27. Bagas mulai nakal

7.1K 1.3K 82
                                    

Alhamdulillah gak terasa udah part 27 aja nih ges. Makasih udah mau baca cerita Abang Mas Kanjeng Zaid sampai sejauh ini. Tak bosannya saya selalu author untuk mengajak kita beristighfar. Sudah? Oke cakep. Langsung bae gas....

1

2

3

Cekidot!!!

•••

Setelah hari yang melelahkan, Zaid pulang ke rumahnya sekitar pukul 9 malam. Zaid sudah mewanti-wanti ia akan ketemu dengan gengster setan rumah kosong. Dan ternyata benar, baru saja mobil Zaid hendak lewat. Mbak Kunti sudah tertawa seraya melambai-lambai.

Kenapa setan suka banget sama gue!

"Ustadz Zaid yuhuuuu!" Tangan Mbak Kunti yang dipenuhi kuku panjang dan ulat melambai.

Zaid mau tak mau berhenti. Dan kaget ketika melihat rumah itu mendadak ramai.

"Kok jadi rame nih rumah? Jadi bascame setan sekarang?" tanyanya heran.

"Enggalah Ustadz, ini mereka ngungsi gara-gara pohon beringin dekat kuburan baru di tebang. Kasian mereka jadi setan jelata. Karna rumah ini gede masih luas makanya saya sama Kunti sudah berkomunikasi. Rumah ini kami sewakan," jelas Bang Ocong.

Zaid melihat kain kafan yang dipakai oleh Bang Ocong heran sambil menahan tawa.

"Tuh kain, udah bertranformasi jadi pelangi atau gimana?"

Bang Ocong melihat kain kafan miliknya dan mengangguk paham. "Ini? Ini di tie dye sama setan baru. Dia mantan pelukis."

"Hai Ustadz, sudah lama gak ketemu. Apa kabar?" ucap Mbak Suster ngesot yang baru saja keluar.

"Baik Mbak. Mbak apa kabar?" tanya Zaid balik. Suster ngesot itu mengernyit heran.

"APA? GAK DENGER?" Pekiknya keras.

"Lo tuh  budeg ogeb! Masuk sana! Jangan sok-sok akrab sama Ustadz Zaid!" usir Mbak Kunti kesal. Tak lama suara kikikan keras terdengar dari arah kanan, yaitu arah rumah Zaid. Semua setan sontak menoleh dan melihat Mbak Ayu yang terbang dengan jubah kebesarannya.

"Eh setan pesetor dateng!" ujar Mbak Kunti tak suka.

"HEH! ENAK AJA PESETOR! LO TUH YANG PESETOR!" Mbak Ayu yang mendengar itu langsung saja berteriak tak terima.

"LO YANG BUAT GENDERUWO SANA BERPALING DARI GUE! DASAR SETAN!" jawab Mbak Kunti tak mau kalah.

"HEH SETAN! LO TAU BAE YA, GUE UDAH MAU DI GAS SAMA GENDERUWO EH LO SETAN MAK LAMPIR DATENG TANPA DI UNDANG DONG. JELANGKUNG LOH?" teriak Mbak Ayu kesal.

"WAH LO YA GAK BISA DI AJAK BAEK-BAEK. TUH LANGIT LUAS, AYOK GELUD!" ujar Mbak Kunti sambil menunjuk langit yang sedang cerah dengan gemerlap bintang yang sangat cantik.

"AYOK!" tantangan Mbak Kunti di terima oleh Mbak Ayu. Ayo kalian tim siapa?

"Eh kalian nih ngomongin apaan sih ribut ben–!"

"DIAM!!!"

Ucapan Zaid terpotong oleh kedua kuntilanak itu. Zaid menghela nafasnya, apesnya ia. Lebih baik ia pulang.

"Bang, saya balik. Nanti bilang ya siapa yang mati lagi. Biar saya tahlilan."

Bang Ocong mengangguk sambil tersenyum. Setan bisa senyum dong :)

"Punten Mbaknya, saya pulang. Assalamu'alaikum."

Dan sontak semua setan tersebut menoleh ke arah Zaid dan berteriak kepanasan. "HUMANNN!!!!!!"

Mbak Suster ngesot yang kebingungan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya.

"Kalian kenapa ya?"

"Lo tuh budeg! Makanya gak tau, mending diem bae," jawab kucing hitam yang lewat.

•••

Setelah berhasil melewati parkub dan setan lainnya. Sekarang alhamdulillah Zaid sampai di depan rumahnya dengan selamat sentosa.

"Alhamdulillah sampai juga!" Ucap Zaid bersyukur.

Mata Zaid memandang ke rumah Ayah dan Bundanya yang masih terang. Dan melihat sang Ayah yang masih berdiri dengan telpon yang terus-menerus berada tak jauh dari telinganya.

Zaid tak mau ambil pusing, ia masuk dah tidur dengan nyenyak tanpa gangguan.

Sedangkan Firhan, sudah hampir sepuluh kali ia menelpon anak bungsunya itu yang belum pulang ke rumah.

"Kemana nih anak perjaka belum pulang, udah pukul 9 juga!"

Firhan tak berhenti menelpon Bagas hingga akhirnya pada telpon yang ke lima belas, telfon itu tersambung membuat Firhan menarik nafas lega sekaligus marah.

"KAMU KEMANA HA UDAH PUKUL 9 BELUM PULANG!" ucap Firhan menggebu-gebu.

[ Assalamu'alaikum Ayah. Iya bentar lagi Bagas pulang. Lagi nanggung ini. ]

"Waalaikumsalam, nah tuh kan sampe lupa ngucap salam. Kamu kemana sih Gas? Udah malem juga. Gak baik anak perjaka pulang malem. Nanti diculik tante-tante mau?"

Emosi Firhan menggebu-gebu, karena Bagas itu tergolong anak rumahan. Jadi ia tidak pernah main di luar sampai malam seperti ini, ini baru pertama kali. Berbeda dengan Zaid yang suka kelayapan bersama Legi dulu.

[ Iya Ayah, sabar napa. Ini bentar lagi pulang. Nanggung. Bagas di rumah temen kok gak jauh. ]

"Kamu ngapain sih ke sana? Nanggung ngapain sih Bagas? Pulang gak! PULANG! KALAU GAK PULANG AYAH KUNCIIN PINTU KAMU YA! MAU? "

Firhan greget dengan anaknya sendiri. Pengen sekali ia menyentil ginjal anaknya ini, sepertinya Bagas harus masuk Pondok Pesantren juga nih!

[ Astagfirullah Ayah, iya ih pulang ini pulang. Jangan dikunciin dulu pintunya Ayah ]

"Ya makanya pulang! Coba kasih tau ayah kamu ngapain sih di sana?"

[ Aku lagi nenenin temen ayah, nanggung ini bentar lagi sel– EH!! ]

"BAGASSS!!! KAMU NGAPAIN BAGAS NGAPAIN!! PULANG BAGAS! PULANG! JANGAN BIKIN MALU KELUARGA ANAKKU!"

[ HUAA AYAHHH LIDAH BAGAS KESELEO AYAH! AYAHHHHHHH– tut ]

"Punya anak gini amat ya Allah!" Firah mencak-mencak kesal. Ia masuk ke dalam rumahnya dengan kesal. Duduk di depan ruang tamu , menunggu kepulangan Bagas. Malam ini, Bagas akan diinterogasi.

"Vin, keknya gue gak bisa pulang deh. Bisa jadi tawanan kalau pulang nih!" ucap Bagas was-was.

Kelvin, teman Bagas heran mendengar penuturan temannya itu.

"Lah kenapa emangnya? Kan udah malem, pulang sana gue ngusir!" jawab Kelvin sinis.

Bagas membawa wajah sedih dah memohon. Kalau ia pulang, bisa habis riwayatnya malam ini sama Firhan.

"Ayolah Vin, semalem aja gue nginep." Pujuknya dengan wajah kucing oren yang ketahuan maling ikan di pasar.

"BIG NO! PULANG BAGAS!" usir Kelvin. Bagas memandang temannya sinis. Teman jahat emang.

"Doakan gue selamat dan masih bisa menghirup udara besok pagi, oke?"

Kelvin mengangguk dan langsung menutup pagar rumahnya.

"Silahkan pulang, semoga selamat sampai rumah. Kalau besok gue denger lo udah gak ada tenang, siap tahlilan makan gratis," ucap Kelvin lalu masuk ke dalam rumahnya dengan cepat meninggalkan Bagas yang terdiam dengan sepeda miliknya.

"Ya Allah, bismillah. Semoga Ayah bisa di pujuk. Ya Allah tolong hamba. Semoga Bunda belum tidur. Ayok Bagas semangat!"

Bagas mengayuh pelan sepedanya sambil beristighfar sebanyak mungkin dan shalawat sepanjang jalan. Berharap sang Maha pembolak balik hati menolongnya malam ini.

"Tamatlah riwayatmu Bagas. Nih lidah pake keselo segala bae!" gumamnya kesal.

To be continued....

Nikmatilah hasil gabutku 😶😶

Semoga suka🥰



Family Gaje [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang