File 6.2 Turn Back

2K 435 111
                                    

Helaan nafas teratur menggema dalam ruangan itu, seorang wanita berdiri dalam diam menatap cermin. Ada pantulan diri dengan ekspresi kalut Yang tak terelakkan, ia mendesah lelah, mengusap kasar wajahnya. Segala hal berputar dikepalanya seperti rekaman kaset rusak, dan sepasang amethyst itu kembali menatap pantulan dirinya dalam setelan all black.

Cklek

"Kau baik-baik saja?"

Lisa tak mengatakan apapun, hanya mengangguk pada Chanyeol yang menunggunya di depan toilet. Mereka mulai melangkah bersaman, menyusuri koridor dalam keheningan menuju ruang persemayaman Kim Namjoon di rumah duka yang disediakan Asan Medical Center.

Ada begitu banyak karangan bunga yang berjejer sepanjang koridor menuju tempat penghormatan terakhir mendiang, namun diantara karangan bunga itu ada satu yang menarik atensinya. Sebuah karangan bunga yang cukup besar, dengan nama lengkap dan pangkat sang detektif kala masih menjabat dahulu.

'Rest In Peace, our heroes. Pria yang memegang kebenaran di tangan kiri dan keadilan di tangan kanan,' ㅡKim Hansung

Maniknya bergetar, kalimatnya, nama yang tertera disana. Park Chanyeol menghentikan langkahnya, menyadari gelagat aneh Lisa yang terpaku dibalik punggungnya. Pria itu hendak menghampiri Lisa, namun wanita itu segera membuang pandangan dan mengejar langkahnya.

Tidak, Lisa harus sadar. Marga Kim adalah salah satu marga terpopuler di Korea, dan nama Hansung tak hanya dimiliki oleh satu orang di Korea. Mungkin diluar sana, ada puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan orang bernama Hansung. Lisa tak seharusnya memikirkan sesuatu yang tak masuk akal seperti itu.

Maka ketika Chanyeol mengisi buku tamu diluar ruang persemayaman, Lisa hanya membiarkan pria itu mewakilinya. Ia bergegas masuk dengan setangkai Mawar putih, bukan lily putih seperti apa yang dibawa orang lain. Maniknya berembun, Lisa hanya terus berjalan lurus menuju peti dengan pigura sang detektif disana.

Sebagian besar pelayat adalah rekan kerja Namjoon, atau bahkan atasan dan juniornya di kepolisian dahulu. Lisa bahkan masih mengenali beberapa diantaranya, namun ia hanya mengabaikan. Langkahnya terhenti, ia mematung dihadapan pigura sang detektif. Senyumnya terulas cerah, dengan manik tegas dan paras rupawan yang sulit untuk dilupakan.

Maaf, karena kita harus kembali bertemu dalam keadaan seperti ini.

Namjoon bukanlah kerabatnya, namun perasaan sedih itu nyata. Ketika Lisa menarik nafas, seperti ada ranting yang menyekat tenggorokannya. Chanyeol berdiri disampingnya, berdoa dan meletakkan setangkai lily putih disana. Ia menyentuh lembut bahu Lisa, berbisik dengan begitu lembut.

"Gunakan waktu sebanyak yang kau butuhkan, aku akan menunggumu diluar"

Kemudian ia berlalu pergi, meninggalkan Lisa didepan peti Namjoon. Wanita itu menggenggam setangkai Mawar putihnya dengan kedua tangan, kemudian ia memejamkan kedua maniknya dan mulai berdoa dalam hati. Ia tenggelam dalam keheningan yang diciptakan oleh dunianya sendiri, mengabaikan suara-suara lain dan tetap fokus pada suara hatinya.

Namun sebuah bisikan pelan yang samar membuat wanita itu mengernyit, ia mengerutkan kening ketika mencoba mengenali lebih dalam kalimat samar yang terucap dari seseorang yang berdiri disekitarnya.

"Selamat jalan, kapten Kim"

Maniknya terbuka, Lisa terperangah. Tanpa sadar kedua tangannya menggenggam erat tangkai Mawar berduri yang mulai merobek kulitnya. Ia lantas berbalik, mencoba menemukan siapapun pemilik suara yang terdengar olehnya. Nihil, para pelayat yang tersisa hanya wanita paruh baya dan beberapa polisi wanita.

Lisa menelan salivanya gugup, meletakkan tangkai Mawar putih dengan setitik bercak darahnya ketika menyadari miliknya bukanlah yang pertama. Tak jauh dari Mawar yang diletakkannya, ada satu tangkai Mawar putih lainnya, dan Lisa sangat yakin itu tak ada disana sebelumnya. Itu artinya, ia belum jauh, pasti pemilik suara itu!

One Hell [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang