Pagi nya, Jisoo mendatangi rumah Rose, menjemput sang gadis pujaan.
"Sudah siap?" Tanya Jisoo, Rose mengangguk, para sahabat nya pun mulai memasukan satu per satu koper milik Rose ke dalam mobil Jisoo, Joy sudah menangis sesenggukan, bersama Yeri, hanya Wendy yang terlihat tak menangis, dia bukan nya tidak sedih, tapi dia tak ingin membebani Rose.
"Kamu yakin tak ingin memberitahu Rio?" Tanya Seulgi memastikan kembali.
"Tidak, itu malah akan membuatku semakin berat meninggalkan nya nanti" alasan Rose.
"Jaga dirimu baik-baik disana" pesan Sinb.
"Jangan lupa kabari kami" lanjut Jenno
"Hilangkan hobby berpesta mu, jika tanpa kami" ujar Yeri membuat yang lain tersenyum dalam kesedihan.
"Rosie" Joy tak sanggup melanjutkan kata-katanya, mereka semua memeluk Rose ditengah-tengah.
"Jangan katakan apa pun pada Rio, kalian tak perlu mengantarku, aku tak ingin Rio marah pada kalian" pesan Rose, yang lain pun mengangguk.
"Wendy, aku titipkan mereka pada mu ya" Wendy yang menahan air matanya hanya mengangguk, tak bisa berkata apa-apa.
Rose dan Jisoo pun menuju ke bandara, mereka hendak meninggalkan Korea, untuk menetap di Australia, dimana orang tua Rose berasal dan menetap.
"Oppa" teriak Jennie ketika Jisoo dan Rose hendak memasuki bandara, dengan tergopoh-gopoh Jennie menghampiri Jisoo.
"Oppa serius?" Tanya Jennie tak percaya, raut wajahnya hampir menangis, Rose menunduk, sungkan untuk menatap Jennie, Jisoo menarik tangan dongsaeng nya sedikit menjauh dari Rose.
"Oppa serius, daddy juga sudah mengijinkan nya, aku pernah bilang kan, Rose tak bisa menolak ku" jawab Jisoo tersenyum untuk menenangkan Jennie.
"Tapi oppa. . . "
"Jen, sudah waktu nya bagi Rose untuk lepas dari pria yang tak bisa ia miliki, begitu juga kamu, bunuh perasaan mu pada nya sebelum terlambat, kamu bisa Jen" nasehat Jisoo, sang dongsaeng bergeming.
"Oppa pergi dulu, jaga diri baik-baik, jangan berantem dengan daddy karena sekarang tidak ada yang akan membelamu" kekeh Jisoo.
"Hati-hati oppa" balas Jennie, mereka pun mendekat Rose kembali.
"Rose, aku titip oppa ku ne" pesan Jennie.
"Ne unnie" jawab Rose canggung.
"Kamu baik-baik sajakan?" Tanya Jisoo perhatian, saat Jennie sudah pulang
Rose mengangguk.
"Kuat kan terbang sampai Aussie?" Khawatir Jisoo.
"Oppa, aku sudah sembuh, aku baik-baik saja, semua aman, tenang saja" jawab Rose, dia tak mungkin mengatakan pada Jisoo jika hatinya tak baik-baik saja.
Pesawat yang membawa mereka pun mulai take off, Rose menatap pemandangan kota Seoul dari jendela pesawat.
Rose pov
Sakit yang ku rasakan, bukanlah karena aku mengalami kecelakaan, tidak, rasanya lebih nyeri dari itu, meninggalkan dan ditinggalkan orang yang ku cintai, yaa, aku mencintai Rio, sahabatku sendiri, bukan tanpa alasan, dia sudah seperti oppa ku sendiri, tempat teraman dan ternyaman ku, orang yang paling aku percaya, orang tua ku pernah bilang jika mereka dulu pernah membuat kesepakatan untuk menjodohkan kami jika sudah besar nanti, itulah kenapa aku berani memberikan mahkota ku pada Rio, karena kami akan dijodohkan, meski Rio tak tahu akan hal itu, andai ia tahu, ceritaku mungkin akan berbeda, dan takdir berkata lain, grandpa memiliki pilihan lain demi kebaikan cucu nya, sementara appa dan eomma juga tak berani menentang, karena mereka tak punya bukti apa-apa tentang perjodohan kami, hancur? Tentu saja, sampai akhirnya datang pria yang baru ku kenal yang setahuku, dia adalah teman dari Rio, selama ini, dia lah yang selalu menemani ku di rumah sakit, ketika Rio mulai sibuk dengan istri nya, dia yang mau menerima ku meski aku sudah tak sempurna, dia yang meyakinkan ku, jika bahagia tidak harus dengan yang tercinta.
Rio-yaa, maafkan aku yang pergi tanpa mengatakan apa pun pada mu, maafkan aku yang tak pernah mengungkapkan isi hati ku dan rencana orang tua kita, sekarang, sudah waktu nya bagiku dan bagi mu untuk bahagia dengan pasangan masing-masing, terima kasih untuk semua kenangan kita yang tercipta selama ini, goodbye my first love.
Rose pov end
Air mata Rose pun jatuh, gadis itu menyilangkan kedua tangan nya diatas perutnya sendiri, sambil menutup matanya yang basah, melepas Rio memang tak mudah bagi nya, tapi dia juga lelah dengan sakit hati yang mendera nya semenjak Rio menikah, Rose tahu bahwa sampai saat ini, Rio belum lah menyentuh istri nya, tapi membayangkan kebersamaan kedua nya dalam satu atap, dan dalam kamar yang sama, tak menutup kemungkinan jika suatu saat Rio terpancing bukan?.
Dan sebelum Rose tersiksa lebih lama, ia memilih untuk pergi, dan menyerah pada perasaan nya.
Jisso menarik tangan Rose dan menggenggam nya, lalu meraih kepala sang gadis untuk ia sandarkan di bahu kirinya, Jisoo tahu Rose memikirkan dan menangisi siapa, tapi dia tak pernah menunjukan rasa cemburunya di depan Rose.
"Percayalah, semua akan baik-baik saja, jangan takut karena ada aku, yang tak akan meninggalkanmu" ujar Jisoo diakhiri kecupan dipunggung tangan Rose.
Sementara di Seoul, Rio pergi ke club sendiri, dia marah, marah pada Rose yang pergi tanpa pamit pada nya, Rio tahu ketika hendak mengunjungi Rose sebelum dia kekantor.
#TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Love A Sinner
Fanfictionkisah cinta seorang Seo Joo Hyun, putri seorang pembantu, yang diam-diam jatuh cinta pada Jung Limario, cucu pengusaha kaya, sang pria muda yang sangat nakal, dan flamboyan, berbanding terbalik sifat nya dengan si gadis dewasa yang pendiam, dan pema...