13. \■/

844 131 7
                                        

Happy Reading !!

Hinata tidak pernah mengatakan apapun tentang kematian Shion, hanya pada pastor Alfaro saja ia membagi ceritanya.
Kenapa dan bagaimana ia bisa menyimpulkan jika Naruto adalah pembunuh kakaknya.
Masih sangat jelas dalam ingatannya, bagaimana ia yang melihat Naruto berdebat dengan Shion sebelum hari kematiannya.

"Jangan mempermainkan Hinata, atau kau akan menyesalinya!"

Hanya itu kalimat yang dengan jelas ditangkap oleh Hinata, selain kalimat kasar dan umpatan yang membuat telinganya berdengung.
Hinata tidak pernah melihat Shion yang semarah itu pada seseorang, terlebih pada seseorang yang usianya berada di bawahnya.

"Atau kau yang akan menyesal, karena menggagalkan semuanya."

Naruto tidak bersuara dengan keras, hanya mengancam dengan nada rendah yang membuat bulu kuduk Hinata meremang, tidak pernah ia melihat lelaki yang berstatus pacarnya itu terlihat semengerikan itu.
Hinata takut! Tentu saja ia sangat takut.

Kau tau, saat melihat dua orang yang sama-sama kau sayangi, saling mengancam dan saling menyerang, itu akan membuatmu merasa sangat ketakutan.
Shion menampar Naruto dengan keras, sebelum bodyguard Naruto datang menghentikan Shion yang mau pergi darisana.
Salah satu lelaki dewasa berwajah menyeramkan itu memberikan suntikan pada Naruto.
Hinata tidak tau apa yang disuntikkan Naruto pada Shion, hingga membuat Shion langsung tidak sadarkan diri.

Keesokan harinya, Shion ditemukan meninggal dengan keadaan mengenaskan.
Semua orang percaya jika kematiannya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, kecuali Hinata.
Hinata tidak bisa mengatakan apapun, karena tidak ada yang mempercayainya.
Sama sekali tidak ada yang percaya dengan suaranya yang meneriakkan semua kebenaran yang dilihatnya.
Tidak ada bukti, tidak ada yang bisa menunjukkan kebenaran atas perkataannya.
Dari semua orang yang tidak mempercayainya, hanya pastor Alfaro yang berpihak padanya, hanya beliau yang percaya pada ceritanya.

Melihat Hinata yang menangis terisak dan bersimpuh di altar gereja, membuat pastor Alfaro percaya bahwa apa yang dikatakan Hinata adalah sebuah kebenaran.
Tapi sekali lagi, mereka tidak punya bukti untuk menunjukkan kebenarannya.
Jalan buntu itu membuatnya berhenti bicara.

Hinata baru tau jika Sasuke adalah pacar Shion adalah saat ia membaca buku harian milik Shion, yang sampai sekarang masih disimpannya.
Bukan hanya buku hariannya, beberapa barang juga masih disimpan Hinata.

Uchiha Sasuke, yang baik dan tampan.

Itu adalah kalimat yang sering muncul di buku harian Shion.
Sekarang, rasanya Hinata ingin menertawakan semua ini, saat ia harus kembali berurusan dengan semua hal merepotkan yang berusaha dilupakannya.
Hinata yakin jika Shion dan ibunya sudah bahagia di atas sana, mereka pasti tidak akan senang jika Hinata melakukan balas dendam.
Bahkan jika Naruto di penjara sekalipun, Shion tidak akan kembali hidup, bukan?

"Dunia yang lucu. Kenapa kau harus mempermainkanku seperti ini?"

Hinata menegak beer nya, meski sekarang sudah mulai mabuk karena menghabiskan tiga kaleng beer.
Hinata bukan ahli alkohol, bisa maklum jika gadis itu mulai teler hanya dengan tiga kaleng beer.

Hinata tidak bisa mengatakan semua itu pada Sasuke, karena lelaki itu pasti akan membunuh Naruto.
Bukan karena ia masih memiliki rasa pada bajingan itu, tapi karena Hinata tidak mau Sasuke mencuri start.
Hanya Hinata yang boleh membunuhnya, ia yang akan membunuh Naruto dengan tangannya.
Hinata bukan hanya balas dendam karena kematian Shion, ia juga balas dendam karena lelaki itu mempermainkannya.

**

Hinata meringkuk di ranjangnya, mengubur diri di balik selimut tebal yang membungkusnya seperti mayat buangan.
Suster kepala barusaja keluar dari kamarnya, setelah mengomel pada Hinata dan memberinya sarapan juga obat penurun demam.
Hinata mabuk semalam, dan tidur di depan rumahnya sampai pagi buta, sebelum suster kepala menemukannya dengan keadaan demam tinggi yang membuatnya cemas setengah mati.
Hinata tersenyum, bahkan ia masih bisa merasa bahagia, meski keadaannya tidak baik-baik saja.
Suster kepala memang sering mengomelinya, sekaligus orang yang sangat peduli padanya.

MR. MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang