BAB XLVII

13K 1.3K 79
                                    

Kini Ayla tengah duduk didalam kamar hotel sembari meminum susu coklat panas. Mendadak badan Ayla menjadi dingin padahal yang akan mengucapkan ijab qabul Tama, tapi yang dilada gugup adalah dirinya.

Seringkali kali Ayla melap keringat yang membasahi pelipisnya. Walaupun Ayla merasa kedinginan tapi keringatnya terus bercucuran tiada henti. Dan dengan kesabaran Salwa selalu merapikan riasan Ayla.

"Ay udah Ay, minum mulu dari tadi," tegur Salwa sembari memoleskan lagi bedak di kening Ayla.

"Gak bisa Sal, ini badan aku mendadak dingin."

"Bukan mendadak dingin Ay, tapi elo nya aja yang lagi gugup sekarang," goda Rara.

Ayla memanyunkan bibirnya, kenapa Rara bisa mengetahuinya? Ah tidak! Ayla jadi malu sekarang padahal ini bukan yang pertama kalinya ia segugup ini. Tapi yang ini beda, rasa gugup yang Ayla rasakan sangat dahsyat.

"Acaranya lama banget sih, gue udah gak sabar makan gratis," gumam Veby yang berdiri di depan pintu.

"Makan mulu di pikirin! Nikahnya kapan mbak?"

Veby tertohok mendengarkan suara sadis dari Rara. Rara dari dulu selalu sama dan tidak pernah berubah. Kata-katanya selalu saja membuat hati orang-orang merasa perih namun kadang-kadang itu menjadi sebuah semangat.

"Makanya suruh kembaran lo buat lamar gue. Masa gue se cantik ini malah gak di lirik sama Syakir? Dari SMA sampai sekarang cinta gue bertepuk sebelah tangan mulu. Gue juga pengen cinta gue terbalaskan."

"Makanya rajin-rajin shalat malam, berdoa sama Allah. Sebut nama dia, mana tau Allah kasihan liat lo, jadi di kabulin deh."

"Udah sering gue sebut nama dia. Tapi ya gitu belum terkabulkan juga."

"Berarti Syakir emang bukan jodoh lo Veb," sambar Salwa.

"Maksud lo?"

"Iya gak jodoh. Mungkin ada laki-laki yang lebih baik yang Allah siapin buat lo, tapi itu bukan Syakir. Jadi jangan buang-buang usia lo demi mengharapkan orang yang gak pasti."

"Aku setuju sama Salwa, Veb. Lagian jodoh itu adalah cerminan diri kita sendiri, bagaimana sikap kamu maka seperti itu juga sikap suamimu kelak. Masalah hati sudah ada yang atur, dan jangan terlalu berharap banyak kepada manusia kalau kamu tidak mau rasain yang namanya kecewa dan sakit hati. Cukup berharap kepada Allah saja, dan ingat Allah tidak akan pernah mengecewakan hamba-hambanya. Dan sebisa mungkin Allah akan selalu membuat hambanya bahagia dan selalu bersyukur dan selalu mengingat-Nya."

Veby terdiam, menyesapi setiap omongan sahabatnya. Apa yang dikatakan Ayla dan Salwa itu benar. Buat apa dirinya mengharapkan yang tidak pasti sehingga menutup hatinya untuk satu orang yang belum pasti orang itu juga membuka hati untuk dirinya.

"Iya juga ya, buat apa juga gue selalu berharap sama Syakir sedangkan orang yang gue harapkan itu tidak mengharapkan gue sama sekali."

"Nah itu lo paham."

Bismillahirrahmanirrahim

Deg!

Suara Fandi mengagetkan Ayla, berarti acara akan di mulai. Dan kini Ayla kembali dilanda ke gugupan. Bibir Ayla tidak henti-hentinya berdoa semoga Tama di berikan kelancaran dalam mengucap kalimat sakral itu.

"Ayo lah Ay ... jantung lo masih aman kan?" tanya Salwa, tapi lebih tepatnya godaan.

"Alhamdulillah masih," jawab Ayla singkat.

"Tapi kok lo tegang gini? Padahal baru juga Abi lo ngomong bismillah."

"Udah Sal, diam dulu!"

"Iya-iya ini gue diam, biar lo bisa dengarin suara Tama mengucapkan ijab qabulnya."

Badboy Vs Gadis Bercadar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang