#Chapter 14

360 95 15
                                    

Selena Pov

Ternyata semakin hari tubuhku semakin sulit di ajak kompromi,Aku semakin mudah merasa lelah,penglihatanku semakin kurang jelas,tubuhku juga semakin kurus.

"Berhentilah bekerja Selena"ucap Mark

"Aku tidak bisa Mark,Aku tidak mau mati konyol"balasku

"Lihatlah dirimu sekarang?Kau semakin menganiaya dirimu sendiri"ucap Mark

"Tetaplah di paviliun gereja,biar Aku yang menebus semua obat-obatmu"imbuh Vivi

Kedua mataku terbelalak,Aku tidak mungkin memberikan beban pada Vivi.

"Aku berjanji,Tidak akan lagi masuk ke club malam untuk mabuk,semua uang yang Aku gunakan untuk membeli alkohol akan Aku belikan obat-obatmu"lanjutnya

Setelah Lingga?apakah sekarang Aku harus membebani orang lain lagi?Vivi misalnya,Tuhan!kenapa rasanya Aku seperti benalu?

"Kau tidak perlu melakukan itu Vi"balasku

"Kau harus istirahat total,bahkan seharusnya saat ini Kau di rumah sakit,melakukan serangkaian pengobatan kanker,Kau harus Kemo"kata Vivi

"Stadium 4 Vi,itu sangat mustahil Aku sembuh,meskipun harus melakukan Kemo"balasku

"Kau ragu dengan keajaiban Tuhan?"tanya Mark

Aku segera menggeleng cepat,bukan itu yang Aku maksud,orang-orang kaya saja banyak yang meninggal ketika mereka memiliki kanker,meskipun mereka sudah melakukan pengobatan dengan harga sangat mahal,apalagi orang miskin sepertiku?rasanya itu sulit.

"Permisi"

Sebuah suara dari seorang pelanggan memecahkan keheningan di antara kami.

"Kau duduk saja,biar Aku yang melayani"ucap Mark

Aku pun mengangguk,menatab punggung Mark berjalan mendekati pelanggan di toko bunga tempat Kami bekerja.

                                     ***

"Bukankah Kau Selana?"tanya seorang pria berkulit sawo matang khas orang Asia,Dia adalah pelanggan yang baru saja membeli bunga,dan saat ini pria ini sedang menungguku untuk merangkai bunga yang Ia beli hingga menjadi buket cantik.

"Kau mengenalku?"balasku bertanya

Pria itu tersenyum dan menganggukkan kepala,sedangkan Aku masih saja mencoba mengingat wajah pria di depanku.

"Aku Maher"ucapnya

"Apa Kau lupa dengan ku?"tanyanya

"Sahabat baiknya Lingga"lanjutnya

Aku tersenyum samar,sekarang Aku baru ingat dengan pria ini,dulu kami pernah bertemu beberapa kali,tentu saja Lingga yang mengenalkan Aku padanya.

"Iyah,sekarang Aku baru ingat"kataku

"Apa kabar?"tanya Maher lagi

Aku terdiam sesaat,"Aku baik"jawabku singkat

"Apa Kau tak datang pada hari wisuda Lingga?"tanya Maher

Seketika Aku kembali mematung,Lingga wisuda?

"Kapan?"balasku balik bertanya

"Hari ini,buket bunga ini Aku beli untuk Lingga"jawab Maher

Kedua mataku menatap buket bunga yang hampir saja jadi.

Lingga Pov

Rasanya Aku cukup puas untuk hari ini,Aku telah selesai merampungkan S2 ku dengan baik,nilai yang bagus dan bisa Aku banggakan di depan keluargaku.

Rasanya Aku cukup puas untuk hari ini,Aku telah selesai merampungkan S2 ku dengan baik,nilai yang bagus dan bisa Aku banggakan di depan keluargaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Hope you'll always find yourself as happy and full of big,crazy dreams as you are today"

Aku masih saja tertarik dengan buket bunga matahari yang Aku temukan di depan pintu Apartemenku,di sertai memo kecil dengan kalimat yang sangat Aku suka.

"Dari siapa Bang?"tanya Aruna,adikku.

Iyah,beberapa keluargaku datang ke Inggris,Mama,Papa,Aruna juga nenekku.

"Entahlah"jawabku

"Aneh"desis Aruna

Aku tersenyum simpul,"Nenek"kataku ketika melihat wanita paruh baya dengan jilbab yang membuatnya tetap terlihat cantik di usia yang tak lagi muda.

"Bunganya bagus"kata Nenek

Aku pun tertawa kecil,"Dari siapa?"lanjut Nenek

"Entahlah"jawab Aruna

Aku dan Nenek tersenyum,"Tadi Abang jawabnya begitu ketika Aku bertanya soal orang yang memberikan bunga ini"lanjut Aruna

"Sana ke dapur,bantu Mama"balasku

Tanpa berkata apa-apa,Aruna segera keluar dari kamarku,meninggalkan Aku dan Nenek berdua di sini.

"Nenek lihat kamu sedang berharap ada seseorang datang untuk turut serta merayakan hari kelulusanmu"ucap Nenek

"Benarkah begitu?"tanya Nenek

"Siapa dia?"lanjutnya

Aku tersenyum,rasanya Aku malu juga merasa iba pada diriku sendiri.

"Selena Nek"jawabku jujur

"Selena?"tanya Nenek

Aku mengangguk dengan cepat,"wanita yang menemaniku di Inggris selama empat tahun di sini"jelasku

"Kekasihmu?"tanya Nenek

Aku menggeleng lemah "Dulu,sekarang kami bukan lagi sepasang kekasih"jawabku

"Apa yang terjadi?"tanya Nenek

"Kami beda keyakinan,Tuhan kami berbeda"jawabku

Nenek tersenyum,"Jadi kalian memilih berpisah?"tanya Nenek

Aku pun menganggukkan kepala,"Itu namanya kalian sudah sama-sama dewasa,kalian sadar jika sebuah keyakinan tidak bisa di korban kan atas nama perasaan"ucap Nenek

Aku menatap Nenekku dengan begitu seksama,seolah Aku sedang menunggu penjelasan dari beliau.

"Percayalah,Jodoh,Rejeki dan Kematian adalah rahasia Tuhan"ungkap Nenek

"Selena akan kembali padamu jika memang Tuhan menciptakan Dia dari tulang rusukmu"lanjutnya

"Walaupun saat ini Kami berpisah?"tanyaku lirih

"Iyah,Tuhan adalah perancang skenario paling epik di dunia ini"jawab Nenek

#tbc,,,
Selamat pagi,happy reading guys,,,
Terimakasih yang sudah berkenan membaca karyaku terutama di seri ini.

The Secret HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang