“Papa mau jual aku ya?!”
Saat itu nada Rayna mendadak meninggi, ia tidak terima dengan pernyataan sang Ayah yang tiba-tiba membicarakan soal perjodohan.
Orang pasti berkata ia tidak sopan, tapi gadis mana yang tida bereaksi seperti ini jika sudah mau dinikahkan di umur yang belum genap tujuh belas tahun.
“Rayna! Duduk, dan dengarkan terlebih dahulu.” Sang Ayah langsung melawan lengkingan suara anaknya tadi dengan suara tegasnya.
Rayna menyerah, tak dipungkiri jika ia takut kalau sang Ayah sudah setengah emmbentaknya seperti tadi. Gadis itu hanya bisa mengerucutkan bibirnya kesal.
“Kamu tau soal kakakmu, kamu tau betapa susahnya papa mengurus masalah kakakmu di luar negeri. Apalagi, kamu tau sendiri wanita yang dihamili kakakmu bukan muslimah.”
“Pa, aku ngerti. Tapi kalo jodohin aku kayak gini namanya berlebihan dong, pa. Ini salah Mas Chairil, kenapa harus aku yang juga kena imbasnya?!”
Terdengar Bapak Arbayong Tenandra itu menghela nafasnya berat, “Laki-laki yang papa pilih untukmu bertanggung jawab, dan mampu menjadi imam kamu.”
“Pa ....”
“Kamu harusnya tau, Ray. Papa sudah berdosa besar karena nggak bisa mencegah pernikahan kakakmu. Papa berdosa besar karena membuat kakakmu pindah agama demi wanita yang dia hamili.”
Setelah mendengar itu, air mata Rayna malah mengalir, ia terlampau mengerti soal rasa bersalah sang Ayah semenjak setahun lalu melepas kakaknya yang juga melepas imannya sebagai seorang muslim.
“Papa nggak mau merasa berdosa lagi sama kamu, papa nggak bisa lihat anak papa, anak gadis papa juga melepas hijabnya.”
Rayna memahami setiap kata yang dilontarkan sang Ayah padanya, ia bahkan mendengar suara sang Ayah yang mulai memberat menahan tangis.
Disaat sudah seperti ini, ibunya ada untuk sekedar menggenggam jemari ayahnya. Memberikan kekuatan sekaligus semangat agar beliau tidak terlalu menyalahkan dirinya sendiri.
.
.
.
.
.
.
“Ayah, sudah menemukan seseorang yang cocok untuk kamu.”
Mendengar kalimat awal ayahnya setelah menyeruput secangkir teh hangat itu, membuat kening Jeffrey berkerut, “Maksud, ayah?”
“Jeff, ayah sudah mulai tua, dan dengan semua pengobatan yang sudah berusaha kamu jalani, ayah juga nggak bisa selamanya dampingi kamu.”
“Maafin Jeffrey, yah ....” Pria dua puluh lima tahun itu menunduk mengakui kesalahannya, karena ia dan penyakit sialan itu, jadilah sang Ayah yang harus repot.
“Ibumu juga sudah nggak ada, kamu juga nggak bisa bekerja sebagai pewaris ayah dengan keadaan seperti ini.”
Jeffrey mendongak dengan kacamatanya, “Ayah ... nggak akan menghentikan aku mengajar di sekolah itu kan?”
Jeffrey memang memilih profesi sebagai guru bahasa inggris di suatu sekolah menengah atas terkenal di Jakarta, kerjanya tidak terlalu berat, jadi ia tidak terlalu kelelahan. Juga, Jeffrey suka mengajar, jadi tidak dibawa beban.
Sang Ayah menggeleng pelan, “Ayah sudah carikan seorang gadis yang tulus untukmu. Dia anak teman ayah, dia sholehah dan juga baik. Meskipun dia terpaut jauh darimu.”
“Teman ayah yang mana?”
“Arbayong.”
Deg!
Jeffrey tau pasti, jika nama itu adalah nama ayah dari salah satu murid di tempatnya mengajar. Jeffrey juga tau pasti yang mana gadis yang ayahnya maksud.
Rayna Arasyi Bramantyo
O/C yaa...
KAMU SEDANG MEMBACA
Married Her [New Season On Going]
RandomNew Season : "Kita ini keluarga, kita jalanin semuanya bareng-bareng. Jangan putus asa dulu." Perjalanan setiap keluarga tidak ada yang selalu lurus tanpa rintangan, besar ataupun kecil pasti ada. Yang dipertanyakan adalah, apakah mereka masih bisa...