya keluarga yang peduli pada saya. Jika tidak, saya tidak tahu bagaimana saya menjalani hidup ini."
Ucapan Citra membuat hati Eric tersentuh, dia merenung sesaat, menatap Citra yang masih bisa tersenyum tanpa ada kesedihan di wajahnya.
Selama ini aku pikir hidupku sangat menderita. Ternyata gadis ini hidupnya lebih menderita daripada aku.
Tbc
08 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Late Love
Ficción GeneralEric Anderson mengalami nasib tragis dalam kisah asmaranya. Lalu suatu hari seorang gadis datang dalam hidupnya dan setia menemani hari-harinya dengan penuh kesabaran. Akankah gadis itu mampu membuat dirinya jatuh cinta lagi? Disclaimer : Ini hanya...