"Nghhh," Ayla melenguh sambil mengusap sisi tempat tidurnya yang terasa kosong. Perlahan kelopak matanya tebuka sempurna.
Ayla bangkit dan mengedarkan pandangannya, "Alif kemana?" gumamnya karena tidak menemukan keberadaan Alif.
Dengan gerakan cepat Ayla menyibak selimut yang membungkus tubuhnya dan berlari menuju balkon karena mendengarkan suara seseorang yang tengah menelpon.
"Kamu tenang aja, besok aku bakalan ke apart kamu. Dan habisi waktu berdua sama kamu kok, lagian aku juga udah kangen buat meluk kamu lagi."
"Tapi, aku maunya kamu sekarang kesini."
"Gak bisa sayang, aku gak mungkin pergi begitu saja. Kalau Ayla tau bisa ribet nantinya, kan kamu tau sendiri dia itu seperti apa kan?"
"Iya aku tau, tapi setidaknya kita hidup bersama saat ini. Aku udah capek rahasiain ini semuanya dari keluarga aku. Semakin hari perut aku mulai membesar dan aku takut, nanti Ayah aku tau dan mereka pasti akan marah besar sama aku."
"Iya sayang, tenang ya," ucap Alif melirik jam tangannya yang sudah menujukkan pukul dua dini hari. "Ya udah, aku berangkat apartemen kamu sekarang. Dandan yang cantik, okey?"
"Oke sayang, aku tunggu."
Ayla bergegas membaringkan tubuhnya kembali diatas ranjang dan mulai memicingkan matanya. Dadanya sesak mendengarkan percakapan Alif dengan seseorang lewat telpon barusan.
Sebelum pergi menuju apartemen Amanda, Alif duduk disebelah Ayla dan mengelus pipinya.
"Tidur yang nyenyak ya istri yang tak diinginkan," ucap Alif, setelah itu ia keluar dari kamar sambil bersiul.
Ayla membuka kelopak matanya kembali, perlahan air matanya luruh begitu saja. Apakah ia tidak salah mendengarkan kalau Alif mengatakan dirinya istri yang tidak diinginkan? Trus perempuan yang menelpon Alif barusan siapa? Dan kenapa Alif bela-belain untuk menemui gadis itu.
"Apa Alif main dibelakang aku?"
"Gak, gak mungkin. Alif gak mungkin main dibelakang aku," Ayla menggelengkan kepalanya cepat dan langsung menepis pikiran yang negatif tentang suaminya.
"Mendingan sekarang aku shalat, dan berdoa sama Allah semoga Alif tidak mengkhianati rumah tangga kami."
***
Tok! Tok! Tok!
"ABANG BANGUN! ITU BUNDA LAGI MANJAT POHON MANGGA TAPI GAK BISA TURUN ABANG. CEPAT BANTUIN BUNDA ABANG!" teriak Putri dari luar sambil mengedor-gedor pintu kamar Tama dengan kasar.
Tama yang baru saja terlelap terpaksa harus bangun lagi. Dengan wajah yang acak-acakan Tama keluar kamar dan langsung merangkul pundak adiknya menuju taman belakang. Tepatnya dimana letak pohon mangga itu berada.
"Tama, bantuin Bunda turun nak," mohon Rani sudah ketakutan sendiri.
Tama mendegus sebal, pagi-pagi Bundanya sudah atraksi diatas pohon, Di tambah lagi Bundanya bawa sendok pengorengan. Emangnya diatas ada kompor sama wajan pengorengan apa?
"Astaghfirullah Bunda ngapain pagi-pagi udah manjat pohon sih Bun?" tanya Tama berjalan mendekati pohon mangga itu.
"Tadi bunda mau bikin sambal mangga Tam, tapi stok mangga habis didalam kulkas. Makanya Bunda manjat buat ambil mangga yang baru, tapi Bunda malah gak bisa turun lagi."
"Kalau ada Ayahmu, mungkin Bunda udah minta tolong sama Ayah kamu Tam, tapikan Ayah kamu lagi di Surabaya."
"Ya udah deh, Tama cari tangga dulu Bun."
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Vs Gadis Bercadar [END]
Novela Juvenil[t y p o B e r s e r a k a n] Ayla Humaira, gadis cantik dan juga bercadar, gadis yang sangat ramah dalam bertutur kata. Namun sepertinya tidak berlaku bagi Pratama Alhafif yang selalu mencela dan mencerca Ayla habis-habisan. Tama menganggap Ayla ta...