Chapter 8

13.2K 1.5K 15
                                    

Kirana berdiri dan melangkah ke dapur, sudah jam setengah satu siang.
Perutnya merasakan lapar.

Kirana menyiapkan arang, mengingat di rumah orang tua Su Ran memakai tungku batu sederhana.
Sedangkan di rumahnya ini dia memakai anglo, bedanya pada anglo dibuat ruang di bagian bawah untuk menampung abu sisa pembakaran bahan bakar padat, seperti arang atau batu bara. Di bagian atas anglo diberi tonjolan untuk meletakkan periuk, dandang, atau panci. Anglo dapat difungsikan pula sebagai alat pembakar.

Kirana menyebarkan arang secara merata di tempat pemanggang, dan yang bagian tengah dibuat sedikit menggunung.
Menuangkan minyak tanah ke seluruh bagian arang.
Membiarkan minyak tanah meresap ke dalam arang sebelum memantik api.

Untung saja dia dulu pernah bekerja part time di restoran tradisional, dimana memasaknya masih menggunkana arang ataupun batu bara.
Untuk harga kompor gas saat ini pasti mahal, dan kebanyakan penduduk desa menggunakan tungku batu sederhana atau anglo.
Jika ingin membeli kompor gas Kirana harus ke pasar di pusat kota kekaisaran.

Kirana menyalakan api dengan mudah membakar arang. Menggunakan tusuk bambu yang cukup panjang agar tangan tidak terbakar saat api mulai menyala.
Setelah arang terbakar selama 10-15 menit Kirana meletakan panci berisi beras dan air yang sudah dia cuci.
Menutup rapat panci dan tidak terlalu sering dibuka.
Selama memasak nasi,jangan pernah diaduk, nanti bentuk nasinya tidak bagus.

20 menit kemudian Kirana mengintip ke dalam panci. Melihat air nya sudah benar-benar surut menandakan nasi sudah matang.
Kirana mengangkat dan membuka tutup panci secara perlahan berusaha agar air dari tutup panci tidak jatuh di nasi.
Menutup kembali dan membiarkan nasi untuk kemudian bisa langsung diaduk dan dinikmati.

Kirana merebus air di panci lain,tremos air tinggal seperempat sehingga perlu di isi.
Sementara untuk air minum tidak perlu bingung karena air disini bisa langsung diminum. Karena sumber dari pegunungan sehingga terjamin kebersihanya.

menunggu air mendidih Kirana mulai menyiapkan lauk pauk, memotong sawi dan wortel yang sudah di cuci bersih sesuai selera.
Menyiapkan bumbu,Mencincang bawang putih dan merah.

Memecah tiga telur ke dalam mangkuk, memotong sedikit daun bawang secara tipis,memasukkan ke dalam mangkuk telur,menambahkan sejumput garam dan kocok dengan sumpit.

Tidak menunggu lama, Kirana membuka panci, terlihat air sudah mendidih, Kirana memindahkan air panas ke dalam tremos.

Kemudian Kirana meletakkan wajan, menuang minyak, setelah minyak panas Kirana memasukan bawang putih dan merah cincang, hingga aroma wangi mengudara, memasukkan sawi dan wortel,sejumput garam dan lada.
Tambahkan sedikit air hingga sayuran layu dan tidak terlalu matang.

Setelah matang, Kirana meletakkanya ke atas piring, membawa wajan panas dengan menggunakan kain ke kamar mandi, menyiram dengan air lalu meletakkan kembali di atas anglo.

Sesudah wajan kering tanpa air, Kirana menuang minyak secukupnya.
Setelah panas, menuangkan telur kocok dari mangkuk.
Kirana membalik telur dengan spatula kayu sampai akhirnya matang dan meletakkanya di atas piring.

Dia menghilangkan bara api dari arang, tidak membuangnya ke dalam tempat sampah.
Karena bara akan tetap panas selama 24 jam, bahkan bara kecil bisa menyebabkan kebakaran.

Menggunakan penjepit untuk memisahkan arang, cara ini akan mempermudah dalam membersihkannya. Kirana menaruh arang pada posisi yang aman, mengingat arang masih dalam keadaan panas.
Menaruh di tempat khusus yang, kemudian dia tuang dengan air.

Semua makanan siap, Kirana menata di meja ruang depan.
yah,dengan rumah sederhana seperti ini ruang tamu pun di gunakan sebagai ruang makan.

Kirana cukup puas dengan hasil masakanya, dulu setelah tinggal di apartemen,dia jarang memasak sendiri. Bukan karena tidak bisa memasak atau terlalu sibuk.
Melainkan karena malas,sehingga lebih sering memesan makanan pesan antar.
Sebelumnya dia pernah bekerja part time di cafe dan beberapa restoran. Salah satunya adalah restoran tradisional.

Kirana menuju kamarnya dan membangunkan Leng Yuqi.

"Nak ayo bangun makan siang," ucap Kirana menepuk pelan anaknya

Leng Yuqi mengerjapkan kedua mata,dan sedikit terkejut ibu yang menggendongnya.
Leng Yuqi mengalungkan kedua tangannya ke leher ibu.

Kirana hanya tersenyum lembut dengan sikap anaknya.
Mendudukan Leng Yuqi ke kursi.

Mata Leng Yuqi tidak bisa menutupi keterkejutanya. Sebelumnya dia jarang makan bersama ibunya.
Lebih sering Su Ran sudah makan duluan, kemudian Leng Yuqi makan makanan sisa apa yang ada di dapur.
Su Ran memang sesuai dengan plot pada novel memiliki sifat yang egois dan tidak memperdulikan anaknya.
Berbeda dengan Kirana yang lembut menganggap Leng Yuqi benar-benar anaknya, tidak peduli meskipun dia tidak merasakan sakit melahirkan Leng Yuqi. Akan tetapi dia mengingat semua memori yang ditinggalkan Su Ran.

Meletakan nasi,sayuran dan telur di atas piring,memberikanya ke hadapan Leng Yuqi bersama sendok.
Kirana tau anaknya tidak bisa menggunakan sumpit, dia sendiri juga lebih nyaman jika makan menggunakan sendok.

"Ayo makan perlahan Yuqi, biar tumbuh sehat dan tinggi," ucap Kirana ceria, sadar anaknya yang pendiam.

Kirana harus sering mengajak anaknya berkomunikasi, sehingga menjadikan Leng Yuqi sosok anak sesuai dengan usianya yang ceria dan terbuka.

Leng Yuqi tersenyum menuruti ibunya dan makan dengan lahap, rasanya sangat enak.
Su Ran hanya makan sayuran dan telur, Leng Yuqi yang melihatnya menatap ke arah ibunya.

"Lihat tubuh ibu, sangat gemuk, mulai sekarang ibu tidak makan nasi dulu.
jadi nasinya di makan Yuqi untuk makan malam juga okeh?," ucap Kirana mengetahui pikiran anaknya.

Leng Yuqi hanya mengangguk dan melanjutkan makan.
Kirana lebih cepat selesai makan, tak lama Leng Yuqi selesai dan akan membersihkan makanan dan piring kotornya bersama piring ibunya.
Kirana yang melihatnya terkejut,

"Eh,biar ibu saja nak,kamu duduk dulu biar makananya tercerna," ucap Kirana sembari membereskan makanan dan piring-piring kotor.

Di sore hari Kirana melakukan olah raga untuk membakar lemak. Dengan di dampingi Leng Yuqi yang duduk di atas batu datar yang cukup besar di halaman depan rumah.

Kirana tidak takut jika ada orang yang lewat, rumah para penduduk tidak terlalu dekat. Dan di desa B ini hanya dihuni berkisar 50 an rumah tangga.
Rumah Kirana dekat dengan sungai dan pegunungan Kunshan, melewati sungai akan ke arah pasar, sementara ke pegunungan Kunshan terletak diseberang sungai.
Biasanya para penduduk akan lebih nyaman melewati jalan di belakang rumah Su Ran, karena lebih dekat ke pasar.

Namun ujungnya akan bertemu jalan yang melewati aliran sungai menuju pasar. Pada intinya tidak lewat di depan rumah Su Ran.
Sehingga lewat di pertigaan jalan biasanya sudah mulai ramai dan disitulah Su Ran akan terlihat dan dibicarakan orang lain.
Namun dasar Su Ran yang tidak peduli akan menganggap orang lain tidak terlihat.

Kirana berolah raga dengan keras, biarkan Leng Yuqi melihat kerja kerasnya.

"Yuqi berolah raga kalau sudah lebih gemuk okeh?," ucap Kirana dengan keringat yang mengucur cukup deras.

"Baik bu," jawab Leng Yuqi

Sampai akhirnya Kirana beristirahat sebentar, lalu kemudian mandi. Sesudahnya, dia meminta anaknya untuk mandi. Kirana telah menyiapkan air hangat dari air tremos yang dia rebus tadi untuk Leng Yuqi mandi.

Leng Yuqi dan ibunya biasa mandi dengan air dingin, tubuh ibunya yang gemuk tidak merasa terlalu dingin.
Akan tetapi bagi Leng Yuqi sangat dingin.
Sehingga melihat ibunya sekarang yang menyiapkan air hangat untuknya mandi.
Leng Yuqi merasakan perasaan yang belum pernah ia rasakan. Arus hangat memenuhi hatinya, tanpa sadar menimbulkan rasa sayang kepada ibunya.

Leng Yuqi malu jika dimandikan ibunya sehingga dia mandi sendiri, sesuai cara ibunya yang memandikanya kemarin,bedanya dia tidak memakai shampo.
Kata ibu, shampo dipakai tiga kali saja dalam satu minggu.






















MENOLAK MENJADI TOKOH PENJAHAT DALAM NOVEL (Open PO s/d 5 Agustus 2021)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang