Rekan-rekannya pergi usai waktu kunjungan berakhir, meninggalkan Lisa seorang diri dengan jendela kamar terbuka. Sengaja, ia hanya ingin merasakan angin malam. Wanita itu menghela nafas, melirik gelang pasien yang melingkari tangannya saat menyadari satu hal.
Asan Medical Center
Bukankah Kim Namjoon juga dirawat disini?
Ia meraih dompet diatas nakas, mengeluarkan secarik kertas yang terselip disana. Bukankah pria itu koma? Namun entah kenapa Lisa merasa gugup, ia membasahi bibirnya yang terasa kering. Perlahan-lahan kakinya menapak di atas lantai, Lisa mengenakan slippers dan membawa tiang infus bersamanya. Sebelum keluar ia menyempatkan diri untuk mengintip sedikit, mengamati situasi koridor di depan ruang rawat inapnya.
Kosong, ia langsung bergegas.
Jika informasi ini benar, seharusnya ruangan Namjoon berada satu lantai di atasnya. Sulit menggunakan tangga dalam kondisi seperti ini, jadi Lisa menuju ke arah lift dan menunggu dengan sabar. Sejujurnya ia harus menghindari lift saat ini, bukannya apa, ia hanya tak ingin tertangkap basah oleh perawat atau mungkin rekannya yang ㅡsecara ajaib muncul di sana untuk menjenguknya.
Dentingan lift menggema ketika Lisa tiba di lantai tujuannya, wanita itu melangkah dengan penuh kehati-hatian agar selang infusnya tak menggulung. Satu persatu dilaluinya pintu-pintu ruang rawat yang tertutup, koridor yang sepi membuat langkahnya menggema sekalipun ia telah berusaha sepelan mungkin. Kemudian, Lisa tiba disana.
Ia menghela nafas, menatap nomor ruangan dihadapannya.
Tangannya menyentuh kenop pintu dengan ragu, ia terpejam lama menetralkan debar jantungnya. Ketika Lisa mendapatkan keyakinannya, ia langsung memutar kenop pintu dan masuk kedalam ruangan tersebut. Tebak, hanya seorang pasien yang terbaring lemah disana. Tak ada pengunjung, atau penjaga pasien.
Apa benar ini tempatnya, Lisa harap ia tak salah ruangan. Langkahnya pelan namun pasti, menuju sisi ranjang pasien dengan penuh kewaspadaan. Tatkala maniknya menatap penuh wajah pria yang terpejam dengan berbagai alat dan jarum yang merobek kulitnya, Lisa merasa jantungnya mencelos.
Itu Namjoon, pria yang seingatnya begitu tangguh dan bugar.
Namun kini, tubuhnya kurus seakan hanya terdiri dari kulit yang membungkus tulang. Kulitnya mulai keriput termakan usia, dan bahkan beberapa helai rambutnya telah memutih entah karena usia atau efek samping obat-obatan yang dipasok kedalam tubuhnya. Pipinya tirus, dan dengan kulitnya yang pucat, ia terlihat seperti mayat. Dada nya yang naik turun menjadi satu-satunya tanda, jika pria itu masih bernafas.
Apa yang terjadi padanya, bagaimana mungkin tak ada perkembangan setelah selama ini ia terbaring koma.
"Siapa dia?"
Secepat suara itu mengalun, secepat itu pula Lisa menoleh ke arah pintu. Kim Taehyung berdiri disana dengan ekspresi yang kelewat santai, sedangkan Lisa yang merasa tertangkap basah langsung bergegas menghampirinya.
"Keluar dari sini"
"Memang dia siapa? Pamanmu?"
Pertanyaan Taehyung diabaikannya, Lisa hanya membuka pintu ruangan dan menarik Taehyung dengan kesusahan. Meski akhirnya Taehyung ikut beranjak, mengambil alih tiang infus Lisa dan membawanya dengan hati-hati. Mereka menyusuri koridor dan memasuki lift.
"Kenapa kau disini?"
"Menjengukmu"
"Lalu bagaimana kau menemukanku diruangan itu"
"Kutanyakan pada perawat, kukatakan pasien mereka hilang jadi kami memeriksa kamera pengawas"
Sial, Lisa mengumpat dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Hell [END]
Mystery / ThrillerKarena sebuah kejadian dimasa lalu, Lisa harus kehilangan seseorang yang sangat berharga hingga mengalami trauma. Orangtuanya membuat sang gadis untuk pindah ke Amerika guna menyembuhkan trauma. Bayangan mengerikan dari kasus masa kecil terus membay...