Istighfar dulu istighfar. Udah? Oke langsung meluncur...
1
2
3Cekidot...
•••
Setelah selesai acara khataman Al-Quran Bagas, mereka langsung saja berkemas agar cepat istirahat. Kurang lebih 2 jam mereka membersihkan dan mengemasi semuanya. Jam dinding di ruang tamu Firhan dan Aisyah sudah menunjukkan pukul 23.30.
"Ayang, ayok tidur di rumah aja, " ucap Zaid pelan membangunkan istrinya. Namun Shira yang kelelahan tampak tak bergeming sama sekali.
"Yaowo, tidur mati atau begimana sih Yang?" ucap Zaid. Mau tak mau Zaid mengangkat Shira dengan sekuat tenaga.
"Berat gaes, nih gunung dua bisa copot dulu gak sih. Bikin berat bae," ujarnya sambil masih berusaha menggendong Shira yang sangat lelap tertidur.
Zaid berjalan perlahan, menyebrangi jalan yang tidak panjang dan akhirnya sampai di kamar mereka dengan ngos-ngosan. Meletakkan Shira dengan hati-hati.
"Ini bini gue atau kebo sih. Berat amat perasaan," ujarnya heran hingga ia teringat bahwa ada bulet mini hasil goyangannya di dalam perut Shira, Zaid terkekeh. Pantas saja Shira berat. Zaid mengacak rambutnya perlahan dah mulai mandi.
Mbak Ayu yang melihat Zaid berjalan dan hendak masuk ke dalam kamar mandi tersenyum. Zaid langsung menoleh saat firasatnya buruk. Dan benar, Mbak Ayu sudah siap siaga mau mengintip.
"Tuh mata, jangan zina ye! Awas aja kalau ngintip. Saya ruqyah kamu sampe meninggal lagi. Mau?!" Ucapnya greget.
"Yaelah, belum ngintip dah di ancem. Yaudah lah, mending saya ke rumah kosong Kunti aja. Males disini ada huma baperan!" Ucapnya dengan wajah kesal, lalu Mbak Ayu pun hilang.
"Sabar sabar, dasar setan!" ucapnya kesal.
Keesokan harinya, Zaid kembali kepada kesibukannya di kantor. Zaid memandang berkas-berkas itu dengan malas.
"Punya pegawai gak guna semua, urusan kek gini aja mesti bos. Dikit-dikit bos. Apa-apa bos," omelnya kesal. Hingga tak lama ketokan pintu berbunyi. Zaid menarik nafasnya pelan, berusaha tidak untuk memaki siapa saja yang masuk melalui pintu itu.
"Masuk!" Ucap Zaid dengan suara gagah.
Oke, Zaid menunggu. 1 menit, 2 menit, 3 menit. Tak ada yang kunjung datang dari balik pintu yang kini masih tertutup rapat.
Zaid greget sendiri dan ia memilih untuk berdiri dan membuka pintu itu sendiri melihat siapakah gerangan tamunya atau bahkan kliennya kali ini.
Baru saja Zaid berdiri dan melangkahkan kaki, pintu terbuka dan menampilkan sosok yang sangat Zaid benci.
"Mati gue! Bule bengek lagi." ucapnya sambil menepuk keningnya pelan.
Pingsan dosa gak ya? Baik Zaid, bengek pun bengek lah!
"Hi sir, how are you?" tanya Zaid sok akrab.
Klien tersebut tersenyum. "Hi Mr. Zaid. I'm fine, oh I already know what to. I'm so very happy sir," ujarnya senang. Klien tersebut berjalan ke arah Zaid dan membuka lebar tangannya hendak memeluk Zaid.
"Tau bengek aja bangga lu tong, heran!" gumam Zaid pelan.
Hingga tak lama datanglah Legi sendirian sambil menenteng berkas untuk ia serahkan kepada Zaid. Legi memandang wajah Zaid yang menatapnya horor.
"Lo kenapa dah?" Tanyanya berbisik pelan.
Mulut Zaid bergerak pelan, dan apesnya Legi tidak paham apa yang diucapkan oleh sepupunya itu. 'Ini ada si bengek' itu adalah kata-kata yang Zaid ucapkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Family Gaje [ End ]
HumorBudayakan follow sebelum baca😁 Sequel Ada Cinta di Pondok Pesantren Zaid dan Shira sudah menikah. Namun siapa yang bilang pernikahan itu mudah? Zaid Azzam Ibrahim, Ustadz Zaid adalah nama terkenalnya. Selain menjadi bos, Zaid juga menjadi seorang...