01. Ingin Tau

5.6K 458 7
                                    

aku menyukaimu...
namun aku tidak seberani Khadijah yang
mengungkapkan cinta duluan.
tidak pula sekuat Fatimah yang
memendam rasa sendirian
Namun, akan kurayu pemilik hatimu (Allah)

•••

Suara musik yang begitu keras memenuhi ruangan yang terdapat tiga orang saja. Mereka bernyanyi, bergoyang sesuka hati.

Derrttt..

"Bram, Nyokap lo nelpon!" Panggil Ali sembari memberikan handphone ke Abraham

Abraham menutup mulutnya dengan satu jari, memberi isyarat agar musik di matikan "Assalamu'alaikum!" Suara kerasa keluar dari handphone Abraham

"Wa'alaikumussalam, Bund" Jawab lembut Abraham

"Kenapa gak pulang, ini udah sore Abraham!" Ucap sang ibunda tersayang

"Aku kayanya pulang besok Bund, jadi nginap di rumah Ali. Pulangnya sore yah"

"Pokoknya pu-" Sebelum Adila melanjutkan ucapannya Abraham lebih dulu mematikan sambungan telepon

Abraham menghela nafas lega. Lalu kembali bersenang senang bersama dua temannya, Laras dan Ali

Dan dilain tempat Adila dibuat marah karena anaknya tak kunjung pulang "Astagfirullah ini anak, makin besar makin suka ngelunjak!" Kesal Abila lalu duduk di sofa depan tv

Tok...tok..tok

Adila bangkit dari duduknya ketika mendengar suara ketukan pintu, ia harap itu Abraham yang pulang agar bundanya tak marah

"Bu..biar saya saja yang buka pintunya" Ucap pelayanan yang cukup tua

Pelayanan yang selalu membantu Adila mengurus Abraham sedari Abraham berumur 6 tahun, saat Abraham ada di masa masa ia nakal, pemarah, tak ingin ditolak, dan banyak keinginan. Entah sifat siapa yang anak itu ikuti

"Gak apa apa, Bi" Pelayan itu menurut ia kembali ke dapur. Baginya Adila adalah majikan terbaik yang ia kenal, bahkan suaminya juga tak kalah baik. Hanya saja Bi Sasi kualahan kalau menghadapi anak majikannya. Abraham

Adila membuka pintu, harapannya salah bukan Abraham yang datang melainkan seorang gadis manis yang sedang menunduk dalam "Assalamu'alaikum" Gadis itu menatap Adila lalu tersenyum

"Wa'alaikumussalam, Cari siapa dek?" Tanya Adila juga membalas senyum gadis itu

"Saya cucu Bu Sasi" Jawabnya lembut

"Ohh..kamu cucu Bi Sasi, ayo masuk saya sudah lama nunggu kamu" Adila memegang lengan gadis manis itu membawanya masuk "Bi! Cucunya udah datang nih" Teriak Adila dengan senang

Gadis itu hanya terdiam, ia kira saat datang dirumah ini ia akan disuruh untuk bersih-bersih nyatanya ia disambut seperti saudara
"Anjani" Sapah Bi Sasi

"Assalamu'alaikum, Nek" Anjani memeluk neneknya erat, ia sangat kangen dengan sang nenek yang sudah hampir dua bulan tak kunjung kembali ke kampung

Selesai berpelukan, Bi Sasi mencium pipi cucunya "Bu, memangnya cucu saya boleh tinggal disini?" Tanya Bi Sasi gugup

"Iya Bi, kan saya udah bilang dari kemarin. Malahan bagus saya jadi punya temen"

"Terimakasih,Bu" Ucap Anjani malu

"Bi, saya pinjam cucunya yah pengen bicara. Biar deket kan gak enak kalau canggung" Adila memegang kedua bahu Anjani. Lalu berjalan bersama duduk di taman belakang

Mereka berdua duduk di kursi panjang "Nama kamu siapa?" Tanya Adila meski ia tahu nama Anjani toh dia sendiri yang dengar tadi, tapi Adila yah Adila ingin tahu lebih dalam sama seperti anaknya Abraham

"Fatimah Numaira Anjani, Bu" Jawab Anjani

"Bagus... Kalau saya Nurul Adila, kita bicaranya santai ajah yah. Saya lebih suka" Yah benar semenjak Abraham remaja Adila tak lagi memanggil dirinya dengan sebutan nama sendiri, terkesan Alay katanya. Tapi tidak kalau dengan suaminya ia suka

"Iya, Bu"

"Panggil Bunda ajah. Anak saya juga panggilnya seperti itu"

"Bunda punya anak?" Tanya Anjani excited. Karena bisa saja selama ia dirumah ini ia memiliki teman tidak seperti di kampung tak ada yang ingin berteman dengannya, katanya Anjani kulitnya lebih putih juga alisnya tebal terus hidungnya mancung

"Punya dua malahan"

"Saya bisa berteman?"

"Bisa banget, tapi hati hati dengan anaknya saya yang pertama. Dia jahil" Adila mengusap punggung tangan Anjani

Tidak apa apa jahil, Anjani malahan suka. Ia suka menjahili sepupunya jika bertemu

"Memangnya anak bunda. Laki laki atau perempuan?"

"Dua duanya"

Pikiran Anjani adalah pasti kedua anaknya sama baiknya dengan bundanya. Lemah lembut, baik, periang, juga selalu ingin mengenal jauh dengan orang yang baru ia kenal. Anjani jadi Ingin tau mereka

"Bunda!" Teriak seseorang dengan keras yang selalu membuat rumah ini menjadi ribut. Itu adalah Aneska Syabilasal

"Di taman!" Teriak Adila

Aneska menaruh tasnya di atas sofa lalu menghampiri bundanya di taman belakang rumah "Bunda?" Sentak Aneska kaget melihat bundanya duduk berdua dengan gadis

"Bunda selingkuh yah, sama Anes. Kok duduk bareng cewe, cantik lagi" Ucap Aneska merajuk dengan wajah cemberut

Adila menghela nafas panjang lalu menurunkan jilbab putrinya yang tak menutupi dadanya "Ini cucu Bi Sasi"

Aneska tersenyum tadi ia hanya bercanda. Aneska mengulurkan tangannya ingin berkenalan "aku Aneska Syabilasal."

Anjani berdiri lalu menerima tangan Aneska "Saya Anjani"

"Tunggu! Huaa, muka kamu kaya orang bule eh bukan, Arab atau mungkin Turki?" Tanya Aneska setelah menatap lekat wajah Anjani

"Ayah saya orang Turki" Jawab Anjani

"Terus orang tua kamu kemana?"

"Sudah meninggal"

Aneska terdiam "Maaf"

"Tidak apa apa"

Assalamu'alaikum

Apa kabar hati? Apa kabar keimanan?. Semoga semakin meningkat setiap harinya

Ini cerita anak dari cerita sebelah.
My Love Husband.















ABRAHAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang