20. 👀

779 113 13
                                        

Happy Reading !!

"Aahh, jadi kau di pecat karena ketahuan sedang berjudi?"

Hinata tidak habis pikir dengan apa yang terjadi pada Sasori di masalalu.
Mereka masih bersiaga, dimana Hinata mengatur kamera dan ponselnya untuk merekam apa yang mereka lihat di bawah sana.
Tempat mereka sangat strategis dan cukup aman untuk melakukan pengintaian kali ini.

Sasori terlihat malu dengan wajah bersemu, "Itu karena nenekku adalah pejudi yang cukup terkenal." Katanya, terlihat bangga.

Kiba belum bersama mereka, lelaki itu sedang menyiapkan kamera lain untuk membuat salinan rekaman.
Hinata tersenyum, mengangguk paham dan maklum.
Karena neneknya adalah pemain judi yang hebat, bukan tidak mungkin jika Sasori ingin melakukannya juga.

"Kiba, kau tetap di mobil." Hinata memberi perintah lewat sambungan telpon.

Kiba tidak protes, hanya mengatakan baiklah dengan suara angin-anginan.
Hinata barusaja mematikan ponselnya, saat sebuah mobil SUV hitam terlihat berhenti di samping jalan besar.
Hanya sekian menit, sebuah mobil Lexus abu-abu juga terlihat terparkir di samping mobil suv itu.
Hinata mengenali siapa saja yang keluar dari mobil itu.
Sasori memotret mereka, sedangkan Hinata sibuk dengan siaran langsungnya yang di tonton lebih dari  300 orang, lengkap dengan komentar mereka.

"Tidak ada yang mengikutimu, kan?"

Hinata bisa mendengar apa yang mereka bicarakan, karena Kiba memasang kameranya di lampu jalan yang posisinya sangat dekat dengan tempat dimana orang-orang itu berdiri.

"Kepala jaksa Konan dan pengacara Kabuto. Seperti yang aku harapkan." Gumamnya dengan wajah puas.

Hinata menarik kepala Sasori, untuk menunduk lebih dalam karena Kabuto mendongak ke arah mereka.
Hinata melewatkan saat dimana walikota juga turut hadir disana, tapi ponsel dan kamera nya merekam semuanya.

"Hinata, sudah aman." Suara Kiba yang terdengar dari earpiece yang digunakannya, membuat Hinata melepaskan kepala Sasori.

Nyengir lebar saat melihat Sasori yang tampak kesakitan, "Maafkan aku." Katanya.

"Sasori, turun dan temui Kiba. Tunggu aku di mobil."

Sasori terlihat ingin mengatakan sesuatu, saat Hinata melotot tajam padanya, memperingatkan agar Sasori menurut padanya.

Sasori kehilangan nyalinya, mengangguk patuh. "Baiklah." Katanya.

Hinata membenarkan ikatan rambutnya yang hampir lepas karena menunduk tadi.
Memastikan bahwa Sasori sudah menuju tempat Kiba dengan aman, Hinata mengambil ponselnya, menghentikan siaran langsung yang mendapat banyak sekali komentar yang tidak sempat di bacanya.
Berjalan turun, Hinata hanya ingin memastikan sesuatu yang mengganggunya.

Jarak antara tempatnya dan area dapur sangat dekat, hingga Hinata bisa mencium aroma masakan entah apa itu, yang tidak membuatnya tertarik untuk mencicipinya.
Hinata membuka pintu dapur, bersandar disana dan tidak ada yang menyadari keberadaannya.
Mengambil ponselnya, memotret beberapa bahan mencurigakan yang sepertinya tidak layak di makan.

"Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini?"

Lelaki berwajah preman, mendekatinya dengan pertanyaan tidak ramah.
Hinata mengernyitkan kening, bukan merasa takut, tapi karena asap rokok yang selalu membuatnya tidak senang.

Berdecak, berkacak pinggang dengan tampang terganggu. "Bisa kau buang rokokmu? Aku merasa mual." Katanya.

Lelaki itu tertawa, jenis tawa mengejek yang membuat Hinata ikut tertawa sumbang tanpa ada humor disana.

MR. MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang