7. BAJINGAN

1K 147 14
                                    

Happy Reading !!

"Bajingan mana yang lebih buruk dari dirimu ? Tidak ada. Kau yang terburuk, tuan Uchiha."

Hinata mengatakannya dengan tenang, sangat tenang meski moncong pistol itu berada di pelipisnya, siap meledakkan kepalanya jika ia mengatakan sesuatu yang salah.
Tapi Hinata biasa saja, memakan es krim yang dibelikan pastor Andrew sambil membaca novel wattpad di layar laptopnya.
Orang gila itu benar-benar seorang pendosa jika sampai membunuh biarawati perawan yang dalam keadaan tidak terlalu baik sepertinya.
Uchiha Sasuke terkekeh, merasa malu sendiri karena tidak berhasil menakuti Hinata.

"Kau menghancurkan semuanya, suster." Keluhnya, menyimpan kembali pistolnya.

Mengedikkan bahu ringan, tidak peduli lebih tepatnya.

"Jika kau tidak jadi membunuhku, silahkan pergi dengan baik-baik."

Hinata yang cuek saja saat mengatakan pengusiran langsung pada Sasuke yang mengambil tempat dan duduk disampingnya tanpa permisi.
Meski kondisinya seperti ini, Hinata dan sarkasme nya sama sekali tidak berubah.
Ada masalah hidup apa sih biarawati yang satu ini ?
Heran saja Sasuke ini, dimana Hinata yang selalu memusuhinya tanpa sebab yang jelas.
Seperti seorang istri hamil muda yang mual dengan aroma suaminya, begitulah.

"Astaga, jahatnya." Sahutnya.

Hinata mengerling kearah Sasuke, ada yang ingin dikatakan pada lelaki itu dan ini bukan masalah odading mang oleh yang rasanya seperti anda menjadi iron man.
Udah ah, anjingg !!

(Author note : skip deh skip, skip deh 🤣)

"Sasuke, bisa kau hentikan ide walikota yang gila itu ?"

Hinata bertanya dengan serius, bahkan sekarang ia menutup layar laptop di pangkuannya.
Menyeringai samar, Hinata melewatkan satu moment langka dari mulutnya yang terpeleset tidak tau apa.

"Jadi, sekarang kau memanggilku Sasuke ?" Tanyanya, dengan senyum jahil yang membuat Hinata mengerjapkan mata.

"Jadi, kau lebih senang aku memanggilmu, tuan Uchiha ? Begitu ?"

"Tidak. Kau bisa mengganggilku Sasuke."

Hinata lihat dimana moment awkward seperti ini hanya akan berakhir dengan gelengan ringan dan tragis.
Kenapa sebenarnya lelaki dihadapannya ?

"Jadi ??"

"Untuk pertanyaanmu, mungkin bisa. Aku selalu bisa melakukan apapun."

Hinata berdecak, melihat bagaimana Sasuke yang begitu jumawa.
Meski harus diakui, lelaki itu memang bisa melakukan apa saja.

"Baguslah. Lakukan semua yang bisa kau lakukan."

Hinata tidak terlihat seperti seseorang yang barusaja berterimakasih secara tidak langsung, hanya mengatakannya dengan wajah datar yang seperti tidak tertarik pada apapun yang berada dihadapannya.

"Dan sekarang, boleh aku tau, siapa kau ?"

Sepenuhnya menatap Sasuke dengan sudut alis yang terangkat sebelah.
Dua pasang bola mata dengan warna berbeda, terlihat saling menyelidiki satu sama lain, menganalisis gerakan apa yang akan mereka lakukan selanjutnya.
Sasuke melihat bola mata indah Hinata yang tidak goyah, tidak mengalihkan pandangan darinya.
Seumur hidupnya, baru kali ini ia benar-benar melihat bola mata khas Hyuuga yang katanya bisa membuat orang lain terhipnotis.
Dan sepertinya, Sasuke harus mengakuinya.
Dimana ia yang tidak bisa melepaskan diri dari mata Hinata, semakin ingin menariknya mendekat dan menciumnya dengan panas hingga membuatnya tak bisa bernapas.

Hinata mengenalinya, tidak mungkin salah dengan apa yang dilihatnya.
Bola mata gelap yang tampak misterius, menyimpan segudang rahasia tak terpecahkan yang tidak ingin Hinata pelajari.
Sasuke terlalu rumit, ada banyak cabang yang menutupi lelaki itu.
Hinata pernah mencoba membuka satu cabang, meski ia tidak bisa melakukannya.

"Aku Hinata. Hyuuga Hinata." Jawabnya dengan ketenangan luar biasa.

Sasuke tersadar saat suara itu mengalun melewati gendang telinganya dengan begitu halus.
Selalu bayangan erotis yang muncul di kepalanya, dimana Sasuke ingin membuat Hinata mendesahkan namanya saat mencapai puncak yang luar biasa.

"Siapa kau ? Apa yang kau lakukan disini ?"

Untuk pertanyaan itu, Hinata terlebih dulu menghela napas, tangannya terangkat sebelum mendarat di kepala Sasuke dengan keras.
Hinata tidak sadar jika kekuatan yang digunakannya hampir membuat Sasuke terjengkang dari tempat duduknya.

"Tentu saja aku biarawati disini, bodoh. Sebenarnya apa yang kau makan sampai sebodoh ini ? Kadal ?"

Hinata mengatakannya dengan suara yang sedikit keras hingga membuat suster kepala keluar untuk melihat keributan apa lagi yang dilakukan Hinata.
Dan saat melihat Sasuke disana, suster kepala hanya menghela napas dan kembali masuk.
Tidak ingin ikut campur dalam kerusuhan yang dilakukan Hinata.

"Sejak kapan seorang biarawati boleh berkata kasar begitu ? Terutama pada jemaat yang taat sepertiku ?"

"Ouhh .. semoga Tuhan segera mengusir iblis dari dalam tubuhmu. Selamat malam."

Final, Hinata meninggalkannya segera, membiarkan Sasuke yang beberapa kali menyuruh Hinata berhenti.
Pintu rumahnya sudah tertutup rapat, sementara Sasuke masih ada disana dengan senyum aneh dibibirnya.
Lelaki itu sangat aneh, bahkan sekarang ia terlihat lebih parah setelah keberadaan Hinata disana.
Niat awalnya ingin menjenguk Hinata malah berakhir dengan pertengkaran konyol mereka.
Luar biasa memang.

"Kakashi, lakukan sesuatu untukku."

Sasuke hanya perlu menghubungi anak buahnya untuk membereskan masalah ini, dan sangat yakin jika besok pagi Kakashi akan mengirimkan yang diinginkannya.
Bagi seorang Uchiha Sasuke, mencari kelemahan kecil dari lawan bukanlah hal yang sulit, terutama karena ia mengenal lawannya dengan cukup baik.
Namikaze Minato, bukan walikota yang baik, percayalah.

Beranjak darisana, ia hanya ingin memastikan jika Hinata baik-baik saja, dan langsung terbukti bahwa perempuan itu baik-baik saja, dilihat dari suara teriakannya yang lantang.
Rasanya tubuhnya menjadi sangat ringan, moodnya berubah baik hanya dalam sekejap mata.
Sasuke tidak mengidap bipolar, ia hanya sedang tidak waras.
Hinata mengintip kepergian Sasuke dari jendela kamarnya, tersenyum miring tanpa suara saat melihat betapa konyol mereka.
Hinata bersyukur karena ia menolak misi untuk menyelidiki Sasuke saat itu, dimana jika ia melakukannya waktu itu, pasti tidak akan seperti ini keadaannya.
Entah Hinata akan mati atau apa, yang jelas ia merasa beruntung karena menolak misi itu.

"Bibi Tsunade, apa kabar ?"

Hinata memulai sesi video call nya bersama Tsunade Senju, wanita tua paling cantik yang pernah dikenalnya.

"Aku baik-baik saja, bocah nakal. Apa yang kau mau kali ini ?"

Sesuai dugaan, Tsunade memang tidak pernah mengecewakan. Hinata mengakuinya.

"Tolong kirimkan skincare korea yang biasa aku pakai. Masker wajah gambar bekicot itu, lalu masker kesemek dan serum jeruk nipis. Semuanya. Aku mau semuanya."

Tsunade manggut-manggut paham.

"Baiklah. Besok akan sampai. Kau tidak perlu sari blewah ? Air kembang kantil atau kemenyan wangi ?"

"Tidak sama sekali. Sudah ya bibi, terimakasih."

Hinata mematikan sambungannya secara sepihak, sebelum ia mendengar berbagai bentuk penawaran produk kecantikan yang diproduksi sendiri oleh Tsunade.
Hinata naik ke ranjangnya, menyamankan diri di bawah selimut tebalnya yang nyaman dan mulai memejamkan mata.
Ia merindukan sahabatnya, dan berdoa saja ia bisa bertemu dengannya di mimpi.
Ia juga merindukan ibunya, semoga ia bisa bertemu dengannya juga.

You may dream of something else, Hinata.

.
.
.
.
Abaikan beberapa yang tidak penting ya gaess ..

Vote pleasee ❤❤

MR. MAFIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang