BAB XLIII

12.9K 1.4K 161
                                    

"Jadi ini semua settingan?" tanya Alvin kepada Putri.

"Lo gak dengar barusan?" judes Putri.

"Dengar sih Put."

"Trus ngapain lagi nanya?"

"Kan gue cuman memastikan saja apa yang gue dengar itu benar atau salah, gitu."

"Tau ah, malas gue. Gue mau pulang," ucap Putri membalikkan badannya. Buat apa juga ia kesini, apalagi setelah mendengarkan pembicaraan mereka didalam sana. Kalau mereka semua hendak mempersatukan Ayla dengan Abangnya. Dan tentu Putri tidak suka hal itu, malahan kalau bisa Putri akan menentang rencana mereka itu. Abangnya masih bujangan, Ayla janda. Ya kali Putri setuju, apalagi setelah kejadian yang menimpa dirinya waktu itu. Sampai sekarang pun Putri belum bisa melupakannya, boro-boro melupakan untuk memaafkan saja Putri tidak sudi rasanya.

"Eh, mau kemana sih," tahan Alvin menarik tas Putri agar kembali ke posisi semula.

"Ck, lepasin gak!" bentak Putri.

"Gak mau."

"Gue mau pulang! Gak usah pakai tahan gue segala bisa gak sih? Lagian lo udah nyampai juga di rumah sakit. Tinggal masuk kedalam trus lo udah ketemu sama Abang lo."

"Mana bisa kayak gitu, lo kesini bareng gue. Otomatis lo harus ikutan juga masuk kedalam temani gue."

"Gue gak mau Al! Lo gak dengar barusan mereka itu rencanain hal-hal yang gak gue sukai."

"Gak peduli, gak dengar. Pokoknya lo harus ikut sama gue." Putus Alvin tidak bisa di bantah lagi. Dengan cepat Alvin menggenggam tangan Putri agar gadis itu tidak kabur.

Putri menatap Alvin tidak suka, tau begini mendingan dirinya menemani Adib pergi beli sepatu dari pada harus mendengarkan ide murahan itu.

"Nyesal gue! Ikut sama lo!"

Alvin tidak menggubris perkataan Putri, dengan santai Alvin membuka pintu kamar itu.

Cklek

Semua mata tertuju kepada Alvin dan juga Putri. Tapi Alvin tetap tersenyum seolah tidak terjadi apa-apa. Lain halnya dengan Putri yang sudah kesal duluan.

"Assalamualaikum," salam Alvin.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.

"Bagaimana keadaan lo Bang?" tanya Alvin sudah berdiri disamping Dani.

"Ya, seperti yang lo liat sekarang Al."

Alvin tersenyum, menatap teduh wajah Alif. Walaupun semalam itu ia kebawa suasana sampai-sampai dirinya melontarkan kata-kata yang tidak sopan kepada Alif.

"Kalian udah lama berdiri di luar?" itu bukan Alif yang bertanya melainkan Dani.

Alvin menganggukkan kepalanya, "iya Bang. Setelah lo masuk kedalam ruangan Bang Alif, gue sama Putri nyusul dari belakang. Tapi karena kami gak sengaja dengar kalian lagi ngomong serius jadi kami gak jadi ikutan masuk. Dan maaf sebelumnya gue sama Putri malah nguping pembicaraan kalian dari luar."

"Gue juga udah yakin kalian lagi nguping, soalnya di luar ada suara orang ribut-ribut."

"Hehe, iya Bang. Tadi itu Putri mau pulang gitu aja, makanya kita ribut bentar," jujur Alvin.

"Mau kalian apa sih? Ngapain juga mau jodoh-jodohin Abang gue sama si janda itu?" tanya Putri menatap Alif, Dani dan Amanda secara bergantian.

"Karena itu semua demi kebahagiaan Abangmu juga Put," jawab Alif.

Putri menyungingkan senyumnya, "kebahagiaan Abang gue?" tanyanya.

"Iya."

"Harus ya sama si Ayla itu?"

Badboy Vs Gadis Bercadar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang