panggil aku Nii-chan

1.4K 79 8
                                    

Hinata sibuk dengan para kage tapi tiba-tiba mereka di kejutkan dengan pingsannya Hinata, suasana menjadi panik bagaimanapun Hinata adalah seseorang yang sangat mengerti dengan apa yang sedang terjadi.

"Paman Menma apa Kaa-chan baik-baik saja? " Tanya Himawari begitu melihat ibunya tampak pucat.

"Kurasa dia baik-baik saja, Hima-chan, kau jangan khawatir, baik? " Menma berusaha membuat Himawari tenang, Himawari hanya mengangguk kecil tapi dia cukup ragu.

"Apa semuanya benar baik-baik saja? Dettebayo? " Tanya Teen Naruto.

"Tidak, dia jelas tidak baik-baik saja, dia sekarat" Apa yang di katakan Menma memang benar, karena jumlah cakra yang terus menerus berkurang membuat Hinata ada di saat seperti ini.

"Baa-chan tolong periksa Hinata, Dettebayo" Tsunade mengangguk, mereka menyuruh team 10 untuk mengambil infus, sekantong darah dan oksigen. Butuh waktu sekitar 15 menit Hinata bangun dari pingsannya, dia memicingkan mata melihat jarum infus menempel di tangan kanannya dan jarum untuk sekantong darah menempel di tangan kirinya juga selang oksigen  di hidungnya.

"Tuan Namikaze" Menma merasakan punggungnya dingin tiba-tiba, Hinata memperhatikan tangan kanan dan kirinya, keningnya sedikit berkerut tidak nyaman, dia seharusnya baik-baik saja.

"Y.. Ya? "

"Kenapa ini? " Tanya Hinata sembari memperlihatkan tangan kanan dan kirinya.

"Kau dalam keadaan kritis, jadi hanya itu yang bisa kami lakukan"

Hinata menghela nafas berat "tapi bagaimana aku bisa bertarung dengan keadaan seperti ini? "

"Hei kau harusnya berterimakasih padaku loh... Dan panggil aku Nii-chan"

Hinata melihat ke arah Menma seolah berkata bahwa Menma sedang tidak waras.

"Aku serius Hinata, kalau manusia biasa tanpa cakra Hamura dalam keadaan yang sama denganmu pasti dia sudah mati dari awal"

"Aku tahu" Hinata jelas tahu kondisi tubuhnya sendiri tapi itu mengejutkan banyak orang.

"Kau.. Kau sudah tahu Dettebayo? " Teen Naruto bertanya dengan shock.

"Ya Naruto-kun, ini tubuhku aku jelas lebih tahu daripada Menma dengan apa yang terjadi"

"Tapi kenapa kau mempertaruhkan ini? " Tanya Tobirama Senju.

"Ini bukan tentang aku Nidaime-sama, ini tentang keluarga ku, guru-guruku, saudaraku dan teman-teman ku, apapun motif mereka kita tidak bisa membiarkan hal ini terjadi begitu saja, kerusakan timeline ini lebih berbahaya dari apa yang pernah terjadi sebelumnya, karena dengan kerusakan timeline mereka bisa menghancurkan semua generasi dengan sekali pukulan"

"Tapi kamu tahu itu terlalu beresiko untukmu kan, Hinata? " Tanya Kushina.

"Ya, aku tahu, tapi aku tidak akan pernah menarik kata-kataku karena itu adalah nindoku" Kedua... Tidak ketiga Naruto tersentak tapi dengan perasaan yang berbeda-beda.

"Ah... Aroma cinta memenuhi udara, sial ini membuatku muak" Kiba di layar sedang marah-marah karena kencannya terganggu oleh misi dan sekarang dia mendengar kisah cinta yang melegenda.

"Ah mendekusoi na" Tampak Shikamaru menyahut dengan malas, sedangkan Shino hanya diam tak merespon seperti biasa.

Tanpa ada yang menyadarinya di belakang mereka ada yang mengintai, Nara Shikaku dan Yamanaka Inoichi, keduanya cukup shock dengan apa yang mereka lihat, mereka hanya mengikuti anak-anak yang mengambil infus, kantung darah dan oksigen tapi siapa sangka mereka malah menemukan para kage dan layar aneh di beberapa sisi.

"Hinata" Hinata menggigil "menurutmu apa yang akan Naruto lakukan saat tahu kau memaksakan dirinya seperti ini? " Tanya Menma sedangkan Naruto's (para Naruto) yang akan berbicara mengurungkannya mereka ingin tahu apa yang akan Hinata katakan pada Menma.

"Hm" Hinata memasang pose berfikirnya "kurasa dia akan marah besar dan menghukum ku" Ketiga Naruto dan semua orang tersentak, mungkin mereka bisa memahami jika Naruto marah besar dan itu jelas wajar, tapi menghukum Hinata? Itu jelas tidak ada dalam kamus atau bayangan paling liar mereka semua, bahkan Naruto sendiri.

"He? Bukankah itu hukuman yang manis Hime-sama? " Menma menatap Hinata dengan tersenyum seperti seorang bajingan.

"Ha? " Sekali lagi Hinata menatap Menma seolah Menma adalah orang idiot "hentikan apapun yang kau fikirkan tuan Namikaze, itu jelas berbeda dari hukuman manis dalam bayanganmu "

"Tidak? Kurasa kami kembar dan mungkin kami memiliki jenis hukuman yang sama"

"Hah.. " Hinata menghela nafas lelah "Namikaze-sama, itu tidak ada dalam kamusnya jika dia marah besar, baik? Jadi kalian sama sekali tidak mirip"

"Lalu apa masalahnya jika dia marah dan tidak menghukummu dengan apa yang aku fikirkan? "Menma bertanya dengan bodoh.

" Jika dia marah dan dia menghukum ku dengan apa yang ada di fikiranmu bukankan aku akan terus membuatnya marah? "

Menna tertawa dengan keras bagaimanapun menurutnya itu menyenangkan menggoda Hinata.

"Memang, kau tahu apa yang ku fikirkan? " Hinata memutar bola matanya, itu sesuatu yang langka untuk semua orang karena Hinata tidak akan mencibir, atau bahkan sekedar memutar bola matanya dengan malas itu adalah karakter yang bertolak belakang dengan Hinata.

"Ya aku tahu, aku bisa melihatnya dari matamu"

"Uwaaaahhhh... Ya ampun, kita mendengar kalimat legendaris, bukan begitu Shino? " Kiba dengan semangat yang luar biasa membuat Shino tampak sangat pasif dalam memberi respon.

"Kalimat legendaris? " Tanya Gaara (btw ini para kage pada zaman mereka udah kumpul di konoha ya) Hinata memijit keningnya pelan, dia jelas tahu apa yang di katakan Kiba selanjutnya.

"Itu kalimat yang di katakan Naruto dan Hinata di awal perang, ahhh... Kalau ada neji dia pasti bisa jadi saksi"

"Mendekusoi, Memang apa yang mereka katakan ? " Tanya Shikamaru.

"Intinya aku tahu dari matamu, Hinata bisa membedakan Naruto yang asli atau zetsu, dan Naruto bisa mengerti apa yang di fikirkan Hinata saat itu, jelas kalimat yang manis untuk memulai perang besar"

Semua hanya menatap Hinata dan Naruto rumit, meski Naruto bodoh dia tidak begitu bodoh untuk membuat beberapa hal manis meski lebih banyak dia menghancurkan hal-hal yang manis. Naruto sendiri dalam fikiran rumit, meski itu adalah masa depannya dengan Hinata tapi dia masih tidak bisa mempercayai hal ini.

"Lalu, apa yang akan dia lakukan ketika marah? " Tanya Menma dan jelas semua orang ingin tahu tentang hal itu.

"Dia akan berbicara dengan pelan dan rendah, itu membuatku bergidik, alisnya akan terpaut, wajahnya akan kaku uh... Dan itu membuatku kedinginan" Itu benar, Naruto pernah marah dengan buruk seperti itu saat dia tidak mendengarkannya.

"Oke, baik.. Menma? "

"Ya? " Menma menjadi lebih waspada jika Hinata memanggilnya begitu.

"Kau mengetik untukku, aku tidak bisa melakukan hal itu karena ini" Hinata mengangkat kedua tangannya jelas itu adalah alasan tapi Menma dengan hati nurani yang bersalah meski menggerutu dia tetap mengetik seperti apa yang di katakan Hinata.

"Kenapa kita tidak menulis saja? " Kata Menma dengan bodohnya.

"Kenapa kita tidak memanfaatkan teknologi daripada hal kuno yang jelas-jelas merepotkan? " Menma diam, semakin dia mengatakan sesuatu semakin Hinata akan memojokkannya dengan parah.

"Hime-sama..? "

"Hm? "

"Aku... Aku melihat perjalanan hidupmu" Hinata menatap menma dengan hal yang sulit di katakan, tidak ada yang tidak mungkin dengan teknologi yang semakin berkembang tapi.. Apa tujuannya atau apa yang membawanya untuk melihat kenangan-kenangan itu? "Setelah kau pergi aku terbawa oleh pusaran air dan aku menyaksikan semua hal dalam hidupmu"

"Aku tahu itu mungkin membuatmu bingung tapi aku sendiri tidak begitu mengerti untuk apa hal itu di perlihatkan kepadamu"

The JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang