"Felix? Lo balik lagi? Bukannya tadi lo bilang males gabung sama kita-kita?" tanya Remmy, lantas melempar bola basket ke arah Felix, yang segera menangkap dan membidiknya ke ring basket.
Syuuut! Bola berhasil masuk dengan mulus, padahal posisi Felix berada di arah jam delapan dari ring tersebut. Three-point.
"Cool, Bro! Mau tanding?" tanya Remmy, menangkap bola yang memantul ke arahnya dan melakukan dribble dengan gaya sok. Visualnya segera membeludak hingga dua kali lipat, terbukti banyak cewek random yang histeris gemas setelah memperhatikannya.
Sesuai karakter playboy cap rakunnya, tentu saja Remmy membalas semua reaksi tersebut dengan mengedipkan sebelah mata.
"Gue nggak mood. Kalian aja yang main."
"Lah trus lo ke sini ngapain?" tanya Dido, wajahnya tampak mengilap oleh keringat. Cowok itu membuka tutup botol air kemasan yang telah dipegangnya sejak tadi dan meminum setengah isinya.
"Nggak asik dong kalo cuman nonton kita main," timpal Ardi, memakai kacamata polosnya kembali. Ditilik dari intensitas keringat mereka, bisa dipastikan mereka baru saja menyelesaikan satu set pertandingan basket.
"Gue lagi gabut bukan berarti harus ikut main, kan?" tanya Felix datar. Ada nada dingin dalam suaranya, membuat ketiga temannya saling berpandangan dan lantas gagal paham karena nada bicaranya.
Felix duduk di tepi lapangan dengan gaya memeluk lutut, diikuti Remmy yang tersenyum miring sekilas sebelum ikut duduk di sebelahnya dengan gaya yang sama.
"Jangan bilang... lo baru dibentak sama kakak tersayang lo?" tebak Remmy. "Galaknya memang nggak ketulungan sih, wajar kalo emosi lo dibuat jungkir balik."
"Iya nih, kita berdua aja nggak nyangka ternyata kakak tiri lo bisa buat Remmy gagal jadi perayu wanita," timpal Ardi, duduk di sebelah Felix yang lain, sementara Dido duduk di hadapan Felix.
Remmy mengulurkan tangan untuk meninju Ardi, tetapi gagal karena targetnya berhasil menghindar. Alhasil, Ardi balas menatapnya dengan tatapan mengejek.
"Siapa bilang gue gagal? Gue masih belum serius mulai. Liat aja, gue pasti bisa menangin hatinya. Coba sebutin deh, apa sih yang nggak bisa gue lakuin dalam menggaet hati cewek? Gue senyum tipis aja mereka udah pada kejang-kejang, apalagi grepe-grepe!" jawab Remmy dengan nada enteng meski tersirat ragu di balik tatapannya.
"Tuh, tuh! Ekspresi lo aja udah insecure duluan," ledek Dido dan dia segera mengajak Ardi ber-tos ria, membuat Remmy menghadiahinya sebuah tinju pada lengan atasnya. "Ouch, it hurts!"
"Lo jadiin Felina sebagai bahan taruhan?" tanya Felix dengan nada berbahaya, sukses membuat kicep semua temannya.
"Jangan serius gini dong, Bro. Lo selalu nanggapin semuanya dengan sensitif kalo emosi lo kacau gini," kata Remmy dengan nada manis, berharap emosi Felix bisa mereda.
"Gue nggak mau tau. Intinya gue nggak akan tinggal diem kalo lo mainin perasaan Felina. Cewek yang mau sama lo kan banyak, jadi jangan ganggu kakak tiri gue. Ngerti lo? Arrrggghhh! Mood gue makin jelek aja jadinya!" hardik Felix, segera berdiri dan meninggalkan area lapangan dengan alis berkerut.
"Gue yakin dia lagi marahan sama Felina, tapi kenapa dia masih aja ngebela kakak tirinya?" celetuk Remmy, tidak tahan untuk tidak berkomentar sementara matanya masih terarah pada punggung Felix yang menjauh.
"Udah deh, ngaku kalah aja lo. Jelas-jelas nggak akan bisa menang, juga." Dido berujar, puas dengan asumsinya sendiri hingga tersenyum lebar. "Duitnya bisa lo transfer sekarang."
![](https://img.wattpad.com/cover/246263768-288-k145687.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow Hearts [END]
Teen Fiction[Karya ini pernah diterbitkan pada tahun 2016. Usai memutuskan kontrak karena sesuatu hal, karya ini jadi bebas dipublikasikan dan saya me-remake kembali dengan tulisan yang lebih up to date] Please vote if you enjoy 🌟 Genre : Teenfiction + Young A...