What Friends Are Supposed To Do

733 182 27
                                    

"Morning"

Mendengar suara familiar itu Katie dengan cepat menoleh, benar saja tidak jauh darinya Ansell Jeon berdiri dan melambaikan tangannya dengan santai pada Katie lengkap dengan senyumnya yang menyebalkan.

Katie melenguh, masih sibuk memasukan amplop-amplop berwarna merah muda kedalam kotak pos merah tidak jauh dari cafe Chamber of Secret. "Mau apa kau?" tanyanya tanpa memandang pemuda itu.

"Mengantar granny bertemu gadis kesayangannya" Ansell menunjuk ke Arah Charlotte yang kini sedang berpelukan dengan Irene, membuat Katie tersenyum rasanya menyenangkan melihat pemandangan itu.

Melihat Katie yang tidak menanggapinya dan kembali sibuk dengan keranjang penuh kertas merah muda itu Ansell mendelik, "Hei Young lady. Ada orang yang sedang mengajakmu bicara disini, tidak sopan sekali mengacuhkannya"

Katie memutar matanya malas, memangnya siapa yang sudah membuatnya mood nya buruk lebih dulu?, "Siapa yang sebenarnya tidak sopan disini? " Ia memutar tubuhnya menghadap Ansell, memandang pemuda itu dengan tatapan menusuk. "Siapa yang sudah janji tapi membatalkannya seenaknya? "

Seperti menyadari kesalahannya, Ansell terkekeh canggung. "Aku sudah mengatakan alasannya bukan?" Ansell membalas tatapan gadis pirang dihadapannya, "Ada hal penting yang harus ku lakukan kemarin"

"Berkencan dengan pacarmu maksudnya?" Sial sekarang Katie yakin dia terdengar seperti gadis yang sedang cemburu. Padahal demi tuhan Katie sama sekali tidak merasa seperti itu. Sedikitpun tidak.

"Dari mana kau tau?" Ansell menyerngitkan dahinya. "Irene yang memberitahu mu? Kau cemburu?" Ansell menutup mulutnya berpura-pura terkejut. Katie bersumpah ingin melemparnya dengan keranjang di tangannya andai saja barang itu adalah inventaris pribadinya.

Sialan.

Katie mendecih, "dalam mimpimu."

Ansell menyenggol tubuh Katie pelan dengan bahunya, "Maaf maaf. Kekasihku super sibuk. Sulit sekali menemuinya"

MEMANGNYA AKU TANYA?! DASAR SIAL.

Katie mengabaikan Ansell, memilih berjalan mendahului pemuda itu berniat mengembalikan keranjangnya pada Irene dan kembali ke hotelnya secepat mungkin.

"ngomong-ngomong kau habis menangis?" Ansell mengikuti Katie beberapa langkah di belakang gadis itu, "matamu bengkak"

Katie menghela nafas, lalu berhenti berjalan mendadak, membuat Ansell terkejut dan nyaris menabrak punggung gadis itu.

"Memangnya masih kelihatan?" diluar dugaan, Katie justru bertanya pada Ansell saat pemuda itu mengira Katie akan menyangkalnya. Secara otomatis Ansell memandang wajah Katie yang kini berbalik menghadapnya.

Riasan tipis yang digunakan Katie tidak mampu menutupi betapa sembabnya mata gadis itu, Ansell menghela nafas, "Kau menangis karena aku membatalkan janji mengantarmu berwisata kemarin?" Ansell merengut tidak menyukai pemandangannya saat ini, Katie dengan mata sembab dan berekspresi murung.

Katie mendecih, kali ini memukul ringan lengan pemuda dihadapannya. "Sialan. Aku tidak akan menangis hanya karena itu" lalu ia kembali berbalik dan melanjutkan langkahnya.

Ansell menyusulnya, kini berjalan di sisi gadis itu. "Lalu kenapa?" Ansell ingin menarik lagi ucapannya, kenapa juga ia malah bertanya seperti itu. Apapun yang membuat si pendek itu menjadi cry baby pastilah masalah pribadi gadis itu yang tidak sepantasnya ia campuri.

Sial, apapun itu ia sudah terlanjur bertanya, sudah terlanjur penasaran, dan sudah terlajur perduli dengan apa yang membuat Katie layu seperti itu. "Kau bisa bercerita padaku kau tahu?" Katie meliriknya dengan sangsi, dan itu membuat Ansell merasa canggung setengah mati. "Ya aku bukannya perduli atau apa sih, hanya saja kau tau tampangmu itu hmm... " Ansell tampak berpikir, "parah sekali. Iya iya mata bengkakmu itu terlihat seperti zombie dan hidungmu merah seperti Pennywise" tambah Ansell dengan cepat.

Juliet's Little AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang