23. Ditinggal

2K 208 2
                                    

Sebulan ini tak ada arti bagi Abraham dan hari ini saatnya perpisahan tiba. Abraham akan meninggalkan Anjani pergi demi belajar. Belajar menjadi baik, belajar agar mencapai impian nya dan belajar agar bisa melupakan serta tak terobsesi dengan Anjani. Gadis baik-baik yang selalu ia buat risih dan menangis

Abraham sudah siap dengan dua koper dan baju yang cukup tebal karena disana sedang musim dingin sama halnya di sini kadang hujan

Abraham berangkat pagi, sebelum benar-benar pergi tak lupa Abraham ingin menyampaikan salam terakhir untuk gadis itu

"Fatim mana bunda?" Tanya Abraham

"Oh iya, tadi subuh Anjani sama bi Sasi udah pulang. Seminggu yang lalu Bi  Sasi berhenti kerja katanya sudah tidak bisa lagi. Bunda tawarin deh Anjani kerja tapi gak mau juga jadi bunda gak bisa apa-apa" Ucap Adila menjelaskan dengan nada sedih

Abraham malah merasa bukan ia yang meninggalkan malah ia yang ditinggalkan pergi. Takdir memang seharusnya begini dari awal Anjani sudah memperingatkan dirinya agar tidak jatuh terlalu dalam tapi Abraham malah semakin menggali sampai tak bisa lagi

"Gak pamit sama Bram dulu?" Tanya Abraham lirih

"Tadi nitip salam sama ayah, katanya jaga kesehatan disana" Sahut Aksa

"Serius?"

"Iya, cepet pulang juga biar bisa lamar Anjani" tambah Aksa menggoda anaknya itu agar tidak terlalu sedih

Aneska memeluk Abraham erat, Abang tercintanya pergi tak ada lagi yang memarahinya,tak ada lagi yang selalu mengomel, hilang sudah penjaganya

"Huhu... Abang Anes ikut yah. Pengen cobain main salju!" Rengek Aneska

"Yaudah kamu ajah yang pergi Bram disini ajah mau nyamperin Fatim"

"Ayah tunggu di mobil!, Sayang... Mas berangkat dulu" Pamit Aksa ke istrinya

"Abraham disana jangan repotin om kamu yah, makan teratur, belajar baik-baik. Selalu kabarin bunda" Cicit Adila sambil terus mengusap-usap puncak kepala Abraham

"Iya Bund"

"Abang jangan lupa bahagai" Tambah Aneska dengan nada mengejek

• • •

Setelah 22 jam lamanya akhirnya Abraham tiba di negara asing ini, negara dengan pendidikan tinggi

Abraham tinggal berdua dengan om nya. Ansel. Omnya sudah menikah tapi omnya itu cerai setahun yang lalu karena sebuah masalah dan dalam pernikahan itu Ansel tidak memiliki anak dengan mantan istrinya

"Itu kamarmu kamu bisa tidur disitu, jangan lupa nyalakan penghangat dikamarmu itu agar tidak dingin" Ucap Ansel dingin sama seperti dinginnya diluar sana

"Baik om" Ujar Abraham

Abraham masuk ke kamar itu, cukup luas dan bersih. Abraham suka dengan kamar itu

Selesai membereskan barang-barang Abraham keluar karena lapar. Ini masih pagi-pagi sekali memang. Tadi berangkat pagi dan tiba disini pagi pula hampir satu hari Abraham di langit

"Om... Bram lapar, apa ada sarapan?" Tanya Abraham gugup

"Hem, dimeja makan. Kamu sudah sholat subuh?" Tanya Ansel ketus

"Iya om"

Haidar seketika tertawa puas telah mengerjai keponakannya itu, mana mungkin ia sedingin dan se garang itu ke Abraham yang dulu selalu ia goda sejak kecil karena nakal

"Kenapa om?" Tanya Abraham takut

"Kamu Abraham yah? Kok seperti itu padahal saat kecil kamu itu sangat nakal om saja hampir mengikat mu karna tak mendengar kata om" Cemooh Haidar

"Abraham udah berubah kali om" Abraham ikut tertawa

Mereka sarapan sambil bercerita tentang Abraham masa kecil sampai alur percakapan mereka berubah ke gadis yang membuat Abraham berubah

"Lalu gadis itu mau menikah sama kamu?" Tanya Haidar

Abraham yang tadinya senyum malah berubah tersenyum masam "Gak"

"Wah... Dia gadis pintar. Om juga pernah ditolak" Pungkas Haidar

"Sama siapa?"

"Bunda mu, sejak SMA sampai dia nikah" Jelas Haidar

Tatapan Abraham jadi aneh, menatap Haidar dengan nyalang dan marah karena tau Haidar berusaha merebut bundanya dari ayahnya

"Mau gelud om?" Tawa Haidar sadis

"Itu dulu Bram! Sekarang om sudah melupakan Bundamu dan menikah dengan orang lain dan berakhir cerai" Ungkap Haidar

"Sabar om, om masih ganteng. Cewe Finlandia cantik-cantik kok gak tertarik?" Goda Abraham

Haidar menjitak jidat Abraham "Om suka yang lokal!"

"Bram juga suka Fatim" Jujurnya

Abraham bersyukur karena keberadaan Haidar cukup mampu membuatnya gembira meski kadang teringat Anjani




Kenal Haidar kan?
Ituloh saudaranya Mas Irsal
Cowo yang dulu suka sama Mba Abila

ABRAHAM [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang