27. Ketulusan

3.6K 170 5
                                    

Eric mendesah frustasi, ia pikir pertemuannya dengan Citra kali ini membuahkan hasil. Eric tampak tak berdaya. Jari panjangnya selalu mengetuk di meja cafe, ia baru selesai dengan makan siangnya ditemani Jey sekretarisnya. Eric berpikir keras, bagaimana caranya agar ia bisa mendapatkan Citra. Ini bukan obsesi. Tapi ia memang menginginkannya.

"Sampai kapan kita tetap disini? Satu jam lagi kita akan melakukan meeting." tanya Jey, ia menatap Eric antusias.

Eric menarik nafasnya sebelum menjawab. "Apa menurutmu, aku culik saja dia?"

"Apa?" Jey menganga, ia tak mengerti.

"Citra, dia sukar ditaklukkan. Padahal aku tulus."

"Kupikir kau akan menyerah, setelah dia berkali-kali menolakmu."

"Aku tidak akan menyerah, Citra harus aku dapatkan. Sampai kapanpun, aku harus mendapatkannya. Dia harus menjadi milikku. Milikku. Dia tak boleh dimiliki lelaki lain selain aku."

Jey terpana akan ucapan Eric, ia belum pernah melihatnya semenggebu ini sebelumnya.

"Tapi kau harus ingat, mempertahankan seseorang bukan hal yang mudah. Tapi tetaplah semangat, aku akan selalu mendukungmu." ucap Jey berapi-api

"Thank you brow. Kau memang sahabatku yang terbaik."

***

Keesokan harinya...

Citra menatap bingung, saat ia melihat sebuket bunga mawar merah di meja. Meraih bunga itu, lantas mencium aroma bunga tersebut.

"Bunga itu tiba sekitar sepuluh menit yang lalu." kata Vio

"Dari siapa?" tanya Citra seraya tersenyum

"Kau bisa melihatnya sendiri. Terdapat kartu disana."

Citra memperhatikan kartu berwarna pink yang terselip di bunga itu, mengambil dan langsung membacanya.

"Eric?" Citra menatap Vio bingung

Vio mengangkat bahunya. "Kurasa dia akan semakin berusaha, apa yang dia lakukan memang klasik. Tapi itu manis."

Setelah Vio meninggalkan Citra yang duduk berdiam diri di kursi, Citra kembali melihat kartu bunga itu.

"Selamat pagi, semoga harimu menyenangkan."

Niat Citra untuk membuang kartu itu tiba-tiba urung, apa salahnya jika kartu itu disimpan pikirnya. Meskipun bunga itu akan layu dalam beberapa hari, tapi kartu itu tidak akan bukan?

Eric terus mengirimkan bunga mawar dengan warna yang berbeda. Berselang masing-masing satu hari. Citra tersenyum, ini sudah bunga ke sepuluh yang Eric berikan.

"Kuharap kamu membacanya, meski aku tak yakin kamu mau melakukannya. Paling tidak kamu tidak marah, atau melarangku untuk tidak mengirimkanmu bunga. Aku selalu berharap kamu selalu mengalami hari yang indah, yang membuatmu selalu bisa tersenyum meski bukan karena aku. Dan berharap, hatimu bisa berubah."

Citra terdiam, menyandarkan punggungnya pada kursi. Sebenarnya tak ada yang salah dari Eric. Harusnya ia bersyukur lelaki itu mau bertanggung jawab dan meminangnya. Padahal banyak wanita diluar sana yang mendambakan cinta seorang Eric. Namun ia justru menolaknya mentah-mentah. Bohong jika ia tak menginginkan Eric sama sekali. Ada satu hal yang membuatnya ragu untuk menerima Eric. Dan jawabannya hanyalah satu kata, sederhana namun memiliki makna yang indah dan berharga dalam hidup ini.

Sempat menduga jika Eric tidak akan memberikan bunga lagi, ternyata Citra salah. Eric masih saja mengirimi bunga. Berbeda dari hari biasanya, ia juga mengirimkan coklat mahal dalam kotak besar.

Late LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang