yohan mematut dirinya didepan cermin meyakini keputusannya. diliriknya foto di sebelah lokernya. sosok gadis yang tidak langsung menjadi pertimbangan keputusannya. gadis yang bahkan bukan siapa-siapa untuknya.
"choi yena aku akan berhenti dan akan datang mendapatkanmu!" sosok itu adalah choi yena. seorang bintang baru yang melejit lewat ajang survival popular di korea selatan. jelas ini adalah obsesi gila yang belum tentu bisa yohan raih. tapi yohan sudah seyakin itu.
"kau yakin akan berhenti?" yohan mengangguk yakin tanpa mengalihkan perhatiannya dari potret choi yena.
"kau tahu kalau kau sudah berhenti berarti kau harus mengatakan selamat tinggal untuk taekwondo kan?" yohan tak gentar. ia tetap mengangguk. menjadi seorang atlet taekwondo sejak kecil sudah tentu menjadi bagian berarti bagi hidupnya. namun bukan taekwondo pasion yang diinginkannya.
"baiklah kalau itu keinginanmu sudah bulat. kudoakan segalanya berjalan lancar" rekan sesama atlet yang juga sahabat yohan sejak kecil ini pun menepuk pundak yohan memberi semangat.
tetapi semua tentunya tidak semudah itu, yohan seharusnya tahu ganjalan terberatnya. sang ayah! dan seketika nyalinya lansung terjun bebas mengingat kenyataan itu.
💞💞💞💞💞Yohan berkali-kali menghapus mengetik format text kepada ayahnya. ia bingung harus merangkai kata seperti apa agar ayahnya tidak marah nantinya. tentu saja ayahnya pasti akan marah besar mengingat menjadi penyanyi bukanlah jenis pekerjaan yang di sukai para orangtua untuk anaknya.
"ayolah kim yohan! kau seorang atlet! kau tidak boleh sepengecut itu!" namun lain di lisan lain di hati. tangan yohan justru gemetar mengetik pesan untuk ayahnya.
"agh! aku butuh dia" yohan dengan putus asa membuka video live performe choi yena yang ia ambil sendiri saat mengisi acara turnamen di singapore beberapa bulan lalu.
"ya tuhan kenapa kau imut sekali! ya tuhan wajahnya seperti boneka" yohan terhanyut dalam pesona yena sampai lupa tujuan awalnya. hingga sang ayah sendirilah yang menghubunginya. "ya tuhan!" yohan tentu saja shock melihat nama ayahnya tertera di layar ponselnya.
"ya ayah"
"oh anakku bagaimana dirumah? ibumu tidak mengangkat telpon ayah"
"oh ibu sedang bertemu temannya ayah. dirumah baik-baik saja. para adik juga sudah tidur"
"baguslah kalau gitu , ayah matikan yah"
"ayah sebentar!"
"ya" yohan menghembuskan nafasnya mengurai kegugupan yang kembali menyerangnya. "a-ada yang ingin ku sampaikan"
"ada apa nak?"
"ayah aku ingin berhenti bertanding! aku ingin menjadi penyanyi" sambungan langsung hening. yohan sampai melihat ponselnya takut sambungan telpon terhenti. namun tidak! ayahnya memang langsung terdiam mendengar penyataan yohan. seketika yohan merasa takut sesuatu terjadi kepada ayahnya.
"ayah baik-baik saja? ayah tolong jawab aku" tak lama terdengar helaan berat dari sebrang sambungan.
"ayah marah kepadaku?"
"kita bicara nanti nak. ayah matikan" yohan menatap kosong ponsel di tangannya. ia sudah mendengar sumpah serapah dari mulut ayahnya kepadanya. namun semuanya tidak seperti yang ia pikirkan. kalau seperti ini ia justru merasa sangat bersalah kepada ayahnya. tapi dia sudah dewasa, dia berhak memilih tujuan hidupnya.
"maaf jika aku mengecewakan ayah. tapi aku sudah menjadi anak berbakti selama dua puluh satu tahun. jadi biarkan aku memilih jalanku yang lain" yohan menghela nafas berat ketika ayahnya hanya membaca pesannya tanpa membalasnya.
"sepertinya ayah butuh waktu"💞💞💞💞💞
"nak bisa jemput ayah" yohan yang baru bangun tidur langsung terbelalak mendapat pesan ayahnya. secepat kilat ia melihat waktu ayahnya landing.
"masih ada waktu dua jam menuju incheon" yohan langsung bergegas menyambar kunci mobil milik ibunya. yah yohan masih belum memiliki kendaraan sendiri. bukan tidak mampu membelinya, di negara nya ini penghasilan sebagai atlet sangat jauh lebih besar dari pekerja kantoran. jadi bukan perkara nominal. namun memang yohan merasa belum perlu.
akhirnya setelah menempuh perjalanan yang lumayan trouble, yohan bisa sampai di airport. yah selain karena tidak terlalu butuh mobil. yohan bukan termasuk pengemudi yang baik. ia tidak pernah bersahabat dengan rasa sabar sehingga sering kali mengalami insiden saat mengemudi.
"apa di jalan ada pengemudi yang mobilnya kau tabrak" sambutan sang ayah hanya di balas cengiran bodoh olehnya. mobilnya memang tidak menabrak tapi bumper belakangnya tergores saat parkir tadi.
"huh bagaimana mungkin ayah tidak khawatir denganmu?" yohan menunduk. ia paham kearah mana ucapan ayahnya.
"ayo kita bicara sambil jalan" yohan mengambil alih koper ayahnya dan menjajari langkah nya.
"apa ibumu sudah tau rencana gilamu ini?" yohan mengangguk. diluar dugaan, ayahnya justru tertawa mendengarnya.
"kalau sudah seperti itu. ayah bisa apa" seketika kegelisahan di hati yohan menghilang begitu saja.
"apa ayah kecewa kepadaku?" ayah yohan menggeleng. "kau adalah anak kebanggaan ayah sejak kecil. kau tidak pernah mengecewakan ayah dan ayah bahkan sangat bangga kau bisa memilih jalan hidupmu sendiri" yohan memeluk ayahnya yang kini menggantikannya menyetir.
"aku akan membanggakan ayah dengan keputusan ku ini" ayah yohan mengusap kepala yohan.
"ayah rasa ibumu yang akan lebih bangga" yohan tertawa haru. ibunya emang sangat bersemangat ketika ia memberi tahu keputusannya. ia bahkan akan mengerahkan semua teman sosialitanya agar mendukungnya di ajang survival nanti.
oke mungkin belum di bahas dari awal tadi. yap yohan berhenti menjadi atlet bukan dengan pengorbanan cuma-cuma. sejak seminggu lalu, sebuah perusahan sudah mengontraknya dan bersiap mengikuti ajang survival yang sama dengan choi yena.
"yena'ya tunggulah aku" seraya menatap poster individu yena di belakang pintu kamarnya.
💞💞💞💞💞
YOU ARE READING
fall for You
Fanfictionyohan sama sekali tidak menyangka jika cinta terpendamnya bisa berakhir gila! Malam terindah yang dalam sekejap menjadi Boomerang ! Bisakah akal sehatnya tetap berjalan ketika obsesinya sudah terlalu gila?