21. 👣

936 110 23
                                        

Happy Reading !!

"Apa kau berhubungan lagi dengan Hinata?"

Suara tanya dalam situasi yang sama sekali tidak nyaman, dimana Naruto ingin segera pergi darisana secepatnya.
Melihat ayah kandungnya ini selalu membuatnya jengah, Naruto hanya ingin jujur.

"Tidak." Jawabnya cepat.

Minato terlihat berpikir, seperti merencanakan sesuatu dalam kepalanya.

"Baguslah." Tapi hanya itu yang dikatakannya.

"Hn. Aku pergi dulu, ayah." Pamitnya sambil lalu.

Namikaze Minato, melihat kearah pintu dimana anaknya barusaja keluar darisana.
Jika Naruto kembali berhubungan dengan Hinata, itu bisa menjadi boomerang untuknya sendiri.
Minato sudah mendidik Naruto menjadi seperti sosoknya yang sekarang ini.
Jika sampai Naruto luluh, bisa saja Minato yang akan mati bersama para bajingan itu.
Mengusap wajahnya, ia tidak berharap akan kembali dihadapkan pada sosok yang sangat dipuja oleh anaknya itu.

Bahkan jika Hinata berusaha menghalanginya, Minato sendiri yang akan menyingkirkannya.
Menyeringai licik, gadis kecil itu tidak akan bisa menghentikannya dengan mudah.
Hinata belum pernah berhadapan dengan orang-orangnya, gadis itu tidak pernah tau jika bahaya selalu mengikutinya.

"Awasi terus gadis itu. Jangan sampai lolos."

Hanya dengan sekali perintah, Minato bisa mendapatkan apapun yang diinginkannya.
Begitulah saat seseorang bisa menggunakan kekuasaannya dengan benar, apapun sangat mudah untuk didapatkan.
Uang adalah penentu dari sebuah permainan, titik kunci yang menjadi pusat.
Selama kau mempunyai uang, kau bisa mendapat apapun yang kau inginkan.

Naruto berjalan dengan wajah datarnya, curiga dengan apa yang sedang direncakan oleh ayahnya.
Naruto tidak menyadari sebelumnya, sekarang ia tau jika ayahnya lebih licik dari yang pernah dibayangkannya.
Karena itu, Naruto harus lebih licik untuk menghentikan apapun yang ingin dilakukan ayahnya pada Hinata.

"Jangan biarkan mereka menyentuh Hinata." Perintahnya pada seseorang di ujung sana.

Helaan napasnya yang melambat, Naruto menyesalkan kenapa Hinata harus turun ke lapangan kali ini?
Mengusap wajahnya dengan gusar, Hinata memang tidak bisa diam dengan tenang dan menjadi pengamat.

**

Sasuke tidak bertemu Hinata saat datang ke Gereja pagi ini, entah kemana gadis itu pergi di jam pagi buta seperti ini.

"Suster, dimana suster Hinata?" Bertanya pada suster kepala yang berjalan di hadapannya.

"Suster Hinata sedang olahraga. Mungkin sebentar lagi kembali." Jawabnya.

Sasuke mengangguk paham, berjalan keluar setelah mengatakan terimakasih pada suster kepala.
Sejak kapan gadis itu jadi rajin olahraga? Pikirnya.
Berdiri di depan mobilnya, Sasuke tidak berniat pergi meski ia sudah menyelesaikan ibadahnya.
Sasuke tidak pernah sudi saat harus menunggu, tapi Hinata adalah pengecualian.

"Apa yang kau lakukan disini?"

"Kenapa lama sekali?"

Dua pertanyaan berbeda yang diteriakkan disaat bersamaan, membuat Akamaru menjenggong dengan geraman galak saat melihat Sasuke.
Anjing dengan ras Alaskan Malamut bertubuh besar itu tampaknya tidak senang saat melihat keberadaan Sasuke disana.

Mengerling pada Akamaru, "Anjing siapa ini? Kenapa dia ada disini?" Tanyanya.

Hinata mengusap bulu lembut Akamaru, dimana itu malah membuat Sasuke cemburu. Sialan.
"Ini Akamaru, anjingnya Kiba." Jawabnya singkat.

MR. MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang