Katie meruntuk, dia bersumpah bahwa dia tidak pernah berada dalam situasi semenyebalkan ini dalam hidupnya, tentu melihat Jayden berselingkuh adalah kondisi lain. Rasanya saat ini Katie ini ingin mengomeli dirinya sendiri habis-habisan, kenapa sih dia harus iya iya saja saat Charlotte menyuruhnya ikut dengan pemuda angkuh dan menyebalkan yang sedang duduk tepat di hadapannya ini?
Pemandu wisata yang baik palamu.
Saat pemuda itu atau si Ansell Jeon menyebalkan itu tidak menolak saat Shopia menyiapkan bekal untuk mereka, Katie mengira Ansell akan mengajaknya kesuatu tujuan wisata dimana mereka akan duduk dengan tenang sambil memakan bekal mereka. Tapi alih-alih bersantai di tempat terbuka, kini mereka ada di Coffee shop yang Katie akui memang bagus, tapi demi tuhan ia bisa menemukan ratusan tempat seperti ini di New York.
Dan lebih parahnya lagi bahkan dalam satu jam ini pemuda Jeon itu tidak mengucapkan apapun padanya.
Dia itu kira aku pajangan ruangan apa?
Katie berdeham, "hmm Ansell, apa kita akan disini sepanjang hari? Ku dengar di Verona ada banyak tempat wisata." Katie berbicara dengan hati-hati, takut-takut si pemuda arogan di hadapannya ini akan merasa terganggu. Demi apapun Katie tidak berada pada situasi ingin mencari musuh.
"memangnya kita cukup akrab sampai kau pikir bisa memanggilku dengan nama kecilku." Alih-alih menjawab pertanyaan Katie, pemuda itu justru berbicara dengan sarkasme yang tidak ditutupinya sama sekali.
Hah?
Katie merasa ada glitch pada telinga dan otaknya ketika mendengar pertanyaan, ugh pernyataan itu. Ia menatapi Ansell dengan tatapan sangsi selama beberapa detik dan si pemuda hanya menaikan sebelah alisnya menatap balik Katie dengan tampang yang demi tuhan membuat Katie ingin meninjunya hingga terjungkal dari kursinya.
Katie setengah mati menahan untuk tidak mendengus pada pemuda itu, "Baiklah, should I call you Mr.Jeon then?" Ia berbicara dengan formal dan menahan tatapannya pada pemuda itu berharap badebah sombong itu sedikit saja bisa menghargainya.
Seolah menghempaskan harapan Katie, si pemuda Jeon itu menyerigai kecil, mencondongkan tubuhnya ke arah Katie, "tidak, tidak perlu."
Hah?
Katie mengerjapkan matanya, berusaha memahami apakah maksud pemuda itu sama seperti apa yang ia pikirkan sekarang. "Jadi aku tidak perlu memanggilmu Mr.Jeon? Ansell saja kalau begitu, benar kan?"
Katie mengerutkan keningnya ketika melihat lawan bicaranya itu menggeleng, "no, no. tidak Mr. Jeon , tidak juga Ansell."
Hah? Hah? Maksudnya?
"Maksudmu?"
"cukup jangan memanggilku," Pemuda itu kemudian berdiri dan Katie nyaris merasa terluka melihat itu , "aku sedang tidak ingin di ganggu. Maaf untuk ini tapi aku yakin kau bisa pulang sendiri bukan?"
HAH?
"wah kau tidak berniat meninggalkan ku disini bukan?" Katie menatapi pemuda itu dengan ekspresi kebingungan bercampur kesal yang sangat terlihat, "aku tidak tau ini dimana."
"well ku rasa itu gunanya internet, aku sedang benar-benar tidak dalam mood untuk berwisata" Katie berani bersumpah ia tidak melihat gurat menyesal sama sekali dalam ekspresi pemuda itu.
Bajingan sial, kecoak busuk.
"kalau begitu kenapa tidak dari awal ditolak saja?" Katie mendengus, persetan dengan tidak ingin cari musuh, toh lelaki didepannya ini sudah lebih dulu mengajaknya bermusuhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Juliet's Little Answer
FanfictionWell, Berniat melarikan diri sejenak dan melupakan segala rutinitasnya yang memusingkan serta kisah cintanya yang baru saja berakhir dengan tragis, justru membuat Katie terjebak dalam kisah lain bersama si pemuda menyebalkan dan kurang ajar yang sia...