Intricate

695 180 48
                                    

Gadis itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada, bersidekap sambil mengamati pemuda dihadapanya yang atensi nya tidak pernah berpindah dari benda pipih segi empat itu sejak lima belas, ah mungkin dua puluh menit yang lalu, bahkan ketika minuman yang mereka pesan datang pemuda itu masih saja setia mengetikan sesuatu sambil terkekeh.

Ia tidak suka diabaikan, apalagi jika kekasihnya yang selalu memandangnya dengan tatapan memuja itu menjadi subjek yang mengabaikan eksistensinya sedari tadi. Objek apa sih yang membuat pemuda itu seolah melupakan kehadirannya? memangnya dia tidak tau kalau Lisa sudah rela menunda jadwal Nail Care Routine nya untuk menyempatkan diri bertemu dengan nya?.

"ekhem"

Gadis itu berdeham berusaha mengalihkan atensi sang pemuda, dan berhasil. Kini pemuda itu menoleh padanya dengan ekspresi blank.

"Ada Apa Lisa?" Ansell Jeon, si pemuda yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya akhirnya membuka suara dalam dua puluh menit  terakhir yang menyebalkan bagi si gadis berambut coklat di hadapannya.

Lisa merotasi matanya kesal, "Ansell, sampai kapan kau berniat mengabaikanku seperti itu?",  ia melihat pemuda itu mengaitkan alisnya bingung. "Kau mau balas dendam padaku karena hari itu?"

Ansell menyergit, ia memutar sedotan pada cup Strawberry Frappuccino  perlahan sambil kembali mengulang kerjadian beberapa hari lalu ketika ia menemui kekasihnya di lokasi pemotretan dengan membawa bunga, tapi alih-alih disambut dengan gembira ia malah sepenuhnya diabaikan dengan alasan kekasihnya itu harus profesional, bahkan bunga yang dibawakannya langsung dititipkan pada managernya tanpa dilihat dua kali. Hell, bohong kalau ia tidak sakit hati dan tidak ingin mengumpati kekasihnya yang menyebalkan itu. Tapi Ansell tidak ingin balas dendam, ia hanya kecewa terlebih lagi demi mengunjungi Lisa ia harus membatalkan janji pada teman baik barunya, Katie Hathaway.

"Sayang?" Lisa dengan tidak sabar kembali memanggilnya ketika Ansell malah merenung sendiri.

Ansell menatap gadis itu lalu menghela nafas, "Kalau kau mengajakku bertemu hanya untuk menanyakan hal tidak berguna begitu, kita bisa membicarakannya lain waktu."

Disisi lain Lisa merasa sedikit tertohok dengan jawaban Ansell, selama empat tahun menjadi kekasih pemuda itu, rasanya baru kali ini Ansell berbicara ketus padanya. "Well  aku minta maaf padamu soal hari itu," ia mendesah pasrah.

Ansell tersenyum kecut, namun ia tidak menanggapi permintaan maaf itu ia hanya menggumam sebagai jawaban sebelum kembali mengalihkan matanya ke benda pipih ditangannya dan membuat Lisa mendesah kecewa.

Ia berdeham, "Bagaimana hari mu hari ini Ansell?"

Ansell mendongakkan kepalanya menghadap gadis cantik dihadapannya dengan sangsi, "Baik dan lancar" jawabnya singkat dan lagi-lagi itu membuat Lisa melenguh tidak nyaman, baru kali ini ia berinisiatif memulai percakapan diantara mereka lebih dulu, biasanya pemuda itu lebih dulu berceloteh panjang lebar padanya.

Lisa menyeruput Ice Americano nya perlahan sambil memerhatikan Ansell yang kini sudah tersenyum lebar dan terkekeh entah dengan apa yang ia lihat dilayar poselnya, gadis itu menghela nafas sebelum membenahi dirinya dan beranjak dari kursinya.

"Sudah mau pergi?"

Satu kalimat itu mengentikan pergerakan Lisa, gadis itu menoleh pada Ansell dan tersenyum. "Aku kira kau membutuhkan waktu sendirian, pasti melihatku hanya membuatmu kesal," gadis itu menjulurkan tangannya untuk membelai rambut Ansell perlahan, "Lagi pula kau nampak lebih senang dengan ponselmu."

Itu bukan sarkasme, Ansell mengenali gadis itu dengan baik. Itu hanyalah ucapan jujur tentang pemikirannya, tidak ada getir sarkasme sama sekali dalam kalimat gadis itu. Tapi alih-alih merasa lega, Ansell Jeon justru menekuk wajahnya.

Juliet's Little AnswerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang