Cafe Young adalah salah satu cafe bergengsi dan populer di pusat kota Bandung yang mana tidak pernah sepi dari pengunjung, baik yang hanya sekadar nongkrong maupun memanfaatkan fasilitas wifi-nya, terbukti tidak sedikit yang duduk nyaman ditemani laptop kesayangan.
Cafe tersebut juga menawarkan suasana tempat duduk outdoor terkhusus bagi mereka yang suka suasana di luar atau yang ingin merokok. Tidak heran, pengunjungnya bervariasi meski didominasi oleh kaum muda-mudi.
Ceritanya di sudut cafe bagian indoor, ada sekelompok muda-mudi yang sedang merencanakan group dating, terbukti dari jumlah mereka yang merata; empat cowok dan empat cewek. Seharusnya rencana tersebut bisa berlangsung dengan sukses jika saja tidak ada yang protes hingga merusak momennya.
Saking ributnya, tiga teman yang lain segera membawa gadis itu menjauh supaya protesnya tidak terlalu kentara, meski sia-sia saja karena suara cemprengnya yang membahana. "Curang banget sih kalian! Gue nggak tau kalo ini group dating!"
"Meil, ikutin aja kenapa sih? Kan bukan berarti lo langsung jadian sama salah satu dari mereka!" desis Dinda dengan tatapan jengah pada pelaku yang bernama Meilvie, sementara yang ditatap segera melebarkan mata besarnya hingga maksimal.
"Tau nih! Kayak dipaksa nikah siri aja! Ya kali kalo ada, sebelum akad mah udah pingsan duluan liat mata lo yang ngalah-ngalahin bola pingpong!" sambut Viona, membela Dinda tetapi lantas auto kicep ketika tatapan membunuh Meilvie beralih ke dirinya. "Tuh kan bener, gue aja udah mau pingsan liatnya," lanjutnya dengan suara pelan, tetapi tatapannya sengaja diarahkan ke yang lain.
Niatnya sih menyindir, tetapi yang disindir malah makin nyolot.
"Udahlah, Meil. Anggap aja kenalan sama mereka. Tuh pada kece-kece juga," timpal teman satunya lagi, Alina, yang terkesan paling polos karena berkacamata tebal. Dia berkali-kali melempar tatapan gugup pada sekelompok cowok yang masih menunggu mereka. "Gue sebenarnya juga nggak mau ikutan, cuma kata Dinda harus berempat biar seimbang gitu."
Melihat kegugupan Alina, Meilvie auto melunak. Bisa jadi, dia merasa sikap bar-barnya terkesan berlebihan karena temannya yang cupu saja bisa menerima group dating ini. Lagi pula, benar juga yang dikatakan teman-temannya. Dia tidak harus meresmikan hubungannya, kan? Anggap saja sekedar bertemu sama cowok random.
"Oke, gue nggak jadi marah. Tapi lain kali nggak ada group dating beginian lagi, ya. Gue bener-bener nggak mau. Janji?"
"Iya-iya, kita janji. Galaknya beneran udahan, kan?" tanya Dinda sambil tersenyum lebar, senang karena bisa melanjutkan rencana group dating-nya.
Keempat cewek akhirnya kembali ke meja di sudut, meski Meilvie yang terakhir bergabung karena dilakukan dengan setengah hati jika ditilik dari langkahnya yang diseret-seret.
Dinda memilih duduk di hadapan cowok yang sedari tadi melirik Meilvie karena tingkahnya, lantas sukses dibuat kicep karena cowok itu tiba-tiba berkata padanya, "Lo pasangan sama Dido aja. Gue mau dia yang duduk di depan gue."
Cowok itu mengendikkan dagunya ke arah Meilvie sebagai isyarat kalau dia memilih cewek itu.
Dinda segera memasang ekspresi terhina karena ditolak mentah-mentah. Ya jelaslah, misinya merencanakan group dating ini kan karena dia--Felix Denindra!
Felix itu gantengnya kalau diterjemahkan ke bahasa baper, julukannya jadi ganteng yang menyiksa. Menyiksa kaum hawa untuk tidak menjerit-jerit, maksudnya. Soalnya menurut Dinda (dia juga yakin semua cewek akan setuju), cowok itu yang paling ganteng dari ketiga temannya. Sebelahnya--Remmy Athaya, juga tidak kalah gantengnya, tetapi versi keduanya jelas berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow Hearts [END]
Teen Fiction[Karya ini pernah diterbitkan pada tahun 2016. Usai memutuskan kontrak karena sesuatu hal, karya ini jadi bebas dipublikasikan dan saya me-remake kembali dengan tulisan yang lebih up to date] Please vote if you enjoy 🌟 Genre : Teenfiction + Young A...