Happy Reading !!
Seleksi alam yang menjadikannya seperti ini, saat akhirnya Hinata benar-benar kembali ke tempat itu.
Mengunyah camilannya sebelum membuang bungkusnya ke tempat sampah terdekat.
Hinata merasa ini salah.
Tidak seharusnya ia mendatangi lelaki itu, setelah apa yang dilakukannya.
Menggaruk belakang kepalanya, Hinata ragu-ragu sebelum memilih untuk mengurungkan niatnya.
Lagipula, mungkin saja lelaki itu tidak ada di rumah sekarang, mengingat bahwa Sasuke juga mempunyai pekerjaan yang lebih besar daripada mendengarkan ocehannya yang tidak berguna.
Hinata akhirnya memilih berjalan menjauh dari area rumah mewah Sasuke, dimana anak buah Sasuke yang berjaga di depan gerbang hanya bisa menyaksikan Hinata dengan tatapan heran saat melihat Hinata yang berjalan menjauh darisana.Berjalan disana seorang diri, Hinata membutuhkan sebuah tempat untuk disinggahinya sekarang.
Sia-sia saja pelariannya, jika ia tidak mengunjungi sebuah tempat yang bisa meringankan dadanya yang sesak.
Hinata ingin menangis, itu perasaan mendadak yang tidak tau sejak kapan berada disana.
Kakinya terus melangkah, sampai Hinata menemukan tempat yang pantas di kunjunginya.
Berhenti di halte bus setelah membeli sebuket bunga mawar putih yang wanginya membuat Hinata merasa nyaman.
Hinata pasti akan dianggap durhaka, jika mengunjungi makam ibunya tanpa membawa apapun sebagai buah tangan.Tempat dimana ibunya dimakamkan, sama dengan dimana Shion dimakamkan.
Hinata bisa mengunjungi keduanya sekaligus, sangat efisien tentu saja.
Saat seorang anak mengunjungi makam ibunya, saat itulah ia ingin menceritakan keluh kesahnya.
Hinata membenarkan topi putihnya yang nyaris terbang karena angin.
Memamerkan senyumnya yang selalu manis.
Hinata hanya membawa sebuket bunga, karena ia bisa membaginya untuk kedua orang yang disayanginya."Okaa-san, Shion-nee, berapa lama aku harus bertahan? Berapa lama lagi aku harus bersabar? Aku sangat ingin membunuhnya! Aku sangat ingin melakukannya!"
Hinata hanya diam disana, hanya merasakan bagaimana dadanya yang terasa penuh dan sesak.
Saat akhirnya ia memejamkan mata, saat itulah air mata yang ditahannya luruh.
Perasaan yang perlahan melegakannya, setelah ia menahan semua ini seorang diri tanpa berani berbicara pada orang lain.
Saat Hinata membuka matanya, saat itulah ia melihatnya.
Lelaki itu berdiri disana, dengan setelan jas mahal yang membalut tubuhnya, diam tanpa kata, hanya tatapannya yang tidak beralih dari Hinata.
(Aku lagi dengerin lagu ini, dan gatau kenapa rasanya ikut nyesek waktu part Hinata datang ke makam ibunya 😭)
Hinata tidak tau apa yang dipikirkannya, terutama saat lelaki itu berjalan mendekat kearahnya yang kini masih mematung tanpa mengatakan sepatah katapun.
"Kau-..."
Sasuke seperti kehilangan kemampuan bicaranya saat melihat makam siapa yang didatangi Hinata.
Bola matanya kembali menatap Hinata, yang terlihat bingung dengan keberadaan Sasuke disini."Ada apa denganku?" Tanyanya dengan lirih.
"Kau mengenal Shion?"
Akhirnya Sasuke mengatakannya juga, setelah kesulitan merangkai kata di bibirnya.
"Tentu saja, dia kakakku!" Serunya.
Sasuke bertanya lewat tatapan matanya, sekarang lelaki itu yang bingung setelah mendengar perkataan Hinata.
"Begini, aku menganggapnya kakak. Shion-nee yatim piatu, dan aku tidak punya kakak perempuan." Jelasnya.
Dari ekspresi yang diperlihatkan Sasuke padanya kali ini, Hinata bisa menebak jika lelaki itu tampak sedikit bingung.
Hinata bisa maklum, karena Shion memang tidak pernah mengatakan apapun tentangnya pada lelaki itu, karena Hinata memang melarangnya.
Hinata menyelesaikan doanya, sebelum beranjak dari pemakaman umum itu.
Sasuke masih mengikutinya, hanya diam tanpa kata.

KAMU SEDANG MEMBACA
MR. MAFIA
FanfictionHyuuga Hinata, si gadis biarawati mantan anggota agen CIA dengan keahlian khusus sebagai penembak jitu. Bagaimana jika ia harus dihadapkan pada mafia beriman sejenis Uchiha Sasuke yang bisa sangat merepotkan. "Tuhan tidak akan menghukum orang yang b...