Andai saja bukan karena eksistensi Irene Harington yang begitu persisten dalam hal menyeretnya keluar kamar, Katie Hathaway bersumpah ia akan tetap disana dalam jangka waktu yang lebih lama dari dua puluh empat jam kedepan.
Sejak kejadian dimana ia bicara dengan Ansell Jeon, ia sudah bertekat bulat untuk menghentikan segala perasaan konyol dan menyedihkan yang mulai ia rasakan pada pemuda itu sebelum ia terperosok lebih dalam. Untuk itu, ia menghindari Ansell Jeon seperti wabah penyakit selama empat puluh delapan jam ke belakang - sejujurnya selain alasan itu, ia merasa tidak punya muka untuk bertemu Ansell sejak pernyataan bodoh dan impulsif yang ia katakan, entah dianggap serius atau tidak oleh pemuda itu.
Bagaimanapun ia sangat menghargai persahabatannya dengan pemuda itu. Tidak mudah untuk menemukan seseorang yang terasa seperti kepingan puzzle nya yang hilang, dan Katie merasakan itu pada Ansell Jeon, tidak perduli seberapa singkat ia mengenal pemuda itu. Ia tidak siap mengambil resiko untuk kehilangan salah satu teman terbaiknya karena alasan terbawa perasaan yang menurutnya konyol setengah mati, karena sedari awalpun ia tahu Ansell sudah punya kekasih, dan bahkan pemuda itu menegaskan Katie sebagai teman berkali-kali.
Walau begitu, sialnya dia tetap butuh waktu.
Sejak dua hari lalu Ansell Jeon terus menerus menelponnya - ia tidak mengangkatnya tentu saja. Dengan alasan tidak enak badan, ia mengirim pesan agar pemuda itu memberinya waktu istirahat - yang mana adalah sebuah kebohongan konyol saat satu-satunya hal yang harus diistirahatkan adalah otaknya yang terus memikirkan pemuda itu.
Ia bersyukur karena Ansell Jeon bukan egois berotak dangkal seperti Jayden Maxwell, sehingga pemuda itu mengalah untuk membiarkannya istirahat, walau setelah perdebatan panjang tentang Ansell Jeon akan membawakan Katherine Hathway obat dan memastikannya baik-baik saja - yang tentu saja ditolaknya mentah-mentah bahkan nyaris mengetik kalimat umpatan pada pemuda itu.
Katie kesal sekali, kalau pemuda itu bersikap semanis itu padanya, bisa-bisa rencananya gagal total sebelum resmi dimulai.
"Katie!"
Suara Irene membuatnya tersentak dan membuyarkan lamunannya. Gadis bersurai coklat itu mendecak sebal, di kedua tangannya tergantung dua buah gaun yang panjanya menjuntai hingga lantai.
"Aku bisa mati muda karena serangan jantung kalau kau mengagetkanku begitu." Katie melenguh, menyadarkan punggungnya pada sandaran sofa dan membolak balik katalog fashion tanpa minat.
Irene merotasi matanya malas. "Hell aku sudah memanggilmu lima kali. Kau saja yang tidak dengar."
Ia melirik Irene dan terkekeh sambil melayangkan tatapan apologetik yang mau tidak mau membuat lawan bicaranya luluh.
"Ada apa?" Irene menggantung kembali kedua gaun itu. Memilih gaun adalah urusan sekunder, bahkan tersier dibandingkan dengan wajah murung sahabatnya. "Kau bisa cerita padaku kalau ada masalah," ia duduk di sisi Katie dan meringis menyadari aura muram gadis itu. "Kalau ini soal mantan kekasihmu. Aku akan ke New York untuk menghajarnya dengan tanganku sendiri."
Katie terkekeh lalu menggeleng untuk menyahuti pernyataan Irene. Tentu saja ini bukan karena Jayden, bahkan ia tidak pernah memikirkan pemuda itu sama sekali sejak tuhan tahu kapan.
"Bukan. Tentu bukan tentang dia." Katie meletakan katalog itu kembali setelah lelah mencoba memahami kalimat-kalimat berbahasa Italia itu. "Ada hal lain."
"Ansell Jeon?"
Tidak perlu jawaban verbal, hanya sebuah gestur dan ekpresi sederhana dari Katie, Irene tahu betul ia tepat sasaran. "Nah sudah ku bilang kalian terlalu menempel pada satu sama lain, tidak aneh sama sekali akhirnya kau menyukainya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Juliet's Little Answer
FanficWell, Berniat melarikan diri sejenak dan melupakan segala rutinitasnya yang memusingkan serta kisah cintanya yang baru saja berakhir dengan tragis, justru membuat Katie terjebak dalam kisah lain bersama si pemuda menyebalkan dan kurang ajar yang sia...