22. ☠

688 87 0
                                        

Happy Reading !!

"Hinata, aku tidak ikut ya. Aku masih ada misi."

Ino memeluknya sekilas, sebelum berlari menuju mobilnya.

"Hmm.. hati-hati, Ino." Teriaknya.

Melambai ringan sebagai balasan, senyum lebarnya muncul begitu saja.
Hinata melupakan sesuatu yang penting, menepuk dahinya sebelum mengutuk Sasuke dalam kepalanya.

Menoleh pada Kiba yang berwajah bingung melihat tingkah Hinata. "Kiba, kau bawa mobil?" Tanyanya.

Mengangguk, "Hn. Disana." Jawabnya menunjuk mobilnya yang terparkir agar jauh dari gerbang rumah Sasuke.

Menghela napas lega, setidaknya Hinata tidak harus merampok mobil Sasuke sebagai kendaraannya.

"Ayo pergi." Ajaknya.

Uchiha Sasuke hanya terkekeh melihat tingkah Hinata, lelaki itu sengaja tidak menghentikannya karena mereka akan bertemu di pesta itu nantinya.
Sasuke hanya ingin melihat apa rencana Hinata, tanpa menghalanginya.
Sama seperti yang dikatakan Kakashi tempo hari, Sasuke tidak perlu memberikan bantuan tidak penting yang bisa membuat Hinata salah paham dan mungkin tersinggung.
Tapi, tidak mungkin juga ia lepas tangan.

"Hinata, apa agensi tau tentang ini?"

Kiba bertanya, setelah berpikir dengan wajah aneh itu.

Mengangkat bahu ringan, "Mungkin saja." Jawabnya singkat.

Pesta lelang dengan tujuan amal? Hinata mendengus keras, menyeringai dengan wajah remeh.
Tidak pernah ada yang namanya amal, hanya sebuah kelimat pembodohan untuk mendapat simpati publik.
Kebusukan mereka benar-benar tersusun rapi, itu yang Hinata pikirkan.
Hinata yakin, jika disana ia bisa bertemu banyak orang penting nantinya, siapa tau ia bisa mendapat jack pot besar yang tidak pernah disangkanya. Hinata menantikannya.

"Kita harus datang malam ini. Bagaimana?" Bertanya pada Kiba dan Sasori yang duduk di kursi depan.

Senyum lebar Kiba muncul, "Tentu saja. Kita harus datang." Jawaban yang penuh semangat.

Sasori tersenyum kalem, mengangguk tanda setuju.

"Kiba, ke Guseon mart. Aku lapar."

Hinata memang belum sempat sarapan pagi tadi, karena keberadaan Sasuke yang membuat suster kepala menyuruhnya cepat pergi.
Mengerling pada Kiba yang meliriknya dari spion, lelaki itu seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Ada apa, Kiba? Tanyakan saja, apa yang ingin kau tanyakan?"

Hinata merasa jengah karena Kiba terus mengawasinya tanpa mengatakan sesuatu, sementara Sasori hanya diam saja sambil membaca Alkitab kecil yang selalu dibawanya.
Lelaki itu sangat taat, berbeda sekali dengan Hinata.

Kiba ragu-ragu sejenak, "Apa hubunganmu dengan Sasuke? Kau pacaran dengannya?" Tanyanya.

Suara tawa renyahnya yang membuat Sasori mengerling kearah Hinata, ikut tersenyum simpul saat melihatnya.
Kiba mendengus kesal melihat reaksi Hinata yang sama sekali tidak seperti yang ada dalam bayangannya.

"Jangan berpikir yang tidak-tidak." Jawabnya setelah menyelesaikan tawa.

Hinata tidak menjelaskannya, karena memang tidak ada yang harus dijelaskan olehnya.
Mereka tidak pacaran. Itu intinya.
Sasuke bukan apa-apa, jika dibanding dengan beban pikirnya saat ini.
Dimana Hinata harus memikirkan bagaimana caranya ia bisa menemukan celah untuk masuk ke ruang berkas Sunwon Group.
Hinata hanya memiliki bukti tidak langsung bahwa perusahaan itu melakukan pelanggaran dan kongkalikong dengan walikota untuk tetap memberikan izin.
Orang berpangkat tinggi terlibat didalam putaran pencucian uang yang tentu saja ilegal, dimana itu artinya Hinata harus melakukannya sebaik mungkin, jika tidak ingin mati konyol.

MR. MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang