"Tama ayokk ... aku udah gak tahan ini," ajak Ayla tidak sabaran sambil menggandeng tangan Tama masuk kedalam kamar.
"Iya Ay sabar ... padahal kita baru juga selesai resepsinya."
"Iya aku tau, tapi aku udah gak sabar buat keluarin air mata aku."
"Loh kok gitu?"
"Kan nanti pasti sakit," lirihnya, membayangkannya saja Ayla sudah ingin menangis rasanya.
"Kamu tenang aja Ay, aku gak sekasar itu kok. Aku bakal pelan-pelan masukinnya terus keluarinnya juga pelan-pelan biar kamu gak kesakitan nantinya."
"Janji?"
"Iya sayang, janji."
"Ayokk."
"Astaghfirullah gak sabaran banget sih istri aku ini."
"Ya kan udah gak tahan Tama, pengen di keluarin sekarang juga."
"Ya udah kamu duduk di ranjang dulu, aku mau ke kamar mandi sebentar."
"Jangan lama-lama, soalnya udah gak tahan."
Tama mengangguk dan berlalu masuk kedalam kamar mandi. Sedangkan Ayla sudah gelisah menunggu Tama yang sangat lama didalam sana.
Lima menit berlalu akhirnya Tama keluar juga, dengan semangat Ayla menarik tangan Tama sehingga laki-laki itu terjatuh didepannya.
"Tama ayo, aku udah gak bisa nahan lagi."
"Iya-iya aku buka kameja dulu, udah gerah juga. Pengen basah-basah habis ini."
"Tama ayo masukin!"
"Tunggu dulu, kamu maunya duduk, tiduran atau bagaimana nih biar nanti nyaman gitu di kamunya."
"Tiduran aja deh, kalau aku duduk ntar kamu kesusahan lagi buat ngeluarinnya."
"Nah itu lebih bagus, kamu nyaman aku pun bisa berkerja lebih hati-hati nantinya agar kamu gak kesakitan Ay."
Ayla tersenyum, "iya cepatan makanya!"
Tama mulai melakukan apa yang diperintahkan Ayla, sesekali Tama melirik istrinya yang tampak menahan sakit. Padahal belum juga ia bekerja tapi sepertinya Ayla sudah merasa kesakitan lebih dulu.
"Tahan ya Ay."
"Iya, sshh..."
"Sakit ya Ay?"
"Bangettt, tapi Tama pelan-pelan jangan langsung di masukin."
"Shhh."
"Tam sakit, hiks."
"Tahan sayang, tahan dikit lagi masuk."
"Tam, udahh dong shhh ... aku udah gak tahann ... ahhhg."
"Iya dikit lagi Ay, lobangnya kecil banget soalnya. Kalau aku perbesar lobangnya boleh? Tapi nanti bakalan berdarah Ay."
"Iya gak papa, yang penting kamu jangan main kasar aja."
"Kalau kasar aku--Awh Tama! Jangan ditekan gitu."
"Astaghfirullah maaf Ay, soalnya aku gak tega juga buat lukain kaki kamu. Kemasukan duri aja aku takut-takut buat ngeluarin durinya pakai jarum pentul."
"Gak usah takut segala Tam, cepat keluarin durinya. Aku udah gak tahan, itu sakit banget."
Dengan berat hati Tama kembali merobek sedikit lagi kulit di telapak kaki Ayla menggunakan jarum pentul agar durinya bisa keluar.
"Ini ceritanya bagaimana sih Ay? Kok kamu bisa kemasukan duri segala?"
"Tadi itu kan aku lepas high heels kan, trus aku gak sengaja injek batang bunga mawar. Alhasil durinya langsung nancep di kaki aku, sebenarnya udah dari tadi aku mau minta tolong sama kamu. Tapi tamu semakin banyak jadi aku tahan dulu sampai acaranya selesai."
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Vs Gadis Bercadar [END]
Fiksi Remaja[t y p o B e r s e r a k a n] Ayla Humaira, gadis cantik dan juga bercadar, gadis yang sangat ramah dalam bertutur kata. Namun sepertinya tidak berlaku bagi Pratama Alhafif yang selalu mencela dan mencerca Ayla habis-habisan. Tama menganggap Ayla ta...