24. ~

511 77 7
                                    

Happy Reading !!

Hinata hanya ingin tidur nyenyak setelah semua hal yang dilakukannya hari ini.
Hanya saja, keinginan kecilnya tidak menjadi kenyataan saat Yamanaka Ino datang ke tempatnya dengan berbagai pertanyaan yang membuat Hinata sakit kepala.
Baiklah, jika perempuan satu itu menanyakan bagaimana kabar tumit Hinata, mungkin ia masih bisa menerimanya dengan senang hati.
Tapi sialannya, nona lenjeh yang satu itu malah bertanya mengenai hal tidak penting seputar Sasuke dan kemarahannya.
Demi Tuhan, seharusnya perempuan itu merusuhi Sasuke dan bukan Hinata yang dijadikan sasarannya.

"Apa saja yang terjadi disana? Ayolah Hinata, kau bisa membuatku mati konyol jika terus diam seperti ini?" Ino merengek dengan bibir cemberutnya yang menyemburkan kekesalan tidak masuk akal.

Hinata ingin memakinya, dan memang sudah melakukan itu dalam kepalanya sejak detik pertama kedatangan Yamanaka Ino di tempat tinggalnya.

Menatap lelah pada Ino yang memberi tatapan penasaran, "Tanya saja pada Sasuke sendiri." Ujarnya.

Hinata menarik selimut hingga menutupinya seperti mayat, membiarkan Ino yang terus merengek sambil memukul ringan bahunya.
Hinata sudah tidak peduli, kepalanya terlalu penuh dengan berbagai macam pikiran yang mengusiknya tanpa henti.

Reaksi Sasuke membuat Hinata begitu penasaran dengan apa yang terjadi antara lelaki itu dan kakak perempuannya.
Dari apa yang terbaca dalam sorot matanya, Sasuke menganggap Himeka adalah orang yang sangat berharga dalam hidupnya.
Hinata terusik dengan fakta itu, dimana sekarang egonya mengambil alih segala pikirannya.

"Ada apa dengan mereka?"

Pertanyaan tanpa jawaban yang terus terngiang dalam kepalanya.
Hingga Hinata tidak lagi mendengar suara Ino yang merengek di sampingnya, barulah ia keluar dari selimut tebal yang membungkusnya seperti mumi.

Ingatan samar-samar menyadarkannya akan sesuatu yang sempat Hinata lupakan, hampir dilupakan lebih tepatnya.
Lelaki itu. Lelaki yang ingin dikenalkan Himeka padanya dalam beberapa tahun yang lali.
Tubuhnya menegang saat otaknya menyambungkan sesuatu yang membentuk jawabannya sendiri.

Jangan-jangan ..

Jika tebakannya kali ini tidak salah, Hinata bisa mendapat jawaban akhir yang menjadi alasan tentang sikap Sasuke malam ini.
Tentang kemarahannya dan semuanya.

Mendadak ia tertawa sumbang, menertawai dirinya sendiri yang sempat mengharapkan apapun pada bajingan sekelas Uchiha Sasuke yang kemungkinan besar adalah pacar dari kakak angkatnya.
Lelaki yang ingin dikenalkan Himeka padanya sebelum meninggal.
Entah kenapa, Hinata merasa berdosa akan sesuatu.

**

Uchiha Sasuke tampak menyedihkan sekarang, setelah mengetahui apa yang terjadi pada Himeka dan kematiannya.
Gadis manis kesayangan yang berstatus sebagai pacarnya, mantan pacar lebih tepatnya.

Kemarahannya yang tersembunyi begitu rapi, emosinya yang tertata begitu stabil, Uchiha Sasuke memang mempunyai pengendalian diri yang baik.
Ia tidak meledakkan emosinya secara sembarangan, tidak menunjukkan pada orang lain mengenai apa yang sedang dirasakannya.

Menyesap rokoknya, menghembuskan asap beraroma nikotin dan menthol yang sempat menjadi candunya, sebelum gadis itu menghentikannya.

Sekarang ia mengerti, alasan kenapa Hinata begitu nekat dan bernafsu untuk menghancurkan Minato dan antek-anteknya.
Sasuke kembali mengingat perkataan Himeka sebelum kepergiannya ke luar negeri untuk melanjutkan pendidikannya.

"Saat kau kembali nanti, aku akan mengenalkanmu dengan adikku. Orang yang sangat aku sayangi."

Sasuke mendengus hambar, menyadari bahwa dirinya dan Hinata sudah lama terikat tanpa sadar.
Himeka memang sering menceritakan tentang Hinata, sampai Sasuke dibuat cemburu pada bocah yang belum pernah ditemuinya itu.
Saat itu Hinata memang berada diluar negeri bersama ibunya untuk melakukan pengobatan, dalam jangka waktu yang lama.
Dan saat Hinata kembali, Sasuke yang harus pergi untuk melanjutkan study nya.

MR. MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang