2. Ustadz Zaid?

26.4K 3.9K 310
                                    

Setelah acara makan siang. Sorenya mereka duduk bersantai di ruang TV.

"Malam ini aku ada undangan ceramah di masjid sana. Kamu mau ikut yang?" Tanya Zaid.

Selain CEO terkenal di salah satu perusahaan. Zaid juga terkenal karena gelar Ustadz humor. Meski dia pun tak tahu kenapa ia bisa dipanggil ustadz padahal ia hanya diminta meminta mengisi acara dengan kisah-kisah nabi yang inspirasi. Tapi Zaid senang dipanggil seperti itu, meskipun ia merasa berdosa gelar suci itu di tautkan dengan dirinya yang berlumuran dosa.

Zaid menjelaskan dakwah atau ceramahannya sambil melontarkan lelucon sehingga yang mendengarkan tidaklah bosan.

"Engga keknya Mas. Akhir-akhir ini adek sering pusing sama mual. Masuk angin keknya." Ucap Shira lemah lembut.

"Sayang kenapa? Eh perut kamu gedean perasaan. Ini lemak ya?" Tanyanya sambil mencubit perut istrinya gemas.

"Engga ih! Makan adek dikit kok Mas." Elaknya.

"Tapi ini lemak apa ini lucu." Ujarnya gemas.

"Ih jangan dimainin Mas perut adek!" Ucap Shira kegelian.

"Eh dek. Siapin bajuku ya buat ceramahan nanti malem. Yang putih aja biar kembaran sama mbak ayu rumah kosong." Ujarnya.

"Kenapa sih kamu ada keinginan jadi Ustadz?" Tanya Shira heran, pasalnya karir Zaid sudah sangat bagus terlebih dia menjadi CEO perusahaan terkenal.

"Sebebernya aku bukan ustadz,cuma gatau semenjak aku disuruh ceramah sama orang komplek malah dipanggil ustadz. Ceramahnya karena gabut sama cari pahala sayangku. Lagian, harta gak di bawa mati sayang. Terus semenjak aku sering ceramah gini banyak parkun yang say hai. Terus aku ajak tobat tuh parkun." Ucapnya.

"Parkun?" Tanya Shira heran.

"Iya. Para kunti. Mba kunti kembaran mba Ayu itu loh yang sering say hai sama aku kalau lewat rumah kosong." Ucap Zaid.

Shira menepuk keningnya pelan. Kenapa suaminya gini amat. Kenapa suaminya berbeda ya Tuhan?!!

Malamnya setelah mereka selesai makan malam. Shira sibuk masak karena ia tau jika Zaid pulang pasti ia lapar lagi.

"Ayang! Mana bajuku?" Pekik Zaid selesai mandi. Zaid dan Shira baru saja menunaikan sholat isya tetapi karena Zaid ada acara ceramahan nanti jadi ia mandi lagi.

"Udah di tempat tidur Mas." Pekik Shira dari arah dapur.

"Oh iya yah, kok gak mandang." Gumamnya pelan. Zaid segera memasang pakaiannya. Tak lupa dengan surban.

Zaid berkaca di depan pintu.

"MasyaAllah siapa ini!" Ujarnya sambil bergaya.

Shira masuk ke dalam kamar dan geleng-geleng melihat kelakuan suaminya.

"Mas, kok bisa-bisanya kamu jadi CEO terus dipanggil ustadz padahal kamu begini?" Ujar Shira kagum.

"Lah emangnya kenapa?" Tanya Zaid sambil merapikan surban nya.

"Kaya orang gila baru waras kamu Mas." Ucap Shira sambil tertawa.

"Hilih, gini-gini juga suamimu neng." Ucap Zaid kesal.

"Yaudah, Aku pergi dulu ya." Ujarnya lagi, Zaid mencium kening istrinya sayang. Lalu memeluk Shira.

"Iya Mas, hati-hati ya." Jawab Shira pada Zaid.

Shira mengantar Zaid sampai ke depan rumah. Zaid menaiki motornya, sebelum melaju ia melambai kepada istri tercintanya.

"Babai sayang!"

Family Gaje [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang