BAB XLVIII

14.7K 1.3K 74
                                    

Flashback

Dani menatap Tama heran, katanya mau bahas urusan bisnis tapi laki-laki itu tampak sibuk memainkan ponselnya.

"Lo mau ngomong apa sih Tam, perasaan dari tadi lo main hp mulu?" tanya Dani.

"Gak mau ngomong apa-apa sih sebenarnya," jawab Tama kembali menyimpan ponselnya.

"Lo ngerjain gue?"

"Gue gak sejahat itu Bang."

"Trus mau lo apa?"

"Gue kecewa sama lo."

"Maksud lo apa sih? Gue gak paham."

Tama mengeluarkan sepasang cincin dari dalam saku jaketnya dan mempelihatkan kepada Dani.

"Lo masih gak paham Bang?" tanyanya lagi.

Dani terdiam melihat sepasang cincin ditangan Tama.

"Lo, lo mau lamar adek gue?"

Tama menganggukkan kepalanya, "tapi sayang adek lo udah di lamar duluan sama sahabat gue."

"Dan yang bikin gue kecewa sama lo, lo gak ada niatan untuk meyakinkan Ayla buat nunggu gue sebentar lagi. Dan gue juga gak tau lo bisikin apa ke telinga Ayla sampai Ayla menerima lamaran dari Alif."

Dani kembali mengingat kata-kata yang ia ucapkan kepada Ayla.

"Jangan menunggu seseorang yang tidak pasti dan jangan menolak laki-laki baik yang datang melamarmu. Islam tidak memandang laki-laki dari jabatan, kekayaan dan rupanya melainkan dari sisi agama dan moralnya. Kamu tau kan laki-laki yang baik untuk wanita yang baik-baik juga, dan untuk laki-laki yang buruk untuk wanita yang buruk juga. Pikirkan secara matang! Jangan ambil keputusan secara tergesa dan pikirkan masa depanmu nantinya. Menikah itu hendaknya sekali jangan untuk dua kalinya." Dani mengulang perkataannya kembali.

"Gue cuman ngomong gitu sama Ayla, lagian apa yang gue omongin itu benar," tutur Dani.

"Harus ya lo ngomong jangan menunggu seseorang yang gak pasti?"

"Kan emang kenyataannya, kalau lo serius sama adek gue seharusnya lo datang lebih awal daripada Alif. Bukannya nyalahin gue segala."

"Udah lah Bang, malas gue ngomong sama laki-laki yang gak bisa mikir dan tidak memiliki hati nurani sedikit pun,  untuk orang yang rela jauh-jauh datang dari negara orang hanya ingin bertemu dengan gadis yang sudah mengambil alih perhatiannya. Bahkan baru saja dia menginjakkan kakinya di tanah kelahirannya dia malah bela-belain datang kerumah cewek itu."

"Dan apa yang di dapatkan laki-laki malang itu selain rasa sakit dan kecewa."

"Udah lah, gak ada gunanya juga gue disini," ucap Tama mengeluarkan dua  lembaran uang seratus ribu dan meletakkannya diatas meja. "Cabut Yon," ajak Tama menarik hoodie milik Dion.

"Duluan Bang," pamit Dion dan dibalas anggukan oleh Dani.

Perkataan Tama kembali berputar dibenaknya, apakah dirinya sudah salah berkata seperti itu kepada adiknya sampai Tama sekecewa itu kepadanya?

"Gak, gak gue gak salah. Lagian gue ngomong seperti itu demi kebaikan Ayla juga."

"Udah lah, ngapain juga gue harus pusing kayak gini," ucap Dani meraih kunci mobilnya. Mendingan ia pulang dan istirahat di rumah.

Namun sepanjang jalan menuju rumah Dani terus-terusan kepikiran dengan perkataan Tama.

"Apa gue udah lakuin kesalahan? Tapi apa yang gue lakuin itu pun demi kebaikan Ayla, adek gue. Lagian Alif itu laki-laki yang baik."

Badboy Vs Gadis Bercadar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang