BAB XXXV

10.4K 1.2K 224
                                    

Happy Reading ❤

***

"Baru pulang?" tanya Tama dingin menatap adiknya yang tengah melepaskan sepatu.

"Iya Bang."

"Ngelayap kemana dulu, tadi?"

"Gak kemana-mana kok Bang, Putri cuman main bentar ke rumah teman."

"Tadi bikin masalah apalagi kamu sama Ayla?"

Putri menghentikan kegiatannya melepas sepatu. Dan menatap Tama dengan tatapan sulit diartikan.

"Dia ngadu?"

"Putri, Putri harus berapa kali sih Abang bilang sama kamu, kalau di sekolah itu gak usah bandel. Gak usah ikuti jejak Abang. Kamu itu cewek, gak cocok punya jiwa nakal."

"Putri gak suka sama dia! Putri benci Ayla. Jadi Abang jangan paksa Putri terus buat patuh sama dia. Semakin Abang paksa, Putri semakin benci sama dia. Jadi stop buat maksa Putri agar hormat sama dia."

Setelah mengatakan itu Putri berlari masuk kedalam rumah.

"Pusing gue, punya adek keras kepala."

Tama melirik jam tangannya yang sudah menunjukan pukul empat sore. Jam lima nanti ia ada janji dengan Alif entah apa yang ingin di bicarakan laki-laki itu sampai mendesak dirinya agar datang. Tama masuk kedalam rumah untuk bersih-bersih baru setelah itu ia pergi ke cafe yang telah ditentukan Alif.

***

Sampai di cafe Tama langsung disambut oleh Alif yang masih menggunakan stelan dokternya.

"Duduk Tam," suruh Alif.

"Oke."

Alif berdeham, "lo mau pesan apa?"

"Gak ada, langsung ke intinya aja."

"Baik." Alif mengubah posisi duduknya lebih nyaman lagi dan mulai menjelaskan apa maksud dirinya mengajak Tama untuk bertemu.

"Lo masih suka sama Ayla?" tanyanya.

Tama mengerutkan keningnya, ada gerangan apa Alif bertanya seperti itu?

"Kenapa lo nanya gitu?"

"Hm, ya gue pengen tau aja sih."

"Gak."

"Yakin lo gak punya perasaan apa-apa lagi sama Ayla? Kalau lo jawab jujur mungkin lo bakalan senang nantinya, tapi kalau lo jawabnya bohong, ya siap-siap aja lo bakalan nyesal."

"Maksud lo apa sih Lif? Gak paham gue. Kalau ngomong itu yang jelas napa, gak usah belit-belit kayak gini juga," jelas Tama mulai kesal.

"Tinggal jawab iya atau tidaknya apa susahnya sih?"

"Iya! Puas lo!" Sarkas Tama.

Alif terkekeh dan menepuk pelan pundak Tama.

"Gue udah yakin sih lo bakalan jawab itu Tam," ucapnya tersenyum penuh arti.

"Maksud lo apa?"

Alif berdiri, "liat aja nanti."

"Gue cabut."

Tama terdiam, ia masih belum paham arah pembicaraan Alif barusan.

"Itu orang kenapa sih? Makin hari makin aneh," heran Tama.

Drrtt

Dengan cepat Tama meraihnya ponselnya, ternyata itu pesan dari Alif.

Alif
|ikuti aja permainan gue Tam

Badboy Vs Gadis Bercadar [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang