BAB XII

17.1K 1.9K 144
                                    

Holla say ^^

Aku bakalan tetap buat ngingatin, jangan lupa vote dan commentnya ya. Kalau bisa sebanyak-banyaknya biar aku tambah semangat ^^

Kalau bisa share ke teman-teman kalian juga biar semakin rame dan aku bakalan sering up-nya. _^

DAN SATU LAGI DAN GAK BOLEH KETINGGALAN LUPA BUAT FOLLOW AKUN WATTPAD AKU JUGA YA :*

.

Happy Reading ❤

*****

Alif memutar-mutar ponselnya dengan perasaan malas bercampur lapar. Alif menatap kearah Tama yang tampak sibuk dengan ponselnya. Lalu mata Alif beralih melihat kearah samping meja Tama yang kosong. Ya, Alif sedang melihat kearah meja Ayla dan Salwa. Entah kemana dua gadis itu membuat Alif kehilangan moodnya karena tidak bisa mengganggu Ayla lagi. Jujur saja, akhir-akhir ini Alif sangat suka menggangu Ayla, bahkan ia pun sangat mengkhawatirkan saat Ayla pergi dari rumah Salwa. Alif juga tidak tahu dengan perasaannya saat ini pada Ayla. Yang jelas hanya kata 'nyaman' yang terbesit di pikirkan Alif saat bersama Ayla.

Alif menoleh kearah sampingnya, menyikut lengan Dion yang terkulai lemas di atas meja. "Yon," panggil Alif.

"Apa sih Lif, gue lagi mager jadi jangan minta macem-macem!" tekan Dion.

"Ck, gue cuman mau nanya lo betah gak main di kelas mulu?"

Dion mencebikkan bibir bawahnya, "ya kali gue betah di kelas aja Lif. Bukan gue banget."

"Sama kayak gue, apalagi gue lapar lagi," ucap Alif mengusap perutnya yang keroncongan.

"Ya makan lah!"

"Masa sendirian aja?"

"Kan biasanya lo emang sendiri Lif, kenapa sekarang banyak bacot lo?" Kejam Dion tanpa memperdulikan wajah Alif yang sudah merah karena menahan kesal dengan kata-kata Dion barusan.

"Laknat banget jadi teman!" ketus Alif.

"Bodo!"

Tidak sampai disitu saja Alif mengganggu Dion, ia kembali mengguncang hebat lengan Dion. Membuat laki-laki itu mendengus kasar.

"Apalagi sih Lif?"

"Gue lapar. Dodol!"

Dion menghela napasnya untuk menenangkan dirinya kembali.

"Coba deh lo ajak Tama ke kantin mana tau dia mau kan. Mumpung jamkos nih," ucap Dion.

"Lo aja sana, gue mager," jawab Alif kembali memainkan ponselnya.

"Dasar gantungan kunci! Maunya senang mulu, apesnya buat gue mulu!" dumel Dion menghampiri Tama yang masih setia menemani ponselnya dari pada mendengarkan rintihan perut sahabatnya yang keroncongan.

Dengan hati-hati Dion duduk sebelah Tama dan pura-pura memainkan pulpen Tama.

Anjim, kok gue malah deg-degan gini ya. Astaga jangan bilang gue udah gak normal.

Tama yang sadar gelagat Dion yang aneh, langsung saja ia menggeser kursinya biar ada jarak dengan Dion. Kadang-kadang Tama suka ngeri sendiri kalau berdekatan dengan Dion yang agak rada-rada bikin bulu kuduknya merinding semua. Dion berdecak kesal, belum juga ia ngomong tapi Tama sudah duluan menjaga jarak dengannya. Dion membalikan badannya dan meminta bantuan kepada Alif.

Badboy Vs Gadis Bercadar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang