Prolog

3K 82 0
                                    

"Apa?! Kau mau pergi lagi?! Kau hanya memikirkan pekerjaanmu! Kau tidak memikirkan kami!" Teriak Mrs. Wright penuh amarah.

"Seharusnya kau yang sadar diri! Kau hanya memikirkan impianmu! Kau bahkan tidak memperhatikan anakmu meski kau yang lebih banyak di rumah bersamanya! Ibu macam apa kau ini?" Mr. Wright membalas ucapan istrinya dengan suara yang tak kalah menggelegar.

"Hey, kau yang sering berpergian dan meninggalkan kami! Kau tak berhak berkata seperti itu kepadaku!" Balas Mrs. Wright tidak terima.

"Dengar, meskipun aku sering melakukan perjalanan bisnis, tetapi aku selalu menemaninya jika aku sedang punya waktu luang! Sementara kau? Apa yang kau lakukan selama di rumah? Pernahkah kau mengajaknya bicara? Menanyakan bagaimana kabarnya hari ini atau bertanya siapakah pemuda yang sedang dekat dengannya. Pernahkah kau menanyakan hal-hal sepele semacam itu, hah?! Kau hanya bicara seperlunya dengannya! Dia akan merasa kesepian jika kau bertingkah seperti itu, Stacy!"

Aku hanya bisa diam melihat pemandangan itu ketika aku baru saja masuk ke rumah. Koper-koper berada di sisi kanan tubuh ayahku, dan kedua orang tuaku baru saja adu mulut. Ah, pemandangan biasa. Aku tidak terlalu ambil pusing dengan pertengkaran orang tuaku, aku pun segera berlalu dan berusaha untuk tidak mempedulikan apa yang baru saja terjadi. Aku segera masuk ke kamar dan mengunci pintu rapat-rapat.

Aku lelah, aku lelah dengan keadaan keluargaku yang tidak bisa disebut 'normal', dengan ayah yang terlalu sering bepergian dan ibu yang hampir selalu berada di rumah namun rasanya seperti tidak ada, memangnya kebahagian macam apa yang bisa aku harapkan dengan kondisi keluarganya yang seperti itu?

Dan lagi, mereka berlagak seperti orang tua yang sangat memahami anaknya. Tapi, sesungguhnya mereka salah besar! Ayah berbicara seperti dia tahu bahwa aku benar-benar merasa kesepian dan menyalahkan ibu atas semua rasa sepi yang selama ini aku rasakan--ya, untuk kasus ini, aku juga tidak berniat untuk membela ibu--tapi, tidakah ayah sadar bahwa sebenarnya dia juga turut andil dalam rasa sepiku ini?

---

Author's Note: Saya masih penulis pemula disini, maaf kalau mungkin masih banyak kekurangan dalam cerita ini. Maka dari itu, saya sangat membutuhkan saran pembaca di kolom comment untuk mengembangkan cerita ini agar menjadi lebih baik lagi.

Cupcakes For A Missing HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang