Curcol

1.1K 80 9
                                    

"Hime-sama? "

"Hah? " Jemari Hinata masih terus menari di atas keyboard, banyak hal yang harus dia urus untuk saat ini.

"Kenapa kamu menikahi Naruto? " Itu pertanyaan sederhana tapi membuat Naruto yang ada di balik layar cemberut.

"Oi... Apa-apan itu dettebayo? Kenapa memangnya Hinata menikah denganku? " Tapi seolah tak perduli dengan kemarahan Naruto, Menma masih bertanya hal yang sama.

"Apa yang membuatmu bertanya, Menma-kun? "

"Kenapa kau menikah dengan Naruto? Tidak... Bagaimana kau bisa menikah dengan Naruto? Kita semua tahu dia orang yang paling gigih mengejar Sakura dan dia juga orang yang paling tidak peka yang aku tahu" Teen Neji mengangguk setuju.

"Hm.. " Gerakan tangan Hinata terhenti "lalu aku juga akan bertanya hal yang sama, Menma-kun, kenapa kau akhirnya perduli pada Hinata, selama yang ku tahu kau tidak perduli dengan gadis-gadis yang menggantung di lenganmu termasuk Sakura, kurasa situasi kalian sedikit mirip"

"Apaan, aku hanya tidak perduli, bukan mengejar, jadi jawab saja pertanyaanku"

"Kurasa kau yang paling tahu ada apa di antara kami, kau juga sudah melihatnya"

"Tapi aku tidak tahu apa yang kalian rasakan"

"Yang aku rasakan ya? " Hinata menerawang sembari menyisir rambut Dark Naruto "kurasa kita semua sudah dewasa saat itu, kita sudah bisa memilih apa yang harus kita pilih, ada saat di mana kita terus menunggu, ada saat di mana kita maju dan ada juga saat di mana kita menyerah itu lebih baik" Naruto tidak mengerti arti kata-kata Hinata, tapi Menma mengerti dengan sangat jelas.

"Jadi maksudmu, kau akan mundur kalau Naruto masih tidak peka? " Naruto tersentak, Hinata tersenyum kecil.

"Kita semua sudah dewasa Menma-kun, itu bukan hanya sekedar peka atau tidak, terkadang cinta itu juga cuma soal peka atau tidak, seperti kau, kau tahu kalau banyak gadis yang menyukaimu seperti Hinata dan Sakura, kau tahu itu tapi apa kau mengambil tindakan? Tidak.. Jawabannya bukan cuma sekedar peka atau tidak, ini jelas lebih panjang dari yang kamu katakan" Hinata menghela nafas "cinta itu terkadang sangat menyakitkan, kalau saja Toneri tidak datang saat itu, tidak ada misi ke bulan kurasa aku akan menikah dengan pria lain, yah.. Aku juga tidak kekurangan pelamar" Hinata terkikik geli, tapi Menma memperhatikan raut wajahnya Naruto yang tampak di layar, itu jelas salah.

Naruto menatap layar dengan perasaan kompleks, mendengar Hinatanya akan menikah dengan pria lain kalau dia tidak juga menyadari hal itu, membuatnya tidak nyaman, kalau dia tidak menyadari hal itu dan Hinata menikah dengan pria lain, dia mungkin masih bisa tertawa lebar mendoakan kebahagiannya dan ikut bahagia tapi apa dia akan baik-baik saja begitu dia menyadari Hinata sudah mencintainya begitu lama? Apa dia akan menyesalinya karena bisa berbahagia saat itu? Naruto termenung Fantasinya semakin tak terkendali, tangannya terkepal kuat dan semakin kuat saat gambaran "keluarga bahagia" Hinata dengan pria lain, gambaran putra-putri Hinata yang mirip pria lain.

Setidaknya Naruto bersyukur insiden itu ada, kalau tidak apa yang akan membuatnya membuka mata untuk melihat semua hal yang Hinata lakukan? Apa yang membuatnya menyadari Hinata begitu penting untuknya bahkan saat dia tidak peka tentang cinta? Apa dia akan terus merasa kalau dia mencintai Sakura? 

"Mungkin aku dan Naruto memiliki pengalaman yang sama"

"Ha? " Kali ini bukan hanya Hinata yang berbicara, tapi juga Naruto's dan semua orang.

"Kita tidak akan tahu apa arti sebenarnya seseorang untuk kita sampai dia menghilang"

"Maksudmu... Hinata menghilang atau... Hinata meninggalkanmu? " Hinata hanya punya dua opsi, bagaimanapun memang hanya tersisa dua opsi ini. Hinata cukup aneh merasakan hal ini, dua hal yang jelas janggal untuknya, menghilang atau meninggalkan Menma, itu tidak pernah terfikirkan sekalipun oleh Hinata dan mungkin seisi konoha di dunia Menma, dan Hinata mengerti mungkin hal inilah yang di rasakan teman-temannya saat ia meninggal akan Naruto untuk Toneri tidak... Sebenarnya itu untuk Hanabi.

"Hinata meninggalkanku" Itu jawaban yang santai tapi Hinata tersentak, dia tidak percaya ini, karena bagaiamanapun terlepas dari perbedaan dimensi atau sifat, perasaan Hinata dengan Menma sama seperti perasaan Hinata dengan Naruto, jadi sesuai logika itu mustahil untuk Hinata meninggalkan Menma, kecuali....

"Kau merangsangnya untuk meninggalkanmu? "

"Tidak.. Aku tidak mengerti bagaimana itu bisa merangsangnya" Hinata mengernyit, dia bisa memahami dari sisi Menma dan dari sisi Hinata, ini seperti kamu melihat angka 6 dari dua sisi, tidak ada yang salah tapi juga tidak ada yang sama.

"Kau.. Kurasa ini berkaitan dengan Sakura-chan" Hinata tidak menyalahkan Sakura atau Menma hanya... Dari sisi Hinata di dunia Menma itu akan menjadi sesuatu yang sangat menjengkelkan.

Di layar Sakura tersentak saat namanya kembali di sangkut pautkan atas hubungan Hinata dengan Menma atau Hinata dengan Naruto.

"Tapi kalau melihat bagaimana sifat Hinata itu akan menjadi pertengkaran kecil dengan Sakura-chan"

"Ya, itu yang seharusnya terjadi, tapi tidak, dia bertingkah seolah dia tidak perduli dan besoknya... Dia bilang bilang dia bertunangan dengan Kiba"

Semua orang terbelalak bahkan Kiba.

"Hah? Aku dengan Hinata? Ada-ada saja" Protesnya, sama dengan Kiba, Hinata juga tercengang tapi sedetik kemudian dia tertawa dengan lembut.

"Oh Menma-kun yang malang" Hinata mencoba mengendalikan tawanya bagaimanapun itu tidak sopan dia tertawa di atas penderitaan orang lain tapi tetap saja gagal karena itu terlalu lucu, bagaimana orang sejenius Menma bisa tertipu dengan begitu mudah?

"Apa yang kau tertawakan? " Menma mendengus sebal.

"Aku hanya ingat sebuah kata, Orang pintar akan menjadi sangat bodoh ketika dia sedang cemburu.. Aku tidak percaya aku melihat contoh nyata" Berinteraksi dengan Menma membuat Hinata seolah punya dua kepribadian.

"Apa-apaan reaksi itu, itu juga konyol menggambarkan pengalamanku dengan sebuah kalimat yang menggelikan" Jika semua orang mengerti apa yang menjadi inti pembicaraan sekalipun itu terselip makan Naruto akan menjadi satu-satunya orang yang tidak faham dengan hal itu, tapi dia akan menjadi sangat jenius di saat-saat penting.

"Oh, Menma-kun.. Kau manis sekali, kau bahkan tidak menyadari celah kecil.. Ah tidak, bukan celah kecil, tapi kebohongan nyata yang di buat Hinata dan Kiba"

"Maksudku, Hinata dan Kiba hanya berpura-pura? "

"Lalu? Apa ada yang lebih masuk akal, Nii-chan? " Hinata sengaja menekankan kata Nii-chan untuk mengejek Menma.

"Hinata" Shikamaru merasa tidak enak mengintrupsi di tengah perbincangan 'hangat' Hinata dan Menma tapi ini penting. Hinata mendongkak melihat tampang bersalah Shikamaru.

"Nani? " Shikamaru hanya mengayunkan sebuah gulungan dengan senyum tak berdaya "apa itu gulungan lamaran lagi? " Hinata berkata seolah itu sudah menjadi makanan sehari-harinya.

"Um.. Dan ini untuk putri Sulung Hyuga Hiashi, ah Mendekusai na"

"Urus saja hal kecil itu Shikamaru-kun, yang penting jangan ketahuan Naruto-kun"

"Yah.. Aku juga malas beririsan dengan tampang merajuknya itu"

"Aku masih tidak mengerti, kita berada di zaman dimana kita bisa memeriksa informasi seseorang dan kenapa dia tidak mencoba memeriksa putri sulung Hyuga, dengan kata kunci Hyuga itu tidak sulit untuk di temukan"

"Ada apa jika suamimu merajuk? " Tanya Tobirama dengan tampang acuh tak acuhnya.

"Dia akan menjadi sangat keras kepala, dia akan selalu berfikir kalau aku sudah mendapatkan akal sehatku kembali aku akan meninggalkannya, dia bahkan lupa aku menunggunya lebih dari 10 tahun dan semua yang kulakukan saat itu, dia akan terfokus pada aku yang akan meninggalkannya, itu sulit untuk menjelaskan lagi, dia akan menjadi orang yang berlawanan dengan sifat aslinya " Hinata menghela nafas, membuat Naruto cemburu bukanlah hal yang baik, jika sifat insecure itu muncul semua pengorbanan dan perjuangan Hinata untuknya seakan tak berharga, Naruto akan lupa semua itu dan memegang erat-erat argumen bahwa 'Hinata akan pergi saat dia sudah mendapatkan akal sehatnya' padahal Hinata tidak pernah berfikir untuk melepaskan Naruto begitu saja.

"Yah.. Itu cukup buruk, apalagi mereka sudah menikah lebih dari 10 tahun dan masih banyak orang yang ingin minang istrinya, itu pasti langsung menurunkan mood baik hingga 0" Ucap Minato.

The JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang