Katie menumpukan kedua lengannya di pembatas balkon kecoklatan itu, memandang ke bawah ketempat beberapa orang lalu lalang setelah menempelkan surat cinta mereka di di dinding.
Sudah tidak lagi terhitung dengan jari tangannya berapa kali ia datang dan berakhir melamun sendirian di rumah Juliet. Saat tempat itu penuh dengan turis, ia akan duduk di kursi taman dan melihat mereka menangis sambil menulis surat atau saat tempat itu sepi, ia akan melamun di balkon Juliet dan memandang kebawah dengan pikiran kosong sama sekali atau pikiran yang melantur kemana-mana seperti saat ini.
Ia memerhatikan tumbuhan ivy berdaun kecil yang penuh menutupi sebagian dinding luar rumah itu, memerhatikan berbagai kertas warna-warni yang tertempel dinding, gadis-gadis muda yang silih berganti datang dan pergi. Katie menarik lepas ikat rambutnya, membiarkan helaian panjang pirangnya tertiup angin lembut yang membelai pipinya.
Ia mendongak menatap langit biru dengan gumpalan awan yang bergerak perlahan sebelum memejamkan matanya dan tersenyum, menikmati ketenangan itu seorang diri.
"Katie! "
Suara lembut familiar itu membuatnya membuka mata dan menoleh kebawah, melihat temannya yang cantik sedang mendongak dan balik menatapnya dengan wajah berseri.
"Sedang apa disana?" Irene bertanya sedikit keras agar Katie mendengar suaranya dengan jelas.
"Menikmati angin," Jawaban Katie membuat lawan bicaranya mengerutkan kening, namun tidak memerotes. "Mau mengambil surat?" Katie bertanya sambil menunjuk keranjang ayaman di tangan Irene.
Gadis itu mengangguk, namun menolak ketika Katie menawarkan diri untuk membantunya.
"Tidak usah, aku akan membantunya"
Suara maskulin dari kerjauhan membuat kedua gadis itu menoleh, melihat pemuda tampan yang berjalan ke arah Irene.Katie diam saja, berniat menikmati drama roman picisan yang sebentar lagi akan hadir di depan matanya.
"Tidak mau di bantu Katie, bukan berarti aku mau dibantu olehmu, badebah." Irene memekik tidak suka, membuat pemuda itu merengut.
"Rene.... " Pemuda itu terdengar seperti merengek dan Katie tidak bisa menahan kekehannya, saat pemuda itu mendongak padanya ia menggerakan mulutnya tanpa suara "Urus sendiri Darren."
Pemuda itu mendengus pada Katie lalu mengikuti Irene memunguti surat walaupun gadis itu mengomelinya terang-terangan.
Katie mengamati kedua orang itu sampai Irene selesai dan sibuk mengumpat pada pemuda yang kini mengikutinya dibelakang seperti seekor anak bebek.
Ia kembali mendongak menatap langit ketika kedua orang itu menghilang di ujung jalan, menghela nafas.
"Oi juliet." Katie mengerutkan kening, itu bukan namanya tapi suara itu sudah ia kenal dengan baik sehingga ia membuka matanya dan menoleh ke bawah.
Ketika ia menemukan pemuda dengan senyuman kelinci itu di bawah sana, Katie tidak bisa menahan senyumannya. "Hai Romeo." Jawabnya sambil melambaikan tangan pada pemuda itu.
Ansell Jeon melebarkan senyumnya ketika mendapati jawaban gadis itu, "Mau turun kesini atau aku yang keatas sana?"
Katie mencondongkan tubuhnya ke depan, sambil menopang dagu. "Ada apa?" Gadis itu mengerutkan keningnya, seingatnya ia tidak membuat janji tertentu pada Ansell.
Ansell tampak berpikir sesaat, namun ia masih tersenyum ketika ia kembali fokus pada Katie, "Memangnya harus ada apa-apa dulu kalau aku ingin bertemu denganmu? "
Holy crap!
Serangan mendadak. Katie tidak tahu sudah berapa banyak kalimat super biasa dari Ansell Jeon yang kini berefek luar biasa pada dirinya. Ia melenguh, kalau tau kedekatanya dengan pemuda itu akan mempunyai pengaruh besar pada perasaannya, dari jauh-jauh hari Katie akan menghindar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juliet's Little Answer
FanfictionWell, Berniat melarikan diri sejenak dan melupakan segala rutinitasnya yang memusingkan serta kisah cintanya yang baru saja berakhir dengan tragis, justru membuat Katie terjebak dalam kisah lain bersama si pemuda menyebalkan dan kurang ajar yang sia...