U got it

12 3 0
                                    

Mature content🤭

Sorry yah kalau ada yang gag mengena✌️
Pembahasan kali ini sudah mulai memasuki gendre awal yah✌️✌️✌️

Seperti seorang kekasih yang baik, pagi-pagi sekali yena menyambangi Yohan di studio rekamannya lengkap dengan bekal yang di masaknya sendiri. Tak lupa ia menyapa para staff yang sebagian besar pernah bekerja sama dengan groupnya dulu.
"Yohan di ruang istirahat sekarang. Ada sedikit masalah sehingga rekaman harus di tunda"pantas saja yena merasa suasana agak berbeda. Ternyata ada sedikit masalah  sekarang. "Baiklah aku menemuinya dulu. Ini buat oennie dan oppa" ucapnya seraya memberikan makanan paper bag berisi masakannya.
Yena mengintip kedalam ruangan dan tersenyum mendapati Yohan tengah duduk di sudut ruangan dengan wajah cemas. "Tegang sekali" senyumnya langsung membingkai di wajahnya menyadari keberadaan yena. "Kenapa tidak mengabari?" Yena agak takjub ketika Yohan dengan santainya meraih jemarinya dan menggenggamnya dengan lembut.
"Aku sengaja tidak memberi tahumu" yena duduk di sebelah Yohan dengan berusaha menahan degupannya. "Terima kasih telah menyempatkan untuk datang. Aku memang membutuhkanmu sekarang" kegugupan Yohan luntur begitu saja mendengar ucapan yang terasa begitu tulus.
"Semua akan berjalan lancar Kim Yohan. Tersenyumlah" Yohan tersenyum kecil seraya mengusap lembut tangan yena yang entah keberanian dari mana menyentuh pipi Yohan.
"Kamu ada jadwal?" Hati yena menghangat ketika Yohan kini mengubah panggilannya menjadi menjadi 'kamu' "jadwal kami tidak sepadat dulu. Sepertinya imbas scandal kemarin masih mempengaruhi aktivitas kita" Yohan ganti mengusap lembut rambut yena.
"Biar waktu yang bekerja. Kita jangan patah semangat yah" yena tersenyum haru. Jujur saja, sejak dahulu ia berharap memiliki seseorang yang bisa berbagi beban dengannya. Bukan hubungan yang berisi bahagia saja dan di dominasi satu pihak seperti pengalaman sebelumnya.
Bersama Yohan, entah bagaimana jenis hubungan mereka. Yena tetap merasa sangat bahagia dan bersyukur bisa mengenal sosok Kim Yohan.
"Mau menungguku sampai selesai? Setelah itu kita menonton film di apartement ku?" Yena mengangguk antusias. "Sebelumnya kita beli tteokpokki dulu yah, aku ingin makan itu" Yohan mengangguk sebelum seorang staff mengintrupsi menyuruh Yohan untuk bersiap.
"Aku tinggal sebentar" yena mengangguk. Yohan pergi memasuki ruangan recording yang di lapisi kaca transparan sehingga yena masih bisa melihat Yohan dari tempatnya menunggu. Hingga empat jam sama sekali tidak terasa.
"Ya jangan sampai ketahuan wartawan" gurau seorang staff yang di hadiahi jempol oleh Yohan. Keduanya merasa sangat beruntung ketika semua orang seakan peduli dengan kedekatan mereka dan terkadang bisa berubah menjadi tameng jika di butuhkan.
Dan, mereka merasa sangat beruntung...
💞💞💞💞💞

Yohan berdecak melihat yena dengan santainya meminum sisa saus tteokpokki di mangkuknya. "Berhenti meminumnya! Itu bukan makanan!" Yena mendengus namun tidak menghentikan aksinya.
"Berhenti apa aku antar pulang?" Kali ini yena berhenti meminumnya dan meletakan mangkuk sisanya dengan agak keras. Melihat yena merajuk membuat Yohan terkekeh geli "seperti anak kecil saja" ledek Yohan sambil mencubit pipi tembam yena, namun dilengannya di pukul  yena dan berimbas saling menjahili. Yena akhirnya menyerah dengan aksi ngambeknya dan mau tidak mau ikut tertawa geli dengan tingkah konyol yohan.
"Sudahlah berhenti bercanda, aku mau serius menonton" Yohan tak menjawab dan membiarkan yena menyandarkan tubuhnya ke pundaknya. Mereka menonton dalam keheningan hingga sampailah di satu scene provokatif yang membuat Yohan mendadak gerah.
Yena juga merasa canggung. Apalagi dari posisinya yang menyender pada Yohan membuatnya bisa mendengar suara detak jantung Yohan yang terasa kencang di telinganya. Susah payah Yohan menahan nafasnya saat adegan provokatif itu semakin intens.
"Maaf aku ingin ambil minum" yena menyingkir dari tubuh Yohan dengan perasaan canggung. Namun belum sempat Yohan bangkit, yena lebih dulu mencekal lengan Yohan sehingga jatuh setengah menimpah yena yang duduk di sofa.
"You got it if you want" dan tentu saja Yohan sangat shock! Dia pria normal di usia yang terbilang sedang panas-panasnya. Namun gadis di hadapannya ini dengan mudahnya mau menyerahkan dirinya begitu saja? Ia tahu yena itu gila, tapi dirinya tidak tahu kalau yena bisa segila ini?
Dengan segala pengendalian diri yang luar biasa. Yohan menekan semua keinginan gilanya dan menatap yena tajam. "Aku anggap tidak pernah mendengar ucapan gilamu Choi yena" yena tentu saja merinding di tatap lekat Yohan.
"Aku men-cinta-i mu choi yena! Kau berharga untukku! Tolong jangan uji aku dengan cara seperti ini!" Di akhiri dengan kecupan di kening yena yang sukses membuat yena menangis haru.
"Ma-maafkan aku, aku hanya ingin membuktikan kalau aku juga sama sepertimu" yohan berpindah ke sebelah yena dan mendekapnya erat. Sebelah tangan Yohan meraih remot untuk menganti saluran. "Kita nonton yang lain saja yah. Kamu seram kalau menonton film dewasa" Yohan terkekeh geli saat yena memukul perutnya ringan.
"Kau mesum juga yah"
"Ish! Awas saja kalau minta nanti" Yohan melonggarkan pelukannya menatap yena. "Aku saja belum resmi menjadi kekasihmu. Masa iya langsung melangkah sejauh itu?" Yena mengerutkan bibirnya "kamu lapar?" Yena menggeleng, ia sudah menghabiskan dua piring tteokpokki sendirian.
Dan tidak ada kata yang terucap lagi, keduanya seakan menikmati keheningan dengan saling berangkulan di sofa. Melewati setiap menit dan detik tanpa saling berucap hingga suara bel di luar unit menyadarkan mereka kembali ke dunia nyata.
"Siapa yah?" Mengingat Yohan jarang sekali menerima tamu di unitnya. Mengingat hanya segelintir orang yang mengetahui apartementnya. "Sebentar yah?" Yena mengangguk membiarkan Yohan menuju pintu unitnya.
"Heol! Kenapa dia bisa disini?" Pekik Yohan melihat keberadaan han gyul di depan unitnya tanpa memberi kabar. "Lama sekali kau buka pintu!" Yohan berdecak kesal saat hangyul hanya melewati nya tanpa menyapa dengan benar. Namun langkah hangyul terhenti melihat yena sedang duduk manis memainkan ponsel di sofa tamu.
"Kenapa kau bisa disini?" Yena mendengus mendengar kata sambutan yang sama sekali tak ada indahnya "siapa kau mengaturku begitu? Ini unit Yohan bukan milikmu!" Bukannya menanggapi, Han gyul justru duduk di sebelah yena dan menatap Yohan dan yena bergantian.
"Kalian sedang berkencan?" Yena memilih memeluk pinggang Yohan yang baru saja menghempaskan dirinya di sebelahnya. Dan tentu saja tindakan gila yena sudah menjawab pertanyaan Han gyul lebih dari cukup.
Bisa di lihat wajah Han gyul yang menatap penuh cibiran kearah keduanya. "Kau bukannya masih memiliki kekasih?" Yena berdecak sebal "kau ketinggalan berita bodoh!" Cibir yena sambil bersandar manja di pundak yohan.
"Kami belum berkencan" tentu saja Han gyul memandang sangsi ucapan Yohan. Dilihat dari sisi manapun keduanya seperti pasangan yang di mabuk asmara. Lihat saja tingkah yena yang sengaja sekali membuat Han gyul jengah.
"Aish! Seharusnya aku tidak kesini saja!" Dan tawa keduanya seakan terdengar seperti ledekan para iblis untuk pria lajang.
"Sialan" Han gyul yang kesal mengabaikan mereka dan memilih menginvasi kulkas Yohan.
"Usil sekali" ucap yohan seraya menyentil hidung yena pelan. "Biar saja. Dia mengabaikan panggilan ku kemarin" Yohan menggeleng samar "kalian sama gilanya" gumamnya pelan seraya melirik yena yang kini sibuk dengan ponselnya. Tak pernah terbayangkan hari ini datang juga..
Hari dimana ia berhasil mendapatkan yena. Dipikirnya ia akan menjadi gila karena obsesinya. Namun Tuhan ternyata sangat menyayanginya..

💞💞💞💞💞
Secepatnya akan saya up lagi yah😘

fall for YouWhere stories live. Discover now