30. Belanja

7.1K 1.3K 160
                                    

Astagfirullah, istighfar dulu sebelum baca kisah ini. Udah? Alhamdulillah.

Karena muka Zaid markozid dan muka Legi Markogi sudah terbongkar. Jadi sekarang giliran Wawan Markowan.

Ini punya aku ya, jangan diambil!!

Udah? Jangan ngaku dia punya klean! Langsung aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Udah? Jangan ngaku dia punya klean! Langsung aja

1

2

3

Cekidot...

•••

Kehebohan di kantor tadi sempat membuat Satria frustasi, tidak ingin pulang ke rumah karena takut di raba-raba oleh Mamanya sendiri.

"Namanya Bang Ke, sifatnya juga bangke!" ujar Satria kesal, kini mereka sudah akan pulang. Hari sudah sore, jam tangan Zaid sudah menunjukkan pukul 16.00 .

"Gue mau out dulu lah manteman, jangan kangen karna gue tau gue ngangenin. Besok jangan lupa dateng 7 bulanan my bini," ujar Zaid. Zaid masuk ke dalam mobil miliknya, malam ini mereka akan berbelanja dan lihatlah uang Zaid akan ludes karena Firhan dan adiknya yang sangat ia sa– benci. Bagas tak tung twang.

"Hati-hati bro, kalau gak hati-hati tenang aja. Nanti kainnya kami tie dye, terus petinya dari emas. Tanah 1 hektare. Khusus buat Pak Bos," ucap Kemal. Zaid menjeling pegawainya itu, seharusnya Kemal dan Satria sudah dia pecat. Apalagi Legi, yang patut dipertahankan hanya Wawan.

"Punya pegawai gini amat dah, bisa gila gue lama-lama. Dahlah gue cabut."

Zaid menyalakan mesin mobilnya dan langsung saja pergi menuju ke rumah, meninggalkan kantor dengan pegawai gesreknya.

Zaid mengemudi dengan kecepatan sedang, untungnya sore ini jalan mulus tidak ada macet sehingga Zaid bisa sampai di rumahnya tepat pukul 16.30.

"ANAKKU! AYO KITA BELANJA!"

Baru saja Zaid keluar dari mobilnya, Firhan sudah keluar dan berteriak keras sambil memakai kacamata hitam miliknya.

"Ya Allah, duitku. Semoga kamu bisa berkembang biak dengan baik setelah ini."

"Ikut!!!" pekik Bagas tiba-tiba membuat Zaid ingin menangis saja hari ini. Zaid melirik ke arah istrinya yang baru saja keluar dari rumah orangtuanya.

Shira berjalan menghampiri suaminya, memeluk Zaid dari samping dan mengelus pelan punggung Zaid.

"Satu persatu pahlawan di dompetku udah pamit Yang," bisiknya lirih pada Shira. Shira hanya bisa tersenyum simpul sambil berusaha membuat suaminya tegar akan kenyataan dimana uangnya akan pergi meninggalkan dompet dah tak kembali lagi.

"Masuk Bagas masuk! Ayo kita belanjaa! ZAID!!" pekik Firhan yang sudah masuk ke dalam mobil Zaid. Zaid mengelus nafasnya menahan sabar.

"Masuk Yang, untung demi dede. Kalau bukan demi dede, gak rela!" gumamnya sambil mendorong Shira secara perlahan masuk ke dalam mobilnya, duduk di samping pak kusir yang sedang bekerja. Eh salah, duduk di samping Zaid.

Family Gaje [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang