28 - DEAR LONDON

22 9 8
                                    

Kini tinggal bagaimana usahaku untuk bisa benar-benar memilikinya.

-jeon jungkook-

.

.

.

"Samuel, kamu dimana?", aku meneleponnya di perjalanan menuju Sky Garden

"Hyung, aku tidak bisa mendengar suaramu. Disini bising sekali"

"Okey, aku chat kamu"

"Hyung, aku benar-benar tidak bisa mendengarmu", jawab Samuel lantang.

Segera aku matikan telepon dan mengirimkan chat ke Samuel mengirim kabar kalau aku sudah di London dan menuju ke Sky Garden.

Ke-2 managerku dengan berbekal google search, mereka sibuk menelepon setiap penginapan di seputar Sky Garden dan beruntung masih ada penginapan yang tersedia.

"Akhirnya kita dapat penginapan. Kita stay di Fraser Residence City ya", ucap Hobeom Hyung.

"Lokasinya dimana?", tanya Hyun Soo Hyung.

"Kalau melihat dari map tidak jauh dari Sky Garden", jawab Hobeom

Jalanan kota London banyak yang ditutup untuk perayaan malam tahun baru. Banyak warga yang berjalan kaki, termasuk aku pun terpaksa turun di tengah jalan dan melanjutkan berjalan kaki karena sepanjang jalan Fenchurch ditutup.

Menurut driver, lokasi Sky Garder sudah tidak jauh dari dia menurunkan kami. Hanya perlu menyelusuri jalan Fenchurch ini.

Manager Hobeom membantu tracking lewat google maps. Dia bilang lokasi Fraser Residence juga tidak jauh. Dia mau check-in dulu dan menaruh barang-barang bawaan kami.

 Dia mau check-in dulu dan menaruh barang-barang bawaan kami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hyung, kalau aku ke Sky Garden duluan gimana?", tanyaku

"Ya sudah, sini ranselmu, biar aku taruh di penginapan", tawar Hobeom.

"Tidak Hyung, biar aku bawa saja"

Kami berpisah di depan lobby Sky Garden Walk. Cuaca London malam ini sangat dingin dan waktu sudah menunjukkan pukul 3 dini hari.

Aku langsung menuju ke lantai paling atas. Aku tidak yakin apakah Aurora masih ada disini atau tidak. Tapi aku ingin memastikannya sendiri. Aku terlalu rindu.

Aku menaikkan syal yang menggantung di leherku hingga menutupi setengah wajahku. Aku hanya mempersiapkan diri agar orang tidak mengenaliku dan terlebih aku tidak ingin terlihat oleh Aurora.

Jantungku berdetak semakin kencang saat monitor lift menunjukkan angka demi angka yang semakin mendekat ke lantai yang ku tuju. Suara hingar bingar musik mulai terdengar dari celah-celah pintu lift hingga akhirnya pintu lift terbuka total, suara musik riuh memenuhi seluruh ruangan.

"Maaf tuan, ada yang bisa saya bantu?", tanya salah satu staf Sky Garden
"Apa saya bisa masuk ke dalam?"

"Maaf atas nama siapa reservasinya?"

I CHOOSE THAT STARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang