"Jung, kau tidak merasa bersalah? Bahkan untuk sekedar meminta maaf kepada Hyungmu?" suara baritone Seokjin terdengar menggelegar. Pertikaian dan rencana yang Jungkook susun hancur berantakan. Tak mendapat apapun selain kebencian dimana-mana. Seluruh sahabat yang Ia anggap kakak pulang dan berkumpul untuk menyidangnya. Ruangan persegi dengan perabot mewah dan beberapa botol alkohol yang berserakan di atas meja. Semakin membuat suasana kian mencengkam. Ada 7 manusia yang saat ini berada di dalamnya. Namun hanya satu suara yang terdengar menghakimi sejak tadi. Semuanya diam. Bungkam. Karena tahu, Hyung tertua mereka tengah di landa amarah yang meledak-ledak.
"Kau mendadak bisu, Koo Jungkook?! Aku bicara denganmu!" teriaknya untuk kesekian kalinya. Ia bisa melihat, Jungkook langsung menatap ke arahnya.
"Aku mencintainya hyung! Apa aku perlu mengatakan lagi dan lagi?! Aku bilang, AKU MENCINTAINYA!"
Plakk!!
Jimin terkesiap. Dari pada diam. Pria mungil itu dengan sigap beranjak, lalu menarik Seokjin menjauh. Sepertinya, Seokjin benar-benar tak habis pikir dengan Jungkook. Amarah pria itu meledak, terbukti dari kedua tangannya yang mengepal erat dan rahangnya yang mengeras, tepat setelah Ia menghadiahkan sebuah tamparan keras pada pipi kiri Jungkook. Seokjin itu yang paling tua. Paling mudah di ajak bicara. Paling mudah bergaul, dan juga mood boster terbaik bagi mereka. Namun sekalinya Seokjin mendapati amarahnya naik, ada baiknya jika kalian berdoa untuk tak berada di ruangan yang sama dengan pria itu.
"Hyung, kekerasan tak akan membuat Ia sadar!" Namjoon mencoba menyuarakkan pendapatnya. Tak menyangka adik yang begitu Ia sayangi dan banggakan dimana-mana, justru menjadi alasan, hancurnya pernikahan sahabatnya sendiri. Dengan alasan klasik karena Jungkook tertantang dengan Hyeri yang tak sedikitpun mencintainya, atau karena Hyeri mengatakan, Jungkook memang tak pantas untuknya. "Cinta tidak ada yang seperti itu. Kau jelas terobsesi padanya!"
"Jika iya? Apa masalahnya denganmu hyung?! Tae hyung bahkan bersedia memberikan Hyeri padaku!"
"KOO JUNGKOOK!" Pria tampan itu terkesiap. Menatap tak percaya ke arah Hoseok yang baru saja meneriakkan namanya. Jungkook tersenyum miris. Orang yang membencinya semakin bertambah. Itu akan lebih baik, pikirnya. Namun yang membuat Ia termangu bukanlah kebencian mereka. Itu wajar karena Jungkook mengakui Ia memang brengsek. Tapi teriakan Hoseok untuknya. Bagaimana pria itu menyebut namanya dengan nada suara tinggi dan amarah yang jelas tercetak di raut wajahnya. Membuat hati Jungkook terasa sesak.
Seokjin memang yang terbaik untuknya, namun bukan berarti yang lain tidak. Mereka memiliki porsi masing-masing di hati Jungkook. Dan Hoseok. Hoseok adalah sosok kakak yang paling banyak menghabiskan waktu dengannya. Pria itu begitu riang, seolah hidupnya begitu nyaman tanpa beban. Ia selalu tertawa, bahagia dan menyalurkan banyak energi positif kepada semua rekan dan temannya. Namun melihat raut penuh amarah Hoseok saat ini, entah mengapa Jungkook reflek menitikkan air matanya. Pria itu memalingkan wajahnya, tepat sebelum setetes cairan bening itu jatuh dan membasahi kelopak matanya.
"Aku pergi!" ucapnya kemudian. Jungkook beranjak, namun belum sampai ia melangkahkan kakinya. Suara baritone Taehyung menghentikan interupsinya. Taehyung dengan kedua tangan menyilang di depan dada. Menatap ke arah Jungkook yang bersiap meninggalkan ruang baca Seokjin. "Kenapa kau melakukan semua ini? Terobsesi, mungkin terlalu menyedihkan untuk seorang Koo Jungkook. Tidakkah kau berpikir, kita mengenalmu tidak hanya dalam hitungan detik. Kita tumbuh bersama Kook. Kami tahu bagaimana sikapmu. Bagaimana kau selalu memikirkan segala hal setiap ingin mengambil tindakan. Ini bukan dirimu, dan aku percaya kau punya alasan di balik ini semua!"
Jungkook terdiam. Ingin sekali memukul kepala Taehyung. Bahkan disaat seperti ini. Pria itu masih mencoba mengertinya? Bahkan setelah Jungkook menjebaknya, membuat Ia harus di benci istri dan anaknya. Membuat rumah tangganya nyaris hancur. Namun Taehyung tetap mencoba mengerti dan ingin mendengar alasan Jungkook. Ia bisa melihat Jungkook terduduk, lalu berteriak keras dengan kedua tangan menjambak rambutnya. Semua diam. Membeku tak ada yang berani menyeruakkan usulan. Mereka tahu Jungkook tengah menangis. Pria dewasa yang selalu mereka anggap adik manis, kini menangis keras di depan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
INTERLUDE HUSBAND
FanfictionAwalnya Hyeri mengira, jika Ia berhasil menikah dengan Lee Taehyung, hidupnya akan berubah drastis. Ia berpikir, Taehyung akan menyelamatkan hidupnya, dan melarangnya bekerja menjadi seorang Public Figure, saat keduanya telah resmi menikah. Sayangny...