Epilog

13.3K 1.6K 124
                                    

Astagfirullah, sholawat dulu. Karena ini adalah perpisahan kalian:)

1

2

3

Cekidot...

•••

"Kamu gimana sih Zaid, istri ketubannya pecah masih aja santai. Untung tadi kita cepet!" omel Firhan yang greget saat Aisyah sudah menceritakan semuanya kepada mereka.

Zaid berjalan mondar-mandir tak bisa berkutik. Sepertinya ia harus belajar dari Wawan. Ia tak mendengarkan omelan Firhan, hanya fokus pada Shira yang sedang berada di dalam ruangan bersalin.

"Pusing Bang, duduk napa!" ujar Bagas kesal melihat kaki Zaid yang tidak bisa stop bergerak.

"Zaid, duduk nak. Jangan dipikirin, Shira wanita hebat Zaid. Dia pasti kuat!" Aisyah berusaha meyakinkan anaknya , mencubit pipi Zaid berusaha menghibur putranya.

Mereka menunggu kurang lebih dua jam, jari-jemari tangan Zaid sudah mulai dingin. Hingga akhirnya suara tangisan bayi terdengar mengusik telinganya. Zaid langsung berdiri dan mengintip.

"Bunda! Itu anak Zaid kan Bun?" Zaid mengintip di balik jendela SMP, eh jendela rumah sakit maksudnya. Dan tak lama dari itu, dokter pun keluar dari ruangannya. Zaid hampir saja terjatuh karena terlalu fokus hingga tak sadar bahwa pintu sudah dibuka oleh dokter.

" Eh maaf Pak," ujar dokter itu. Zaid mengangguk sambil tersenyum.

"Boleh masuk?" tanya Zaid, dokter tersebut mengangguk. "Bapak suam–!" Belum selesai dokter itu mengatakan perkataannya, Zaid langsung saja masuk ke ruangan Shira dengan segera.

Dokter itu menghela nafasnya sabar, mencoba memaklumi. Sepertinya ini anak pertama pikirnya.

Zaid masuk dan melihat Shira yang tertidur lelap, Zaid berkeliling ruangan mencari keberadaan anaknya. Dan anaknya tidak ada.

"Weh! Bibit unggul di culik!"

Shira yang sadar ada seseorang yang mondar-mandir di dalam ruangannya terbangun, rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan tadi mendadak hilang. Itulah mukjizat Allah.

"Mas," ucap Shira lemah. Zaid menoleh. Zaid menghampiri istrinya yang terbaring di atas kasur. Mengelus puncak kepala istrinya pelan sambil tersenyum manis.

Shira menatap wajah suaminya, mengelus wajah Zaid yang tampak khawatir.

"Ngapain bangun? Tidur lagi tidur. Ayang bobo saja kasian capek," ucapnya tak tega.

Shira mengangguk, ia menurut. Lagi pula benar, ia sangat capek.

"Yang! Jangan tidur dulu!" ujar Zaid tiba-tiba. Shira kembali membuka matanya.

"Tadi nyuruh tidur, sekarang malah nyuruh jangan. Gak ngotak!" ucap Mbak Ayu. Zaid menghela nafasnya pelan.

Kenapa ni setan ngikut mulu!

Seakan bisa mendengar suara hari Zaid, Mbak Ayu menjawab perkataannya. "Gue mau liat anak lo, ada otak atau engga. Alhamdulillah anak lo ada otak," jawabnya.

"Kenapa Mas?" tanya Shira lemah. Zaid yang mendumel kesal di dalam hati langsung terdiam ketika Shira berbicara.

"Dedenya mana?" tanya Zaid. Shira melihat ke sekeliling. Lalu menunjuk ruangan kecil. "Disana Mas, lagi dibersihin sama suster."

Zaid menoleh, mengikuti arah tunjuk jari Zaid. Zaid mengangguk paham.

"Oke, kamu bobo ya. Aku mau lihat dede," jawabnya antusias. Zaid berjalan ke arah ruangan tersebut dengan hati berdebar, apakah anaknya cantik sepertinya? Atau jelek seperti Bagas?

Family Gaje [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang