Jerico mengira semua drama bergenre slice of life tidak akan serumit seperti kisah hidupnya sekarang, apalagi sampai terkait erat dengan keluarga yang lain. Siapa sangka, ketidakjujuran Herfian menjadi awal perpecahan keluarganya sendiri, menjadikannya jembatan yang menghubungkannya dengan keluarga Jerico, yang semuanya lantas menderita dengan cara mereka sendiri.
Mulai dari Felina dan mamanya yang menghabiskan hampir satu dekade untuk membenci Herfian karena tidak bertanggung jawab, Felix yang menyangka eksistensinya tidak diinginkan, hingga dirinya yang tidak tahu kalau dia mempunyai adik kandung.
Meskipun demikian, Jerico merasa cobaan hidupnya tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan Felina dan Felix. Setidaknya selama ini, dia mendapatkan kasih sayang yang cukup dari keluarga Om Fendy. Felina mungkin juga demikian, tetapi dia menjalani hidupnya dengan kesan buruk atas papanya sendiri. Sedangkan Felix, cobaan yang dihadapinya jelas terburuk.
Jerico tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika dia bertukar posisi dengan Felix, tetapi dia yakin dia tidak akan keberatan jika dia tahu kebenarannya lebih awal.
Alasannya sederhana, karena dia adalah sang kakak yang sudah sewajarnya lebih menderita daripada adiknya. Bukan sebaliknya.
Jerico pernah mendengar ini di salah satu acara The Boyz, salah satu boygroup asal Korea Selatan. Salah satu anggotanya, yaitu Lee Juyeon, pernah mengungkapkan ini kepada teman-temannya yang kedengarannya lucu sekaligus masuk akal, makanya Jerico bisa mengingatnya dengan baik.
"Kalau ada dua orang yang tenggelam di laut dan hanya satu orang yang bisa diselamatkan, aku akan menyelamatkan yang lebih muda. Alasannya? Karena yang lebih tua sudah hidup lebih lama dan sewajarnya mengalah."
Jerico memandang Felix dan Felina bergantian di hadapannya, yang sekarang masih tenggelam dalam pikiran masing-masing. Menatap mereka dalam keadaan seperti itu, membuat cowok itu merasa tidak terbiasa. Apalagi dia sempat menangkap basah Felina yang hampir menangis setelah melihat Herfian.
Herfian masih bertahan pada posisi berdirinya, tidak berani mendekat. Kepalanya ditundukkan, tetapi Jerico tahu kalau sama seperti duo Felix dan Felina, pria itu juga sedang tenggelam dalam dunianya sendiri.
Lantas, apa yang harus dilakukan Jerico?
"Felix," panggil Jerico dengan nada rendah, berhasil mengalihkan atensi Felix tanpa membuatnya terkejut. "Gue... gue tau ini terlalu mengagetkan buat lo pahami dan lo pastinya perlu waktu buat nerima ini semua. Tapi yang jelas, gue mau lo tau kalo... kalo kami--maksudnya gue sama Mama--tetep sayang sama lo. Walau telat, gue tetep mau minta maaf sama lo. Maafin gue, ya?"
"Kenapa lo minta maaf?" tanya Felix secara tidak terduga, hingga menarik perhatian Felina. "Soalnya tadi lo bilang, lo juga baru tau tentang ini semua."
Felix melanjutkan kalimat terakhirnya dengan nada rendah dan super canggung. Bisa jadi karena ini pertama kalinya dia mengeluarkan suara setelah semua penjelasan yang terlalu mengagetkan ini.
Jerico memiringkan kepalanya sendiri, tampak memilih kata-kata yang tepat dan kemudian mengucapkannya dengan perlahan, "Maaf karena lo udah mengalami semua ini tanpa sepengetahuan gue. Maaf karena di umur lo yang sekarang, lo baru tau kalo lo punya abang kandung. Dan maaf juga karena gue nggak berada di sisi lo dari dulu. Meski telat, gue janji akan menjadi abang yang lebih baik buat lo mulai sekarang."
Seperti sebuah mantra, kata-kata Jerico seakan menyihir mata Felix hingga memanas dan mendesak air matanya untuk keluar sedetik setelahnya. Efek tersebut turut berlaku pada Felina, yang segera mendongakkan kepalanya meski sia-sia saja. Cairan bening meluncur turun ke pipi dan dalam sekejap berubah menjadi sesenggukan persis seperti Yenni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rainbow Hearts [END]
Teen Fiction[Karya ini pernah diterbitkan pada tahun 2016. Usai memutuskan kontrak karena sesuatu hal, karya ini jadi bebas dipublikasikan dan saya me-remake kembali dengan tulisan yang lebih up to date] Please vote if you enjoy 🌟 Genre : Teenfiction + Young A...