part 20

448 18 10
                                    

Happy Reading 💜
Semoga kalian suka 🤗

Semua orang yang ada diruangan tersebut serempak menoleh ke arah pintu yang baru saja di buka secara kasar oleh seseorang.

Mereka memandang orang tersebut dengan berbagai ekspresi. Ada yang khawatir, sedih bahkan ada yang tersenyum sinis.

Dia adalah Baby dan Dewa yang berdiri dibelakangnya. Sejak di perjalanan tadi Baby memang sudah memaksa Dewa untuk kebut-kebutan. Ia sudah tidak sabar untuk sampai rumah.

Baby terdiam terpaku menatap siapa saja orang yang ada di rumahnya. Daddynya, orangtuanya Cici dan Cici.

Ini nggak mungkin, batin Baby.

"Baby sini sayang" panggil Arlan dengan lembut memanggil putrinya.

Baby masih tidak menjawab ataupun menuruti perintah Daddynya. Dewa yang peka pun langsung menggiring Baby menuju sofa disamping Arlan. Untungnya Baby tidak melawan, ia hanya diam saat Dewa menggiringnya.

"Saya pamit dulu om" pamit Dewa dengan sopan. Dewa cukup sadar diri ia tidak mungkin berada ditengah-tengah dua keluarga yang lagi bermasalah.

"Ya sudah terimakasih sudah mengantarkan Baby pulang"

"Iya om, itu sudah tugas saya"

Dewa langsung menyalami Arlan, Mira dan Rendy. Sebelum Dewa benar-benar pergi ia menatap Baby yang masih diam seperti orang yang kebingungan. Ia tau bagaimana perasaan Baby.

Sebenarnya Dewa ingin ada disamping Baby sekarang ini. Tapi ia juga tidak ingin mencampuri urusan keluarga Baby. Ia menghargai privasi mereka.

"Baby gue pulang dulu ya" ucap Dewa lembut. Ia memandang Baby dengan tatapan sendu.

Tidak ada jawaban dari Baby.

Gadis itu masih sibuk dengan segala pikiran yang ada di otaknya. Dewa mengerti dengan kondisi Baby sekarang ini. Maka dari itu ia tidak banyak bicara lagi. Ia langsung berpamitan sebelum ia mengusap kepala Baby dengan lembut.

Semua itu tidak lepas dari pandangan orang yang ada diruangan tersebut. Termasuk Cici yang memandang mereka dengan pandangan licik.

"Cih harusnya gue yang ada diposisi itu" batin Cici.

Sejak kepergian Dewa, semua orang yang ada diruangan itu hanya diam. Tidak ada yang memulai pembicaraan. Semuanya seolah sedang berkelana dengan pikiran masing-masing. Kecuali Cici dengan santai nya ia bermain Handphone, tanpa melihat situasi.

"Kenapa kalian hanya diam. Kalian tidak ingin mengatakan sesuatu?" Tanya Baby dingin. Untuk pertama kalinya Baby bersikap dingin didepan Arlan.

Mira pun hanya diam. Ia belum membuka mulutnya. Padahal sebelum kedatangan Baby, ia sudah merencanakan matang-matang kalau ia akan langsung mengakui siapa dirinya didepan Baby. Namun sekarang mulutnya seolah terkunci.

"Apa yang udah Daddy sembunyikan dari Baby? Siapa mereka? Buat apa mereka kesini" Tanya Baby lagi dengan penuh penekanan di setiap kalimatnya.

"Kenapa kalian hanya diam"

"Sayang Daddy minta maaf. Daddy udah salah selama ini sama kamu. Tolong maafin Daddy sayang"

"Minta maaf. Buat apa? Daddy tolong jangan buat aku semakin bingung lagi. Aku nggak tau masalah kalian apa. Aku nggak tau apa yang udah kalian sembunyikan dari aku. Dan sekarang tiba-tiba Daddy minta maaf. Dad aku hanya butuh penjelasan dari kalian"

Arlan hanya diam mendengar teriakan frustasi dari putrinya. Tadinya ia pikir Dewa sudah cerita. Tapi sepertinya Dewa belum cerita apa-apa, dilihat dari ekspresi kebingungan Baby.

BABYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang