BAB XXXIII

12.6K 1.2K 161
                                    

BRAK!

Bantingan pintu cukup kasar mampu membuat orang-orang yang tengah menonton televisi di kagetkan oleh kedatangan Tama.

"Astaghfirullah Tama."

Semuanya menatap Tama heran, tidak biasanya Tama pulang-pulang langsung banting pintu.

"Maaf," setelah mengatakan itu Tama berlari menuju kamarnya.

Dion yang kebetulan mengantarkan Tama pulang langsung saja menyusul Tama dari belakang. Tapi langkah kakinya tertahan saat Tio bertanya kepadanya.

"Dion, kenapa dengan Tama?"

Dion mengaruk tengkuknya karena gugup. Kalau sudah Tio bertanya membuat Dion jadi segan dan takut untuk bicara ataupun menjawab.

"Dion, Tama kenapa? Kok pulang-pulang Tama langsung marah?" Kini giliran Rani yang bertanya.

"Iya Bang, cerita kek sama kita," tambah Putri.

Dion menghela napasnya panjang dan menghembuskannya perlahan.

"Gak ada salahnya juga kalau gue cerita sama keluarga Tama tentang masalah tadi," batin Dion ikut duduk bersama Tio, Rani dan Putri.

Dion mulai menceritakan dari awal niat kedatangan Tama kerumah Ayla dan saat sampai disana malah kekecewaan yang didapat kan Tama karena gadis yang dicintai Tama susah dilamar duluan oleh Alif sahabatnya sendiri. Hingga akhirnya Tama kecewa dan sikapnya mulai berubah kembali.

Rani menutup mulutnya tidak percaya akan hal yang dialami anaknya.

"Jadi Kak Ayla mau nikah sama Bang Alif?" tanya Putri tidak menyangka.

"Iya Put, makaya Tama marah terus kecewa juga."

"Kak Ayla, gimana sih! Udah tau Bang Tama suka sama dia, kenapa dia malah terima lamaran orang lain? Dia gak mikirin perasaan Abang gue akibat ulah dia hah? Brengsek! Semenjak penglihatan gue hilang, semenjak itu juga gue benci sama dia. Cewek model itu apa yang menarik sih? Lagian gue juga bersyukur si Ayla itu nikah sama Alif," cerca Putri habis-habisan.

"Putri jaga bicaramu!" tegur Tio.

"Maaf Yah."

Merasa suasana semakin memanas, Dion lebih memilih undur diri dari sini sebelum dirinya yang kena.

"Hm, Dion pamit pulang dulu ya Om," ucap Dion sembari mencium tangan Tio dan Rani.

"Hati-hati di jalan dan sampaikan salam om dan tante buat Salwa."

"Pasti om."

***

Tok ... Tok ... Tok

"Tama, buka pintunya sayang," panggil Rani dari luar.

"Tama capek, mau istirahat."

"Iya, tapi ada sesuatu yang mau Bunda ambil dari dalam kamar kamu nak. Buka ya pintunya," bujuk Rani.

"Besok aja. Tama capek, Tama mau istirahat."

"Sebentar aja nak," mohon Rani masih mengetuk pintu kamar Tama dari luar.

Dengan helaan panjang Tama berjalan kearah pintu dan membukannya. Dan Rani langsung memeluk tubuhnya erat.

"Bunda kenapa?" tanya Tama.

Badboy Vs Gadis Bercadar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang